Selasa, 15 September 2015

Review Al-Qur’an Dan Ilmu Jiwa Oleh: Dr. M. ‘Utsman Najati


Review Buku Yang Berjudul Al-Qur’an Dan Ilmu Jiwa Oleh: Dr. M. ‘Utsman Najati Bandung: Penerbit Pustaka, 1425H-2004 M. Guna Untuk Memenuhi Tugas Akhir, Mata Kuliah: Psikologi Pendidikan,  Dosen Pengampu: Dra. Nadlifah H.
OLEH : FATM SAMAL
Al-Qur’an adalah sebuah kitab suci dan petunjuk yang diturunkan oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad saw bagi seluruh manusia. Al-Qur’an  berbicara kepada rasio dan kesadaran (Consience) manusia.  Al-Qur’an juga mengajarkan kepada manusia aqidah tauhid serta membersihkan diri manusia dengan berbagai praktek ibadah, dan menunjukan kepadanya dimana letak kebaikan  dalam kehidupan pribadi dan kemasyarakatan. Selanjutnya Al-Qur’an juga menunjukan kepada manusia jalan terbaik guna merealisasikan dirinya, mengembangkan kepribadiannya, dan mengantarkannya pada jenjang-jenjang kesempurnaan insani sehingga manusia bisa merealisasikan kebahagiaan bagi dirinya, baik di dunia maupun di akhirat.
( Q.S. Al-Jatsiyah,45: 20 ), (Q.S. An-Nahal,10: 89)
Al-Qur’an juga mendorong manusia untuk berjalan diatas bumi, mengamati makhluk-makhluk yang ada di alam semesta, dan mengkaji serta memikirkan ciptaan Allah yang ada dilangit dan bumi sehingga keindahan pencipta dan keindahan makhluk dapat mereka jadikan sebagai bukti adanya Dzat pencipta yang maha suci dan maha tinggi.
(Q.S. Al-Ankabut, 29: 20)
Banyak diantara ayat-ayat Al-Qur’an yang berbicara mengenai tabiat manusia, dan berbagai kondisi psikis kemudian menjelaskan berbagai penyebab penyimpangan serta penyakit jiwa. Selain itu Al-Qur’an juga mengemukakan berbagai jalan penelusuran, pendidikan, dan terapinya. Ayat-ayat Al-Qur’an tentang jiwa ini merupakan pedoman bagi manusia dalam memahami berbagai karakteristik jiwanya, dan mengarahkannya pada jalan yang benar dalam mendidik dan mengembangkannya.
Para ahli ilmu jiwa modern, yang memaknai metode penelitian ilmu-ilmu fisika, telah membatasi diri mereka dengan mengkaji gejala-gejala kejiwaan yang bisa diamati dan dikaji secara obyektif. Mereka berusaha menghindar dari penelitian terhadap banyak gejala-gejala kejiwaan penting yang sulit untuk diamati atau dikaji secara eksperimental. Dengan demikian, mereka telah memenuhi jiwa itu sendiri dari kajian-kajian mereka, sebab jiwa merupakan hal yang tidak mungkin bisa diamati. Merekapun membatasi kajian-kajian mereka pada tingkah laku yang bisa diamati dan diukur saja. Adapun sebagian dari mereka yang menyerukan agar istilah “Ilmu Jiwa” diganti dengan “Ilmu Tingkah Laku”. Sebab ilmu jiwa modern mempelajari tingkah laku dan tidak mempelajari jiwa.
Selanjutnya Dalam buku ini, penulis akan mereview pada setiap bab yang terdiri dari sepuluh bab diantaraya yaitu:

BAB PERTAMA: DORONGAN-DORONGAN TINGKAH LAKU DALAM AL-QUR’AN
Dorongan adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan kegiatan dalam diri makhluk hidup dan memotori tingkah laku serta pada suatu tujuan atau berbagai tujuan.  Dorongan- dorongan  melakukan berbagai fungsi yang primer dan penting bagi makhluk hidup. Dorongan-dorongan juga mendorong menolong makhluk untuk melakukan banyak tindakan penting yang bermanfaat lainnya dalam usahanya untuk menyerasikan diri dengan lingkugan hidupnya.
Para ahli ilmu jiwa modern membagi dorongan-dorongan menjadi dua bagian pokok:
Pertama, dorongan-dorongan fiologis. Dorongan-dorongan ini berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan tubuh  dan kekurangan atau hilangnya keseimbangan yang terjadi dalam jaringan-jaringan tubuh.
Kedua, dorongan-dorongan psikis. Dorongan-dorongan ini diperoleh lewat belajar selama proses sosialisasi yang dilalui seseorang.
A.    DORONGAN-DORONGAN FIOLOGIS
Allah yang telah memberi karunia nikmat wujud bagi setiap makhluk-Nya karakteristik dan sifat-sifat khusus yang membuat para makhluk mampu melaksanakan-fungsi-fungsi yang telah diciptakan Allah bagi mereka.
(Q.S. Tha-Ha,20: 50)
Diantatara karakteristik yang diciptakan hewan dan manusia ialah dorongan-dorongan fisiologis. Dorongan ini sendiri terbagi menjadi dua bagian: pertama, yang diperlukan bagi kelangsungan hidup individu, dan kedua, yang diperlakukan bagi kelestarian hidup jenisnya.
Fungsi-fungsi fisiologis melakukan fungsi biologis yang penting bagi hewan dan manusia. Fungsi-fungsi biologis inilah yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan tubuh, menutup semua kekurangan, kekacauan atau hilangannya keseimbangan yang menimpanya. fungsi-fungsi tersebut selalu berusaha menjaga kadar tertentu dari keseimbangan biologis yang diperlakukannya untuk memelihara diri dan kelangsungannya.
Berbagai kajian fisiologis yang baru telah membuktikan adanya kecenderungan alamiah dalam tubuh manusia dan hewan untuk memelihara suatu kadar keseimbangan dalam dirinya. Apabila keseimbangan ini mengalami kegoncangan maka timbulah suatu dorongan yang spontan untuk mengembalikan keseimbangan tubuh seperti sebelumnya.
Konsep keseimbangan yang berhasil disingkapkan para ilmuan baru-baru ini telah dikemukankan oleh Al-Qur’an al Karim sejak empat belas abad yang lalu. Firman Allah:
(Q.S. Al-Hijr,15:19)
(Q.S. Furqan,25:2)
Jadi manusia demikian pula hewan diciptakan dengan sesuatu cara yang tertentu yang teliti sesuai dengan takaran keseimbangan tertentu. Apabila keseimbangan ini mengalami kegoncangan maka akan timbul golongan-golongan Fisiologis yang mendorong orang atau hewan yang mengalaminya untuk melakukan kegiatan spontan yang diperlukan untuk mengembalikan tubuh pada kesimbangan sebelumnya.
Al-Qur’an telah mengemukakan dorongan-dorongan fisiologis yang penting ini. dalam pembahasan berikut akan diuraikan ayat-ayat Al-Qur’an yang ada kaitanya dengan dorongan –dorongan tersebut diantranya:.
a.         Dorongan-dorongan untuk menjaga diri
b.        Dorongan-dorongan mempertahankan kelestarian hidup jenis
a)        Dorongan Seksual
b)        Dorongan Keibuan
B.     DORONGAN-DORONGAN PSIKIS
Dorongan-dorongan psikis adalah dorongan-dorongan yang tidak bisa dirujukan secara langsung kepada kondisi-kondisi fisiologis dari tubuh yang timbul karena kekurangan atau tidak ada kebutuhan fisik, seperti halnya dalam dorongan-dorongan fisiologis misalnya rasa lapar, haus, atau letih.
Sebagian besar para ahli ilmu jiwa modern berpendapat bahwa dorongan-dorongan psikis pada umumnya merupakan dorongan-dorongan yang diperoleh berdasarkan dorongan-dorongan fisiologis kita. Dengan kata lain, menurut meraka dorongan-dorongan psikis merupakan cabang dari dorongan-dorongan fisiologis yang timbul akibat terjadinya interaksi antara dorongan-dorongan itu dengan berbagai pengalaman individu dan faktor pertumbuhan sosialnya.
Ada beberapa dorongan psikis yaitu meliputi:
a)      Dorongan Memiliki
(Q.S. Al-Imran,3: 14)
b)      Dorongan memusuhi
(Q.S. Al-Baqarah,2:36)
c)      Dorongan berkompetisi
(Q.S. Al-Muthafifin,83:22-26)
d)     Dorongan beragama
(Q.S. Ar-Rum,30:30)
C.    DORONGAN-DORONGAN TAK SADAR
Manusia sering merasakan sesuatu keinginan atau dorongan yang tidak bisa diterima atau menimbulkan keresahannya. Maka manusiapun berusaha menjauhkannya dari ruang lingkup kesadaran atau perasaannya. Akhirnya keinginan atau dorongan itu tertahan dalam alam bawah sadar. Namun manusia sering  mengekspresikan keinginan atau dorongan itu secara tidak sadar, dalam bentuk kata-kata yang terucapkan secara tidak sadar atau ucapan yang keliru. Al-Qur’an sendiri  telah mengisyaratkan tentang adanya ekspresi tidak sadar lewat kata-kata yang keliru, yang mengungkapan tentang dorongan dalam jiwa yang diusahakan oleh manusia untuk dirahasiakan dan disembunyikan. Firman Allah
(Q.S. Muhammad,47: 29-30)
Dituturkan dari Amirul mukminin ‘Utsman bin Affan ra’, bahwa dalam konteks ini ia berkata: “Tak seorangpun yang merahasiakan sesuatu melainkan Allah akan menyingkapkan apa yang terkandung dalam hatinya lewat ekspresi mukanya atau salah bicaranya. Dalam sebuah hadis dikatakan: “Tak seorangpun yang menyembunyikan suatu rahasia melainkan Allah akan memberinya penutup. Apabila penutup itu baik, maka rahasia itu adalah baik, dan apabila penutup itu buruk maka buruk pula rahasia itu.
KONFLIK ANTAR DORONGAN
Apabila sebagian dorongan pada diri manusia saling bertentangan misalnya saja salah satu dorongannya tertarik kesuatu arah tertentu, sementara dorongan yang lain tertarik kearah yang berlawanan, maka manusia itu akan tertimpa perasaan resah, ragu-ragu dan tidak mampu mengambil keputusan arah mana yang harus ditempuhnya. Keadaaan yang demikian ini dinamai dengan konflik psikis. Al-Qur’an sendiri telah mendeskripsikan  keadaan konflik psikis yang diderita oleh sebagian manusia yang mempunyai sikap ragu-ragu dalam masalah keimanan. Firman Allah
(Q.S, Al-An’am,6:71)
Ayat ini memberikan uraian yang terinci tentang keadaan konflik psikis, keresahan dan keraguan yang ditimbulkannya pada diri manusia. Dari satu pihak sistem berusaha menjatuhkan dan menarik manusia itu pada arah kesehatan dan kekafiran. Dipihak lain kawan-kawannya yang beriman menyerunya pada petunjuk dan keimanan.
Al-Qur’an juga menguraikan keadaan resah, ragu, bimbang, dan gelisah yang memberangi konflik psikis antara kekafiran dalam keimanan,. Firman Allah
(Q.S. At-Taubah, 9:45)
(Q.S. An-Nisa, 4:142-143)
Selain itu Al-Qur’an juga menguraikan tentang keadaan konflik psikis yang menimpa manusia yang mempunyai sikap yang ragu-ragu dan resah, antara memerangi kaum muslimin dari satu pihak yang lain dan keresahan, kegelisahan, dan kebingungan yang timbul dari konflik itu, Firma Allahh
(Q.S. An-Nisa,4: 90)
A.    PENGENDALIAN DORONGAN
Telah dikemukankan bahwa Allah menciptakan adanya berbagai dorongan fisiologis dalam fitrah manusia dan hewan, guna terealisasikannya tujuan-tujuan yang dikehendaki Allah, yaitu penjagaan diri dan kelangsungan hidup bagi seluruh jenis. Pemenuhan dorongan-dorongan ini merupakan hal yang dituntut oleh fitrah dan diperlukan oleh tabiat manusia maupun hewan. Sebab pada pemenuhan dorongan-dorongan itulah bergantung kelestarian hidup dan kelestarian jenis. Oleh Karena itu ditetapkanlah hukum-hukum dan perintah Al-Qur’an yang berkenan dengan dorongan-dorongan tersebut, yang sesuai dengan fitrah manusia. Dalam Al-Qur’an dan as-Sunah tidak terdapat hal-hal yang mengisyaratkan dianggap buruknya dorongan-dorongan tersebut atau ditolak maupun diingkarinya. Sebaliknya Al-Qur’an dan as-Sunah menyerukan perlu dikendalikan, diarahkan, dan dipenuhinya dorongan-dorongan itu dalam batas-batas yang diperkenangkan syariat, tanpa berlebih-lebihan atau melanggar batas-batas tersebut.
Namun dalam hal ini hendaklah dibedakan antara penahanan dan penindasan. Penahanan adalah pengendalian secara sengaja terhadap suatu dorongan atau keinginan dan perlawanan dan pengungkapannya dalam kondisi-kondisi dimana dorongan atau keinginan itu tidak patuh untuk dipenuhi. Sedangkan penindasan adalah pengingkaran terhadap keinginan, pandangan yang buruk terhadapnya, atau rasa takut terhadapnya, dan usaha untuk menjauhkannya sama sekali dari ruang lingkup kesadaran, dalam rangka melepaskan diri dari perasaan-perasaan berdosa dan resah yang ditimbulkannya.
Al-Qur’an tidaklah menyerukan ditindasnya dorongan-doronga alamiah manusia. Tapi Al-Qur’an menyerukan perlunya pengaturan dalam pemenuhan, pengendalian, dan pengarahanya secara sehat, demi kebahagian individu dan masyarakat, dengan demikian individu bisa menjadi pengendali dan pengarahan bagi dorongan-dorongan dalam dirinya, dan bukannya dikuasai dan dikendalikan oleh dorongan-dorongan tersebut.
(Q.S. Al-Maidah, 5: 87-88)
(Q.S. An-Nur,24:32)
Dari ayat-ayat diatas, jelaslah bahwa Al-Qur’an tidak menyeru manusia untuk mengingkari dan menekan dorongan-dorongan alamiahnya. Al-qur’an menghindarkan manusia dari terjatuh dalam konflik psikis yang timbul akibat pengingkaran dan penekanan individu atas dorongan-dorongan seksualnya yang menimbulkan gejala-gejala kerancauan tingkah laku. Namun Al-Qur’an juga tidak memberi kebebasan mutlak kepada manusia untuk memenuhi dorongan-dorongan alamiah tanpa batas.
B.     PENYIMPANGAN DORONGAN
Apabila manusia gagal dalam mengendalikan dorongan-dorongannya, dan berlebihan dalam memenuhi dorongan-dorongan itu terbuai dalam kelejatannya, malah menjadikan kelejatan tersebut sebagai tujuan, maka dorongan-dorongn itu telah menyimpang dari tujuan-tujuannya yang hakiki. Penyimpangan dorongan-dorongan dan pendominasiannya atas diri manusia bisa terjadi baik pada dorongan-dorongan fisiologis kita yang terpenting dan paling mudah menyimpan ialah dorongan seksual.
(Q.S. Al-Araf, 7: 80-81)
(Q.S. As-Syu’ra, 26: 165-166)
Diantara penyimpangan yang umum dikenal dalam dorongan-dorongan psikis kita ialah kecintaan pada harta yang sering kita lihat pada diri sebagian manusia dan keserakahan mereka dalam memiliki dan menumpuk-numpuknya. Harta pada asalnya adalah milik Allah.
Secara umum tindakan berlebih-lebihan dalam memenuhi berbagai dorongan dan ketidakmampuan manusia untuk mengendalikan dan menguasainya akan membuat penyimpanganya dorongan-dorongan ini dari tujuan-tujuan yang sebenarnya, yakni melestarikan kehidupan individu dan merealisasikan peningkatanya.

BAB KEDUA: EMOSI DALAM AL-QUR’AN
Dengan karunia-Nya Allah membekali manusia dan hewan dalam berbagai emosi yang membuatnya mampu melangsungkan kehidupanya. Emosi takut misalnya membuat kita menghindar dari bahaya yang mengancam. Emosi marah mendorong kita untuk mempertahankan diri , dan bertujuan untuk menjaga kelangsungan hidup. Emosi cinta merupakan landasan keterpautan hati antara dua jenis dan ketertarikan antara satu sama lainya, guna tetap terpeliharanya kelangsungan hidup umat manusia.
 Dalam Al-Qur’an banyak terdapat uraian yang teliti tentang berbagai emosi yang dirasakan manusia, seperti ketakutan, marah, cinta, kegembiraan, kebencian, cemburu, dengki, penyesalan, kehinaan, dan sedih.
Dalam uraian berikut akan dibahas emosi-emosi yang ada dalam Al-Qur’an:
1.      TAKUT
Emosi takut merupakan salah satu emosi penting dalam kehidupan manusia. Seperti telah dikemukakan dimuka ia membantu manusia dalam memelihara dari bahaya-bahaya yang mengancamnya, dengan demikian membantunya dalam melestarikan kehidupanya.
Manfaat rasa takut tidak hanya terbatas untuk menjaga manusia dari berbagai bahaya yang mengancamnya dalam kehidupan duniawinya saja. Tapi diantara kemanfaatnya terutama sekali ialah mendorong seorang mukmin untuk berusaha tidak terjatuh dalam perbuatan maksiat dengan berpegang teguh dengan ketakwaan pada Allah serta disiplin dalam beribadah kepada-Nya dan melakukan segala sesuatu yang dirihai-Nya.
(Q.S, Al-Anfal,8:2)
Emosi takut merupakan keadaan geliasah luar biasa yang meliputi seluruh diri individu. Kegelisahan ini dilukiskan Al-Qur’an sebagai kegoncangan luar biasa yang menimpa manusia, sehingga membuatnya tidak mampu berfikir dan menguasai diri.
Macam-macam rasa takut
Banyak hal yang dikaitkan dengan manusia. Al-Qur’an sendiri telah mengemukakan sebagian ketakutan terpenting yang menimpa mereka., misalnya takut kepada Allah, takut mati, dan takut menajdi miskin.
a.       Takut kepada Allah
Takut kepada Allah adalah penting dalam kehidupan seorang mukmin. Sebab rasa takut itu mendorongya untuk takwa kepada-Nya dan mencari ridha-Nya, mengikuti ajaran-ajaran-Nya, meninggalkan larangan-Nya dan melaksanakan perintah-Nya. Rasa takut kepada Allah dipandang sebgai salah satu tiang penyangga iman kepada-Nya dan merupakan landasan penting dalam pembentukan kepribadian seorang mukmin.
(Q.S Al-Bayyinah,98: 7-8)
(Q.S. Al-Anfal,8 :2)
(Q.S. Az-Zumar,39:13)
(Q.S. Al-Insan, 76: 10)
Diantara macam ketakutan yang merata dikalangan manusia ialah takut mati. Rasa takut ini tampak jelas ketika terjadi perang khususnya dikalangan tentara yang dikirim kemedan pertempuran. Dalam Al-Qur’an terdapat gambaran tentang ketakutan orang-orang munafik dari perang.
(Q.S. An-Nisa,4: 77)
(Q.S. Muhammad,47: 20)
b.      Takut mati
Takut mati merupakan hal yang umum terdapat dikalangan orang banyak pada umumnya. Malah Nabi Musa juga tidak terlepas dari rasa takut ini. Seperti dikemukkan dalam Al-Qur’an, lewat ucapan Musa, bahwa ia merasa takut akan dibunuh firaun.
(Q.S. Al-Qasash,28: 33)
Keimanan yang benar kepada Allah akan melepaskan individu dari takut mati. Sebab, seorang mukmin tau dengan yakin bahwa kematian akan mengantarkannya pada kehidupan akhirat yang abadi, dimana ia akan menerima karunia dan ridha Allah. Apabila seorang mukmin takut mati, sesugguhnya yang ditakutkannya ialah bahwa ia tidak akan memperoleh ampunan, karunia dan ridha-Nya. Tidak disangsikan lagi bahwa takut mati mencengkam oang-orang yang berbuat maksiat. Mereka takut akan ditimpa kematian sebelum sampai bertaubat. Jadi pada hakekatnya takut mati timbul karena maut merupakan penutup bagi pintu tobat. Dengan demikian takut mati erat kaitanya   dengan takut kepada Allah yang disebutkan di muka
(Q.S. Al-Munafiqun,63:10)
(Q.S. Al-Jum’ah,62: 6-7)
Orang-orang ateis, yang tidak mempercayai hari kebangkitan dan kehidupan akhirat takut mati. Sebab menurut mereka, kematian adalah kehancuran dan kehilangan diri mereka. Oleh karena itu mereka takut akan nasib yang meninpa mereka itu.
c.       Takut terjatuh dalam kemiskinan
Merupakan ketakutan yang menghantui banyak orang. Dalam kehidupannya, manusia selalu mencari rezeki dan khidupan yang aman dan tentram bagi dirinya, istrinya dan anak-anaknya. Dalam usaha ni biasanya manusia harus menanggung kesulitan, kelelahan dan penderitaan dan setiap kemungkinan bahaya memberikan rasa takut dan khawatir kepadanya sebelum islam, misalnya bangsa Arab membunuh putera-putri mereka karena takut terjatuh dalam kemiskinan. Maka Al-Qur’anpun melarang melakukan tindakan yang demikian itu dan memberi kabar kepada mereka bahwa rezki mereka dan anak-anak mereka ada di jamin oleh Allah:
Dengan demikian rasa takut yang sebenarnya dirasakan oleh seorang mukmin hanyalah rasa takut kepada Allah sebab keimanannya kepada Allah membuatnya tidak merasa takut pada kematian, kemiskinan, manusia atau apapun juga lainnya yang ada di alam semesta ini. Yang ditakutinya hanyalah kemarahan Allah kemurkaanya dan azab-Nya.
Takut kepada Allah mempunyi fungsi yang penting dan bermanfaat dalam kehidupan seorang Mukmim.  Sebab ini membuatnya menghindari tindakan-tindakan maksiat. Dengan demikian, ini membuatnya terhindar dari kemurkaan dan azab Allah dan mendorongnya untuk melaksanakan ibadah-ibadah dan perbuatan-perbuatan yang shaleh, karena mengharapkan ridha Allah. Takut kepada Allah pada akhirnya akan membuat terealisasikanya kedamaian psikis, karena dalam jiwa seorang mukmin penuh dengan peasaan harapan akan ampunan dan keridhaan Allah.
2.      MARAH
Marah merupakan suatu emosi penting yang mempunyai fungsi esensial bagi kehidupan manusia, yakni membantunya dalam menjaga dirinya. Al-Qur’n sendiri memberikan anjuran digunakannya kekerasan dalam menghadapi orang-orang kafir yang te4rsebar luasnya islam. Kekerasan seperti ini adalah kekerasan yang timbul dari marak kaena Allah dan demi untuk menyebar luaskan seruan-Nya.
(Q.S. Al-Fath,48: 29)
(Q.S. At-Taubah,9: 123)
Manusia cenderung memberi respon terhadap emosi marah, dengan mengarahkan permusuhan pada hambatan-hambatan yang mengalami pemenuhan dorongan-doronganya atau perealisasian tujuan-tujuannya, baik hambatan-hambatan tersebut berupa manusia, materi, ataupun ikatan-ikatan sosial.
Emosi marah yang menguasai diri seseorang bisa membuatnya macetnya kemampuan berpikirnya yang sehat. Kadang-kadang ia melakukan tindakan atau mengucapkan perkataan yang memusuhi, yang disesali setelah kemarahannya redah,.
(Q.S. Al-A’raf,7:151)
Manusia ketika marah atau sedang dikuasai oleh emosiyang kuat pada umumnya, kehilangan kemampuan untuk berpikir secara sehat, maka hendaknya sewaktu marah ia tidak melakukan tindakan-tindakan yang mungkin akan disesalinya nanti.
3.      CINTA
Cinta memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, sebab ia merupakan landasan kehidupan perkawinan, pembentukan keluarga, dan pemeliharaan anak-anak. Ia adalah landasan hubungan yang erat dimasyarakat dan pembentukan hubungan manusiawi yang akrab. iapun adalah pengikat yang kokoh dalam hubungan antar manusia dengan Tuhannya dan membuatnya iklash dalam menyembah-Nya, mengikuti jalan-Nya, dan berpegang teguh pada syariat-Nya.
Dalam kehidupan manusia, cinta menempakan diri dalam berbagai bentuk. Kadang-kadang seseorang mencintai diri sendiri, kadang-kadang mencintai orang lain, atau juga istri dan anaknya, hartanya, atau Allah dan Rasul-Nya. berbagai cinta ini bisa kita dapatkan dalam Al-Qur’an.
a.       Cinta Diri
Cinta diri erat kaitannya dengan dorongan menjaga diri. Manusia senang untuk tetap hidup, menggambarkan potensi dirinya, dan mengaktualisasikan diri. Iapun mencintai segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan, ketentraman dan kebahagiaan pada dirinya.
(Q.S. Al-A’raf,7:188)
b.      Cinta kepada Sesama Manusia
Agar manusia dapat hidup dengan penuh keserasian dan keharmonisan dengan manusia lainnya, tidak boleh tidak ia harus membatasi cintanya pada dirinya sendiri dan egoismenya.
(Q.S. At-Taubah,9:71)
c.       Cinta Seksual
Cinta erat kaitanya dengan dorongan seksual. Sebab ialah yang bekerja dalam melestarikan kasih sayang, keserasian, dan kerjasama antara suami dan istri. Ia merupakan faktor yang primer bagi kelangsungan hidup keluarga.
(Q.S. Ar-Rum,30: 21)
d.      Cinta Kebapakan
Dalam bab pertama kami telah menguraikan tentang dorongan keibuan sebagai salah satu dari dorongan-dorongan fisiologis, karena adanya landasan fisiologis  bagi dorongan keibuan, yaitu perubahan-peubahan fisiologis dan fisik yang terjadi pada diri si ibu sewaktu mengandung, melahirkan dan menyusui.
Mengingat bahwa antara ayah dengan anak-anaknya tidak terjalin oleh ikatan-ikatan fisiologis seperti yang menghubungkan si ibu dengan anak-anaknya, maka para ahli jiwa modern berpendapat bahwa dorongan kebapakan bukanlah dorongan psikologis seperti hanya dorongan keibuan melainkan dorongan psikis.
(Q.S. Yusuf.12:8)
e.       Cinta Kepada Allah
Puncak cinta manusia, yang paling bening jernih, dan spritual ialah cintanya kepada Allah dan kerinduanya kepada-Nya. Tidak hanya dalam shalat, pujian dan doanya saja tetapi juga dalam semua tindakan dan tingkah laku-Nya. Semua tingkah laku dan tindakannya ditujukan kepada Allah, mengharapkan penerimaan dan ridha-Nya.
(Q.S. Ali Imran,3:31)
f.       Cinta Kepada Rasul
Cinta kepada Rasul yang diutus Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta, untuk memberi petunjuk dan membersihkan hati manusia, mengajarkan Al-Qur’an dan kebijaksanaan, dipilih sebagai penutup para Nabi, menjadi rasul bagi seluruh umat manusia, dan diturunkan kepadanya Al-Qur’an, kitab Allah yang abadi dan pembenar kitab-kitabnya yang telah diturunkan sebelumnya, menduduki peringkat kedua setelah cinta kepada Allah.
(Q.S. Al-Qalam,68:4)                                                                                                                   
4.      GEMBIRA
Kegembiraan merupkan hal bercorak relatif tergantung pada tujuan-tujuan seseorang dalam kehidupan. Apabila tujuannya dalam kehidupan ini adalah untuk mengumpulkan harta, meraih kekuasaan, pangkat atau kenikmatan lainnya dalam kehidupan dunia ini, maka keberhasilan dalam meraih tujuan-tujuanya itu akan membangkitkan kegembiraanya.
(Q.S Yunus,10:57-58)
Barang siapa yang menjadikan lantaran kejahatan kehidupan dunia ini sebagai sumber kegembiraanya, sebagaimana sebagaian besar manusia di dunia ini, dalam kenyataanya ia tidaklah menikmati kehidupan yang berbahagia, tenang dan mapan.
5.      BENCI
Benci adalah emosi yang merupakan lawan dari emosi cinta. Ia merupakan penjelasan dari perasaan tidak senang, tidak mau menerima, perasaan meremehkan dan keinginan untuk menjauhkan hal-hal yang membangkitkan perasaan tersebut, baik hal itu berupa manusiawi, benda, ataupun tindakan.
(Q.S. An-Nisa,4: 19)
Sebagian orang kadang-kadang membenci orang lain karena perbedaan pendapat antara mereka, atau kelebihan mereka dari pada dirinya, atau karena mereka merupakan penyebab terjadinya frustasi dalam kehidupanya ataupun adanya sebab-sebab lain.
6.      CEMBURU
Cemburu adalah emosi yang meresahkan dan membencikan yang timbul apabila seseorang merasa bahwa orang yang dicintainya mengarahkan perhatian atau cintanya kepada orang lain, bukan pada dirinya.
(Q.S. Yusuf,12:8-9)
7.      DENGKI
Dengki merupakan emosi yang dirasakan seseorang bila melihat orang lain memiliki sesuatu yang ia harapkan menjadi miliknya, bukan menjadi milik orang lain. Kedengkian yang demikian ini diungkapkan dalam Al-Qur’an dalam kisah  tentang Qarun. Dituturkan bahwa Qarun keluar kepada kaumnya dengan penuh kemegahan ia membuat kaumnya merasa dengki kepadanya.
(Q.S. Al-Qashash, 28: 79)
Kedengkian seperti ini merata dikalangan banyak manusia. Banyak orang yang cenderung merasa dengki terhadap orang lain yang mendapat karunia dari Allah, baik berupa harta, anak, kesehatan, ataupun keberhasilan. Dalam Al-Qur’an diungkapkan orang-orang yahudi dan musyrik terhadap anugrah kenabian yang dikaruniakan kepada Nabi Muhammad saw, dan kedengkian mereka pada karunia keimanan dan Petunjuk yang diberika-Nya kepada orang-orang mukmin.
8.      SEDIH
Sedih merupakan lawan dari emosi gembira. Rasa sedih ini bisa terjadi apabila seseorang kehilangan orang lain yang akrab dengannya, atau sesuatu yang tinggi nilainya, atau apabila ia tertima malapetaka, ataupun gagal dalam merealisasikan sesuatu urusan yang sangat penting.
(Q.S. Al-An’am,6: 33)
Sringkali ayat-ayat Al-Qur’an tentang kesedihan diberangi dengan rasa takut. Ini mengisyaratkan bahwa keduanya merupakan emosi yang sering berada bersama-sama, yang mengeruhkan kehidupan seseorang. Ayat-ayat itu juga mengisyaratkan bahwa iman kepada Allah, takwa kepada-Nya, dan amal shaleh merupakan pelindung dari rasa takut dan sedih, dan penyembuh bagi keduanya.
9.      PENYESALAN
Penyesalan merupakan keadaan emosional yang timbul dari perasaan bersalah atau berdosa, rasa bersalah dan pencelaan terhadap diri sendiri akan apa yang telah dilakukan, dan pengandaian seandainya tindakan itu tidak dilakukan.
Pencelaan seseorang terhadap diri sendiri dan peyesalan atas apa yang dilakukannya merupakan salah satu faktor yang penting dalam meluruskan kepribadian seseorang. Oleh karena itu Allah telah bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali dirinya, sebagai penghargaan akan signifikansinya dalam mengarahkan tingkah laku seseorang untuk menjauhi tindakan maksiat yang membangkitkan penyesalan dan celaan terhadap diri sendiri.
(Q.S Al-Qiyamah,75:1-2)
10.  EMOSI-EMOSI LAIN
Al-Qur’an juga mengisyaratkan emosi-emosi lain selain yang telah dikemukakan di muka, seperti rasa malu, hina dan takabur.
Emosi rasa malu di isyaratkan Al-Qur’an dalam kisah Musa as, ketika ia melarikan diri dari Fir’aun. Musa mengungsi ke Madian, dimana ia menolong dua gadis untuk mengembalikan air. Salah seorang gadis itu kemudian kembali kepadanya dengan malu-malu dan mengajaknya untuk menemui ayahnya guna untuk di beri imbalan atas jerih payahnya itu.
(Q.S Al-Qashash,28:25)
Sedangkan rasa hina adalah rasa malu diberangi dengan rasa perasaan tercela, dan aib. Dalam Al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang mengungkapkan rasa hina yang menimpa orang-orang musryik dan kafir, baik didunia maupun di akhirat:
(Q.S Al-Baqarah,2: 114)
Sementara emosi takabur bisa ditemukan pula pada sebagian orang. Emosi ini berupa rasa kagum terhadap diri, sikap suka membangga-banggakan, membesar-besarkan, dan menonjolkan diri. Kadang emosi ini pada sebagian orang merupakan sifat tingkah laku yang begitu dominan dalam kepribadian mereka. Emosi ini sendiri dicela oleh Al-Qur’an
(Q.S. Luqman, 31: 18)
Kekaguman terhadap diri bisa berakibat timbulnya sikap sombong dan angkuh terhadap orang lain dan merendahkan serta meremehkan mereka dalam pergaulan. Dalam Al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang mencela ketakaburan orang-orang musrik dan orang-orang munafik serta keenggangan mereka untuk menerima kebenaran karena rasa angkuh yang mereka miliki.
PERUBAHAN-PERUBAHAN FISIK YANG MENYERTAI EMOSI
Apabila emosi seseorang sedang timbul, terjadilah berbagai perubahan fisiologis dalam tubuhnya. Diantara perubahan-perubahan fisioligis yang terjadi sewaku emosi sedang menggelora ialah, mengerasnya detak jantung, mengerutnya pembuluh darah di dalam usus besar, dan meluasnya pembuluh darah diberbagai penjuru permukaan  tubuh. Al-Qur’an telah melukiskan tentang kegoncangan yang terjadi selama emosi ketakutan berlangsung yang terjadi karena mengerasnya detak jantung dan derasnya darah yang mengalir kedalamnya, yang membuatnya membesar dan membuatnya dekat dengan batang tenggerokan.
(Q.S. Al-Ahzab,33: 10-11)
Dalam Al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang menguraikan tentang emosi-emosi sedih dan menyesal, gembira dan bahagia yang dirasakan manusia pada hari kiamat, dan ekspresi-ekspresi wajah mereka yang memantulkan kondisi emosional mereka.
Ø  Pengendalian Emosi
Emosi yang berlebih-lebihan bisa membahayakan kesehatan fisik dan psikis manusia. Emosi takut misalnya, berguna bagi manusia karena mengancam hidupnya. Tetapi apabila ketakutan itu terlalu berlebih-lebihan, dimana seseorang menjadi ketakutan terhadap banyak hal yang tidak merupakan bahaya yang ril bagi dirinya maka dalam kasus ini emosi ketakutannya menjadi membahayakan dirinya.
Ø  Pengendalian Rasa Takut
Al-Qur’an selalu berupaya untuk selalu menggarakan manusia, seperti mati dan jatuh miskin. Berkenanaan dengan rasa takut mati Al-Qur’an telah menyatakan bahwa kehidupan dunia ini akan hancur, kelezatannya akan sirna sedangkan kehidupan akhirat merupakan kehidupan yang abadi dan nikmat disana tidak akan pernah sirna. Kematian tiada lain ialah perpindahan dari kehidupan yang fana kepada kehidupan yang abadi. Sebagai mana firman Allah. (Q.S. Al-Ankabut,29: 64)
Orang-orang mu’min yang benar mendalami keimanannya sepenuhnya tahu bahwa kematian merupakan realitas dan tiada tanpa gentar dan takut. Merekapun tahu bahwa betapa panjang usia seseorang dalam kehidupan ini, ia pun pasti akan mati juga. Dan kematian akan mengantarkan mereka kepada kehidupan yang abadi.  
Sebagaimana firman Allah (Q.S. Al-Ahzab,35: 16)
Ø  Pengendalian Rasa Takut Jatuh Miskin
Al-Qur’an juga berwasiat agar kita tidak takut jatuh miskin. Sebab rizki berada di tangan Allah, dan Dia adalah pemberi rizki yang mempunyai kekuatan yang sangat kokoh. (Q.S. Adz-Dzariyat, 52: 53)
Ø  Pengendalian Marah
Al-Qur’an juga berwasiat agar kita bisa mengendalikan emosi marah. Sebab ketika seseorang sedang marah pemikirannya akan macet dan kehilangan kemampuan untuk memberikan penialaian yang benar. Peningkatan energi dalam tubu, selama emosi marah berlangsung, akan membuat seseirang lebih siap untuk melakukan permusuhan fisik
terhadap orang yang membangkitkan kemarahannya. Oleh karena itu, pengendalian marah mempunyai  manfaat ditinjau dari berbagai segi: Pertama, ia memelihara kemampuan berfikir manusia dan pengambilan keputusan yang benar.Kedua, ia memelihara keseimbangan fisik manusia, sebab ia melindungi manusia dari ketegangan fisik yang timbul akibat peningkatan energi yang terjadi akibat meningkatnya zat gula yang dikelurkan oleh hati. Ketiga, pengendalian emosi marah dan tindakan tidak memusuhi orang lain dengan baik dan tenang, dengan sendirinya akan menimbulkan rasa tenang dalam diri si musuh itu dan mendorongnya mengadakan intropeksi. Keempat, pengendalian atas emosi marah, dari segi kesehatan juga bermanfaat.
Ø  Pengendalian Cinta
Al-Qur’an juga menyarankan kita untuk bisa mengendalikan cinta kita kepada keluarga k, orang tua, istri, suami, anak, sahabat, suku, tanah air, bahkan harta ataupun kekayaan. sehingga semuanya itu membuat kita lalai akan cinta kepada Allah dan mengabaikan ketaannya kepada-Nya serta perjuangan pada jalan-Nya. sebagaimana firman AllAH SWT, (Q.S. At-Taubah, 9: 24)
Ø  Pengendalian Atas Emosi-emosi Lain
Al-Qur’an juga memerintahkan kita untuk tidak takabur dan sombong. Selain itu Al-Qur’an juga mengharapkan kit untuk bisa mengendalikan emosi sedih dan gembira.
Secara umum, Allah berwasiat kepada kita agar mengendalikan dan menguasai, emosi-emosi kita. Dan keimanan yang mendalam kepada Allah dan tindakan mengikuti metode yang diwariskan-Nya bagi kita dalam Al-Qur’an dan diuraikan oleh Rasulullah saw, akan memberi kita kemauan dan kekuatan kehendak yang memungkinkan kita untuk bisa mengendalikan dan menguasai emosi-emosi kita. Seorang mukmin yang benar-benar beriman hanya takut kepada Allah saja. Ia tidak takut mati, miskin, kepada sesama manusia, atau juga yang lainnya.

BAB  KETIGA: TANGGAPAN PANCA INDRA DALAM AL-QUR’AN
Dengan kehendak-Nya Allah membekali manusia dan hewan dengan segala kemampuan dan fungsi yang mereka perlukan untuk tetap bisa melestarikan kehidupannya. Disamping dibekali dengan berbagai dorongan dan emosi, keduanya juga dikarunia dengan seperangkat instrumen guna memahami alam luar berbagai peristiwa yang terjadi disekitar keduanya. Allah juga memberi mereka kemampuan untuk memahami alam dan berbagai perubahan yang terjadi padanya. Dan panca indra mempunyai fungsi yang sangat penting dalam kehidupan. Dengan panca indra makhluk hidup bisa menyadari apa yang menyakitinya, sehingga bisa dihindarinya dan apa yang bermanfaat baginya sehingga ia bsa berusaha meraihnya. Tanggapan kita terhadap alam luar melalui panca indra lahiriah, yaitu pendengaran, penglihatan, indra pencium, indra perasa, dan indra kulit.
Dalam bab ini, akan dibahas tentang masalah tanggapan panca indra dalam Al-Qur’an. Dengan mengakhirkan uraian tentang berfikir dan pengetahuan yang diterima manusia dari Allah melalui wahyu dan ilham.
1)      Pancaindra  Dalam Al-Qur’an
Ketika lahir seorang anak tidak mengetahui apa-apa, namun tidak lama kemudian panca indranya mulai melaksanaka fungsinya. Ia pun mulai terpengaruh oleh berbagai pengaruh luar yang mengenai dirinya, dan menimbulkan berbagai peresaan. Inilah yang kemudian menjadi landasan kesadaran dan pengetahuannya tentang alam luar. Sebagaimana firman Allah (Q.S. An-Nahal,16: 78), (Q.S. Al-Mu’Minun,23: 78)
Disini Al-Qur’an cukup mengemukakan pendengaran dan penglihatan sebagai alat indra saja, karena pertama, signifikansi yang begitu penting dari kedu indra itu dalam proses tanggapan pancaindra. kedua, penyebutan keduanya cukup menjadi indikator tentang semua panca indra yang lain dalam proses tanggapan panca indra.
Dalam kebanyakan ayat-ayat Al-Qur’an, penglihatan disebutkan setelah pendengaran pertama, pendengaran lebih penting ketimbangan penglihatan dalam proses pegindaraan, belajar dan memperolh ilmu pengetahuan. Kedua, indra pendengaran langsung berfungsi setelah seorang anak lahir, dimana anak itu, begitu ia dilahirkan, lagsung bisa mendengar suara. Sementara untuk melihat sesuatu ia butuh waktu beberapa lama. Ketiga, fungsi indra pendengaran berlangsung secara terus menerus, tanpa terhenti sementara indra penglihatan kadang-kadang terhentinya fungsinya apabila seseorang memejamkan matanya atau bila ia sedang tidur. Keempat, indra pendengaran bisa mendengar baik dalam keadaan terang maupun gelap.
Pendengaran dalam Al-Quran, disebutkan dalam bentuk Mufradat , sedang penglihatan dalam ayat Al-Qur’an disebutkan dalam bentuk jamak.
2)      Indra-Indra Kulit
Kajian-kajian fisiologis moderen membuktikan bahwa pada kulit manusia terdapat sel-sel sensoris yang beraneka ragam jenisnya. Sel-sel ini khusus untuk menerima berbagai bentuk perasaan. Sebagian sel untuk merasakan panas dan sebagian yang lain lagi untuk merasakan dingin. Selain itu adapula yang merasakan sentuhan dan tekanan serta merasakan kesakitan.
3)      Indra Keenam
Ada jenis lain dari indra yaitu apa yang disebut oleh para ahli ilmu jiwa di sebut dengan indra keenam.  Sebagian ahli ilmu jiwa di zaman moderen ini telah mengandakan pengkajian atas gejala-gejala ini. Mereka juga mengadakan berbagai percobaan Namun hasil-hasil yang mereka capai belum lagi terinci telit dan mampu meberikn uraian yang gamblang tentang gejala-gejala tersebut.
4)      Tipuan Penglihatan
Tipuan penglihatan adalah penglihatan yang keliru dan tidak sesuai dengan realitas yang dilihat. Ada berbagai jenis tipuan peglihatan yang umumberla ku pada semua orang dan mereka semuanya mengalami dengan cara yang serupa. contohnya fatamorgana yang dari kejauhan disangka air padahal bukan.
5)      Efek Dorongan Dan Nilai-Nilainya Atas Kesiagaan Dan Kemampuan Indra
Dorongan-dorongan seseorang dan nilai-nilainya mempunyai efek atas kesiagaan dan kemampuan indranya. ini dibuktikan oleh berba’rafgai kajian eksperimental modern. Kenyataan ini telah diisyaratkan oleh Al-Qur’an dalam berbagai ayatnya Sebagaimana firman Allah, (Q.S. AL-A’raf,7:179)

BAB KEEMPAT: BERFIKIR DALAM AL-QUR’AN
Manusia dan hewan sama-sam menikmati fungsi pancaindranya. Namun manusia berbeda dengan hewan karena akal budi yang dianugrakan Allah dan kemampuan berfikir yang memungkinkannya untuk mengadakan tinjauan dn pembahasan tentang berbagai hal, dan peristiwa, menyimpulkan hal-hal yang umum dari bagian-bagian, dan menyimpulkan berbagai kesimpulan dari premis-premis.
Informasi-informasi yang diperolh seorang anak melalui panca indra pada periode pertama dari kehidupannya merupakan materi yang membantunya nanti dalam cara berpikir. Allah sendiri telah memberi dorongan kepada manusia untuk memikirkan alam semesta, merenungkan keindahan ciptaan-Nya dan mengungkapkan hukum-hukum-Nya dialam semesta.
Langkah-langkah Berfikir Dalam Memecahkan Problem
a)      Kesadaran Akan Adanya Problem
Pemikiran bermula ketika seseorang merasakan adanya dorongan yang kuat untuk memecahkannya, agar ia bisa sampai pada tujuan yang ingin dicapainya. Kesadaran akan adanya problem ini merupakan langkah awal dari proses pemikiran.,
b)     Penghimpun Data Mengenai Problem Yang Dihadapi
Ketika seseorang merasakan adanya suatu problem, biasanya ia berusaha mengkaji problem itu dari berbagai aspeknya, agar ia bisa memahami dengan baik, dan menghimpun berbagai data dan informasi itu secara mendalam, guna mengetahui relevansi data dan informasi tersebut dengan problem yang dihadapinya. Penghimpun data dan informasi yang relevan dengan problem yang ada membantunya dalam memperjelas, memahami dan membatasi problem itu dengan teliti, sehingga bisa mengantarkannya umtuk menyusun hipotesa guna memecahkan problem tersebut.
c)      Penyusunan Hipotesa
Sealama data dan informasi sedang dihimpun, pada benak yang bersangjutan terbesit beberapa kemungkinan jalan keluar hipotesa bagi problem tersebut atau beberapa hipotesa.
d)     Penilaian Terhadap Hipotesa
Ketika seseorang sedang memikirkan suatu problem, biasanya ia berusaha menguji dan mendiskusikan hipotesa tersebut beradasrkan berbagai data dan informasi yang dimilikinya. Ini untuk mengetahui sejauh mana kecocokan dan kelayakan hipotesa tersebut berdasrkan berbagai data dan informasi yang dimilikinya . Proses ini terus berlangsung hingga akhirnya ia sampai pada suatu hipotesa yang bisa diterima dan cocok dengan berbagai data dan informasinya tentang problem yang dihadapinyua dan cocok untuk memecahkan problem tersebut.
e)      Pengujian Kebenaran Hipotesa
Setelah hipotesa-hipotesa yang tidak layak dijaukan dan hipotesa yang layak didapatkan, biasanya seorang akan mengumpulkan berbagai data yang lain, mengadakan pengamatan baru, atau mengadakan berbagai percobaan guna mengetahui sejauh mana kebenaran hipotesa tersebut.
v  Kekeliruan-Kekeliruan Dalam Berfikir
Berfikir mempunyai kemungkinan untuk keliru. Sebab kadang-kadang berfikir menghadapi sebagian hambatan yang membuatnya melenceng dari jalannya yang lurus dan menghalanginya untuk sampai kepada realitas yang ingin dicapainya. Apabila pemikiran seseorang banyak mengalami hambatan,  ini akan mebuatnya menadi statis dan tidak mampu menerima pendapat-pendapat dan pemikir baru.  Dan apabila pemikiran seseorang menjadi macet dan statis, maka ia aktor-faktor akan kehilangan karakteristik utama yang membedakannya dengan hewan. Malah ia menjadi bagaikan hewan atau lebih sesat lagi.
v  Faktor-Faktor Yang Menghambat Berfikir
Al-Qur’an juga mengemukakan berbagai faktor penting yang menghambat pemikiran, yang membuatnya statis dan menghalanginya dari membuat penilaian-penilian yang benar menganai hal yang dihadpinya.  Faktor-faktor tersebut ialah.
1.      berpegang teguh pada pikiran-pikiran lama
2.      Tidak cukupnya data yang ada
3.      Sikap Memihak yang emosional dan apriori.

BAB KELIMA: BELAJAR DALAM AL-QUR’AN
karunia Allah manusia dibekali selain dengan karunia tanggapan pancaindra dan kemampuan berpikir dengan kesiapan alamiah untuk belajar, memperoleh pngetahuan, kemahiran dan ketrampilan teknik yang meningkatkan kemampuanya untuk menanggung tanggunga jawab kehidupan dibumi dan memakmurkannya hingga ia mampu mencapai kesempurnaan insani yang dikaruniakan Allah padanya.
Ø  Berbagai Sumber Ilmu Pengetahuan
Manusia memperoleh pengetahuan dari dua sumber utama: sumber ilahiah dan sumber manusiawi. kedua jenis ilmu pengetahuan ini saling melengkapi dan keduanya, pada dasarnya berasal dari Allah yang menciptakan manusia dan membekalinyadengan berbagai alat dan sarana untuk bisa memahami dan memperoleh ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang berasal dari sumber ilahi adalah jenis ilmu pengetahuan yang datang langsung dari Allah, baik melalui wahyu, ilham, ataupun mimpi (ru’ya) yang benar. Sedangkan sumber ilmu pengetahuan yang berasal dari sumber manusiawi adalah jenis ilmu pengetahuan yang dipelajari manusia dari berbagai pengalaman pribadinya dalam kehidupan, juga dari upayahnya dalam menelaah, mengamati, dan memecakan berbagai problem yang dihadapinya melalui cara “tri and error”
Ø  Belajar Bahasa
Karunia Allah yang terbesar pada manusia dan yang membedakannya dari hewan adalah kemampuannya untuk mempelajari bahasa. Bahasa merupakan sarana utama manusia dalam berpikir dan memperoleh ilmu pengetahuan. Bahasa, dalam kedudukanya sebagai simbol konsep-konsep, telah memungkikan manusia untuk membahas semua konsepsi dalam pemikiranya secara simbolis, dengan demikian membantu merealisasikan kemajuan lur biasa dalam ilmu pengetahuan dan keahlian-keahlian.
Ø  Adab Belajar Bahasa
Karena belajar merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia yang memungkinkanya untuk mencapai kemjuan yng terus menerus dalam belajar dan pemikirannya, maka hal yang pertama-tma diajarkan Allah kepada Adam ialah nama-nama segala sesuatu.
Ø  Belajar Berkehendak Memilih Dan Membuat Keputusan
Dengan kehendaknya Allah juga mengajari Adam as dan Hawa beberapa kebiasaan tingkah laku yang berguna dalam kehidupan keduanya, dan sesuai dengan karakter diri mereka berdua yang terdiri dari materi dan ruh yang selalu terlibat dalam konflik antara beragai tuntunan tubuh dan ruh mereka.
Ø  Metode Belajar Dalam Al-Qur’an
Kadang-kadang manusia belajar melalui metode pengalaman praktis atau metode trial and error dari banyak cara pemecahan yang berguna baginya dalam menghadapi masalah-masalah dalam kehidupannya. selain itu juga ia belajar melalui metode berpikir dan pembuktian intelektual.
a.       Peniruan
b.      Pengalaman Praktis dan Trial and Error
c.       Berpikir.
Ø  Prinsip-Prinsip Belajar Dalam Al-Qur’an
1.      Dorongan
Dorongan sangat penting dalam belajar. sebab, apabila dorongan yang gigih untuk memperoleh suatu tujuan tertentu terpenuhi akan terpenuhi pulah kondisi-kondisi yang tepat dimana seseorang bisa mengupayakan upaya yang diperlukanya untuk mempelajari metode-metode yang tepat guna mengantarkannya pada tujuan itu. Berbagai kajian eksperimental akhir-akhir ini, yang dilakukan pada hewan dan manusia membuktikan pentingnya dorongan dalam membangkitkan keinginan untuk belajar. Al-Qur’an dalam pendidikan spritualnya pada kaum muslimin, mempergunakan berbagai metode guna membangkitkan dorongan untuk belajar. Al-Qur’an mengggunakan janji dan ancaman dan kisah-kisah sebagaimana ia juga memanfaatkan peristiwa-peristiwa kontemporer yang penting, yang membekas pada dorongan-dorongan manusia, emosinya dan membuatnya siap untuk mengambil pelajaran dari peristiwa-peristiwa itu.
a.       Pembangkitan dorongan dengan janji dan ancaman
Ketika seseorang mempunyai dorongan yang kuat untuk mencapai tujuan, maka pencapaian tujuan yang memuaskan dorongannya itu dipandang sebagai imbalan atau ganjaran yang menyebabkan timbulnya rasa senang, gembira, atau puas. Sebaliknya, kegagalan untuk meraih tujuan tersebut dipandang sebagai semacam azab yang menimbulkan baginya rasa penderitaan, ketidak senangan, dan kesengsaraan. Oleh karena itu, secara naluriah manusia cenderung mempelajari berbagai respon atau tindakan yang bisa mengantarkannya pada kegagalan atau derita.
Dalam seruannya pada keimanan terhadap aqidah, tauhid, Al-Qur’an telah menaruh perhatian dalam membangkitkan berbagai dorongan pada diri manusia untuk memperoleh imbalan yang akan dikaruniakan kepada orang-orang yang beriman dalam syurga, dan membuat mereka takut akan siksa dan azab yang akan ditimpakan atas orang –orang kafir dineraka jahanam. Dengan demikian kaum mukmin terpengaruh dengan dua dorongan yang kuat. Pertama, dorongan yang membuat mereka melaksanakan ibadah, kewajiban dan segala yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. Kedua, dorongan yang membuat mereka menghindari segala bentuk dosa, maksiat, dan segala yang membangkitkan amarah Allah dan Rasul-Nya.  Perasaan seseorang dengan kedua dorongan kuat yang saling melengkapi dan sering dalam tujuannya ini akan membuatnya dalam keadaan siap untuk patuh kepada Allah dan Rasul-Nya, dan segera melaksanakan kewajiban dan tanggungjawab yang dibebankan kepadanya.
Oleh karena itu Al-Qur’an tidak hanya mendasarkan diri pada rasa takut atau rasa harap saja. Tapi ia mendasarkan diri pada paduan keduanya. rasa takut akan azab Allah dan rasa harap akan rahmat dan Pahala-Nya.
b.      Pembangkitan dorongan dengan cerita
Cerita merupakan salah satu sarana yang dipergunakan Al-Qur’an untuk membangkitkan dorongan untuk belajar. Ini dikarenakan cerita membangkitkan rasa ingin tahu dan pemusatan perhatian para pendengarnya untuk mengikuti berbagai peristiwa yang dituturkan didalamnya. Melalui cerita-cerita Al-Qur’an berusaha menanamkan tujuan-tujuan keagamaan yang berkenaan dengan aqidah, suri teladan, dan huku yang hendak diajrkannya kepada manusia:
(Q.S. Yusuf, 12:111)
Diantara keindahan aristik yang mewarnai kisah-kisah Al-Qur’an itu begitu mudah menanamkan tujuan-tujuan keagamaan dalam jiwa dan begitu dalam pengaruhnya atas jiwa manusia.[1]
Perlu dikemukankan bahwa sebagian kisah Al-Qur’an dimulai dengan menguraikan ikhtishar kisah tersebut. Kemudian diuraikan dtil-detailnya sejak permulaan hingga akhir. Contohnya adalah kisah Ashhabul Kahfi. pengemukakan ikhtisar kisah sebelum uraian tentang detail-detailnya mempunyai fungsi untuk membangkikatkan rasa ingin tahu dan perhatian pendengarnya untuk mengikuti detail-detailnya lebih lanjut.
Sementara kisah yang lain  dimulai dengan menyebutkan akhir dan tujuan kisah tersebut dan setelah itu baru diuraikan detail-detainya. Contohnya adalah kisah Musa as dalam surat al-Qashas. Mengemukakan akhir atau tujuan kisah, terlebih dahulu, pun dimaksudkan untuk membangkitkan perasaan ingin tahu dan perhatian pendengar untuk mengikuti kejadian-kejadian kisah, tersebut, guna mengetahui bagaimana tujuan itu terealisasikan.
c.       Pemanfaatan peristiwa-peristiwa penting
Pada umumnya, manusia terpengaruh oleh peristiwa-peristiwa penting yang meninpa mereka dan kerena mereka siap untuk mengambil pelajaran yang terkandung dalam suatu peristiwa. Al-Qur’an sendiri telah mempergunakan peristiwa-peristiwa penting yang dialami kaum muslimin, untuk mengajari mereka sebagai suri teladan yang berguna dalam kehidupan mereka. Jelas pada waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang membangkitkan perasaan mereka, Kaum muslimin lebih siap dan sedia untuk mengambil pelajaran dari padanya.
2.      Pengulangan
Penyampaian pandangan dan pikiran secara berulang-ulang kepada seseorang biasanya membuat mapan dan terpacang kuatnya pendapat dan pikiran itu dalam benaknya. Kajian-kajian yang dilakukan oleh para ahli ilmu jiwa modern membuktikan pentingya pengulangan dalam proses belajar. Dalam Al-Qur’an kita dapatkan pengilangan realitas-realitas yang berkenaan dengan aqidah dan masalah-masalah gaib, yang oleh Al-Qur’an ingin dipancangkan kuat-kuat daklam benak manusia. Misanya saja aqidah Tauhid bahwa Allah sajalah sumber semua keagamaan dan keimanan akan hari kebangkitan, hari kiamat, hari hisab, pahala dan azab dalam kehidupan akhirat. Banyak Al-Qur’an yang mengulang-ngulang konsepsi ini agar bisa terpancang kuat dalam benak manusia.
3.      Perhatian
Perhatian merupakan salah satu faltor penting dalam belajar. Apabila seorang mahasiswa tidak menaruh perhatian dalam suatu mata kuliah misalnya, maka sulit baginya untuk memahami informasi-informasi yang disampaikan oleh mata kuliah tersebut. Oleh karena itu para pendidik dan pengajar selalu berusaha untuk membangkitkan perhatian murid-murid agar mereka bisa menyerap, memahami, dan memahami pelajaran yang diberikan. Pntingnya perhatian dalam mnyerap informasi ditekankan Al-Qur’an dalam firman-Nya
(Q.S. Qaf,50: 37)
Ayat diatas datang setelah Ayat dimana Allah mengemukakan bahwa ia telah menghancurkan, sebelum kaum quraisy, banyak kaum kafir yang lebih kuat dari kaum mereka. Dalam ayat ini Allah mengisyaratkan bahwa hal itu merupakan peringatan bagi orang yang mempunyai akal, atau dengan kata lain yang mendengar, memahami, dan menaruh perhatian pada firman Allah itu.
4.      Partisipasi Aktif
Dalam mempelajari kalimat-kalimat yang bercorak gerakan, tidak boleh tidak seseorang harus benar-benar berlatih dan mempraktikan keahlihan itu sehingga ia benar-benar menguasainya. Praktik tidak hanya penting dalam keahlian yang bercorak gerakan saja, tapi juga dalam ilmu-ilmu teoritis dan dalam mempelajari perilaku moral, keutamaan, nilai-nilai, dan tata krama perilaku sosial. Sebab dengan melaksakan apa yang dipelajari, ini akan mempercepat seseorang dalam mempelajari dan menguasainya menurut kesimpulan suatu kajian eksperimental, orang-orang yang membaca sendiri dan kalimat yang ada dihapanya lebih cepat dalam menghafalnya ketimbang orang-orang lain yang hanya mendengarkan pelatih mendengarkan huruf kalimat itu dan pada saat yang sama melihat huruf dan kalimat itu dilayar flm yang ada didepan mereka.[2]Percobaan ini membuktikan pentingnya partisipasi yang aktif dalam proses belajar.
Penetrapan prinsip partisipasi aktif ini bisa ditemukan dalam Al-Qur’an. Ini tampak jelas dari metode yang dipakai  Al-Quran dalam mengajarkan kaum muslimin kualitas-kualitas kejiwaan yang terpuji dan moral serta kebiasaan tingkah laku yang luhur, lewat latihan dan praktik berbagai ibadah yang diwajibkan atas mereka. Whudu dan shalat pada sat-saat tertentu setiap harinya mengajarkan kaum muslimin, kebersihan, ketaatan, kesabaran, dan ketangguhan
Disamping mendidik kaum muslimin dengan keimanan dan aqidah agama, Al-Qur’an sangat menaruh perhatian untuk mengalihkan perhatian mereka mengarahkan mereka pada amalan yang shaleh. Sebab, kebenaran yang benar tidak boleh tidak harus terungkap dalam tingkah laku dan tindakan.
5.      Distribusi Belajar
Para ahli jiwa modern membuktikan bahwa istribusi belajar atau latihan, dengan periode yang bertenggang dan diselingi dengan istirahat, menopang cepatnya belajar dan mengekuhkan hasil belajar dalam ingatan. Dan belajar yang dilakukan dengan menggunakan metode distribusi lebih efektif dari pada belajar dengan menggunakan metode pemusatan, yaitu belajar yang berlangsung pada suatu periode yang terus-menerus tanpa diselingi istirahat.
Prinsip ini sendiri telah diterapkan dalam Al-Qur’an, Sebab ia diturunkan dalam periode yang bertenggang dan dalam masa yang cukup lama, yaitu sekitar dua puluh tiga tahun. Ini dimangsud agar manusia dapat mempelajarinya dengan tenang agar dan mampu menyerap pengertian-pengertian yang terkandung dalamnya. Dengan demikian isinya bisa dikuasai,dipelajari,  dipahami, dan dihafal dengan cara teliti dan mendalam.  (QS.Al-Isra,17: 106)
6.       Bertahap Dalam Mengubah Tingkahlaku Buruk
Melepaskan diri dari kebiasaan-kebiasaan yang sudah mendarah daging merupakan hal yang sulit bagi kebanyakan orang. Sebab ini membutuhkan kemauan yang kuat usaha yang besar , dan latihan yang lama. Padahal ini merupakan hal yang tidak tertangguhkan oleh kebanyakan orang oleh karena itu cara terbaik untuk melepaskan diri dari kebiasaan-kebiasaan buruk yang dominan ialah secara bertahap.
Cara kedua yang digunakan Al-Qur’an dalam dalam menyembuhkan kaum muslimin dari kebiasaan-kebiasaan buruk yang telah mendarah daging dalam diri mereka ialah dengan menyiapkan jiwa mereka untuk melepaskan diri dari kebiasaan-kebiasaan itu. Ini Dilakukan dengan membentuk secara bertahap kebiasaan yang bertentangan dengan kebiasaan yang diminta untuk melepaskan diri darinya. Cara ini telah dipakai Al-Qur’an dalam menyembuhkan problem minum qhamar.
Sebagian ahli psiko-terapi, baru-baru ini berhasil menemukan suatu metode dalam psiko-terapi yang didasarkan pada kajian-kajian B.F. Skinner. Metode itu sangat micip dengan cara yang dipergunakan Al-Qur’an dalam menyembuhkan kecanduan minum khamar dan riba. Dalam psiko-terapi, metode ini dikenal dengan “Pembentukan”.

BAB KEENAM: ILMU LADUNI DALAM AL-QUR’AN
v  Ilham Dan Ru’ya
Kemampuan akal budi manusia untuk mengetahuirealitas dan memperoleh ilmu pengetahuan adalah terbatas. Ia tidak mampu menguasai seluruh realitas alam semesta. Pun, dengan uayanya sendiri, ia tidak mampu mengetahui hal-hal yang gaib
Oleh karena itu manusia dari waktu-kewaktu membutuhjan petunjuk dan pengarahan dari Allah tentang apa yang baik dan bermanfaat bagi dirinya, baik melalui para Nabi dan Rasul ataupun melalui ilham dan mimpi (ru’ya). Fungsi para nabi dan rasul yang diutus Allah dalam berbagai sejarah adalah untuk memberi petunjuk kepada manusia dan mengajari mereka ajaran-ajaran agama-agama dan apa yang mendatangkan kebaikan bagi mereka.
(Q.S.Al-Baqarah,2:213) 
Ilmu Laduni bukan saja ilmu pengetahuan yang hanya diperoleh oleh para Nabi dan Rasul lewat ilham dan mimpi. Ia pun mungkin diperoleh oleh orang lain yang bukan nabi dan rasul, apabila ia memenuhi syarat=syarat tertentu, seperti orang yang shaleh bertakwa, mempunyai Kalbu yang bening, dan mempunyai wawasan spritual.
Ilham adalah sejenis ilmu yang dikaruniakan Allah kepada sesorang dan dipaterikan kepada kalbunya, sehingga tersikap olehnya sebagian rahasia dan tampak jelas baginya sebagian realitas. Dalam Al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang mengisyaratkan tentang ilmu laduni yang dikaruniakan Allah kepada para nabi dan rasul-Nya.  
Contoh jelas dalam Al-qur’an tentang ilmu laduni ialah kisah yang terdapat dalam surat al-Kahfi, tentang seorang hamba yang shaleh dimana Musa as diminta untuk menemaninya dan belajar darinya.
(Q.S. Al-Kahfi,18: 65-66)
Meskipun Mua adalah seorang nabi dan rasul, namun ia tidak tahu tentang ilmu laduni yang dikaruniakan Allah pada seorang hamba yang shaleh sehingga ia bisa mengetahui berbagai rahasia yang tidak diketahui Musa as. Hamba itu tahu dari Allah bahwa ada seorang raja yang suka memburu dan merampas kapal. Oleh karena itu iapun menenggelamkan kapal yang dimiliki sebagian orang miskin, agar kapal itu agak rusak dan tidak dirampas oleh raja yang jalim itu. Ia pun tahu bahwa anak yang dibunuhnya akan merepotkan kedua orang tuanya yang shaleh. Maka Allah pun mengganti dengan seorang anak yang lebih baik dari anak yang dibunuh itu. Iapun tahu bahwa diawah dinding yang hampir roboh tersebut terdapat harta karun bagi dua orang anak yang kedua orang tuanya adalah hamba-hamba Allah yang shaleh. Maka dinding itu tegakan kembali agar terjaga, sehingga kedua anak itu menjadi dewasa dan bisa mengmbil harta karun itu, Kemudian hamba yang shaleh itu mengatakan kepada Musa bukan karena kehendaknya sendiri, tapi atas perintah Allah.
Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang mengemukakan bahwa ilham Allah bisa diterima oleh orang yang bukan Nabi dan rasul, Tapi atas perintah Allah.
(Q.S, Tha Ha,20: 38-39)
Para ahli ilmu jiwa modern belum menaruh perhatlham ilahi. in untuk mengadakan pengkjian terhadap ilham ilahi. Namun dalam kajian mereka tentang pemikiran kreatif, mereka mempergunakan istilah ilham atau iluminasi guna menguraikan tentang timbulnya pikiran-pikiran yang kreatif yang tampak seakan ia timbul tiba-tiba pada sebagian pemikir sewaktu mereka sedang memikirkan sesuatu problem yang mereka hadapi.
v  Mimpi Dan Ru’ya
Mimpi merupakan fenomena kejiwaan yang biasa terjadi pada diri manusia. Para ilmuan dan pemikir, dari berbagai kurun sejarah telah berusaha menginterpretasikan dan mengetahui penyebabnya mereka juga membuat berbagai interprestasi.
Kajian para ahli ilmu jiwa modern tentang mimpi terbatas pada jenis-jenis mimpi yang elah dikemukakan di atas. khususnya mimpi yang mengekspresikan dorongan-dorongan tidak sadar kita, seiring dengan teori Fred tentang mimpi. sementara para ahli ilmu jiwa modern tidak mengkaji mimpi prediktif atau mimpi yang benar yang menyingkapkan tentang hal-hal yang akan terjadi pada masa depan, meski mimpi pada jenis ini kadang terjadi pada sebagian orang .
BAB KETUJUH: INGAT DAN LUPA DALAM AL-QUR’AN
Ø  Ingat
 Ingat sangat penting bagi kehidupan manusia, sebab keingatan kita atas apa yang telah kia pelajari informasi dan pengalama kita sebelumnya memungkinkan kita untuk memecahkan problem.
Disamping ingatan mempunyai fungsi yang penting dalam kehidupan ilmiah dan praktis manusia, ingat juga dianggap penting dalam segi agama, sebab manusia yang selalu ingat akan Allah, akan karunia dan nikmat-Nya, akan akhirat, hari perhitungan, imbalan dan azab yang akan menantinya, akan selalu bertakwa beamal shaleh dan berhias dengan akhlak yang luhur.
Dalam Al-Qur’an terdapat banyak ayat yang mengemukakan bahwa Allah telah mengutus Rasulullah saw dan menurunkan Al-Qur’an kepada-Nya untk mengingatkan manusia akan akidah tauhid,  hari kebangkitan, hari perhitungan di akhirat,  dan ajaran-ajaran para nabi sebelumnya yang telah mereka lupakan.
(Q.S. Al-Ghasyiyah,88:21)
Ø  Lupa
Diantara problem yang dihadapi manusia adalah seringnya lupa. Hal ini biasanya menimbulkan hal yang buruk baginya dan seringkali menghalanginya dalam mempersiapkan diri guna menghadapi problem-problem kehidupan. Lupa banyak dikemukakan oleh ayat-ayat Al-Qur’an apabila ayat-ayat tersebut ditelaah dan dikaji pengertian yang terkandung didalamnya, maka akan tampak bagi kita bahwa lupa yang terdapat dalam ayat-ayat itu mempunyai berbagai pengertian yang bisa diikhtisarkan sebagai beriut:
a)      Lupa yang terjadi pada benak mengenai beberapa peristiwa, nama seseorang, dan informasi yang diperoleh seseorang sebelumnya.ini merupakan lupa normal yang menimpa seseorang akibat bertimbun dan berjalinya informasi-informasi yang ada. Jenis lupa ini telah dikaji oleh ahli ilmu jiwa dengan secara mendalam dan menurut mereka lupa ini terjadi akibat interferensi informasi. Dalam Al-Qur’an lupa ini disyaratkan dalam firman Allah
(Q.S. Al-A’la,87:6)
b)     Lupa yang mengandung makna lalai. Misalnya seseorang meninggalkan sesuatu di suatu tempat. atau ia hendak berbincang-bincang dengan seseorag tentang berbagai hal, namun ia hanya ingat sebagianya dan lupa sebagian lainnya, dan baru ingat kemudiannya. Sebagaimana Allah swt berfirman:
(Q.S. Al-Kahfi,18:68)
Ø  Lupa Dna Syetan
Menurut sebagian Al-Qur’an syetan melihat bakat manusia untuk lupa sebagai jalan untuk mempengaruhinya. Bakat inilah yang kadang-kadang membuat manusia lupa akan hal-hal penting yang bermanfaat bagi dirinya. Ia pun kadang-kadang membuatnya lalai akan allah dan mengabaikan perintah-perinth-NYA. sebagaimana firman Allah.
(Q.S. Al-An’am,6:68)
Cara syetan menggoda manusia dan mendorongnya lupa akan, Allah, dan akan kebaikan dan kemanfaatan bagi dirinyapada umumnya, adalah dengan mempengaruhi dorongan dan hawa nafsu. ini memang merupakan titik kelemahan manusia.
Ø  Terapi Lupa Dalam Al-Qur’an
Terapi lupa yang timbul akan kelelahan akan Allah adalah dengan ingat terus-menerus akan Dia, nikmat dan karunia-Nya tand-tanda kekuasaan-Nya pada ciptaan-ciptaan-Nya, akhirat dan hari perhitungan. Al-Qur’an sendiri telah mengemukakan pentingnya ingat kepada Allah sebagai terapi bagi jenis lupa ini. ini tampak jelas dari firman-Nya.
(Q.S. Ali Imran,3:190-191)
Oleh karena itu ingat Allah merupakan terapi bagi lupa lalainya hati, maka Allah memerintahkan kepada kita untuk banyak mengingat-Nya, baik siang maupun malam, pagi maupun sore.Terapi kelupaan manusia akan Allah dan kelliannya akan akhirat, dengan demikin, adalah dengan cara ingat akan Allah secara terus-menerus. Sehingga Allah hadir dalam diriny secara terus menerus, sekejappun tidak pernah hilang.ini mengingatkan kita pada salah satu prinsip belajar secara terus menerus sekejappun tidak pernah hilang.
Karena Al-Qur’ana dalah kitab aqidah, dan bukunya adalah buku tentang ilmu pengetahuan, maka wajarlah bila ia menaruh perhatian terhadap problem kelupaan dan kelalaian manusia akan Allah dan akhiratnya, dan terapinya.

BAB KEDELAPAN: SISTEM SYARAF DAN OTAK DALAM AL-QUR’AN
Berbagai kajian anatomis dan fisiologis moderen telah berhasil menentukan bagian-bagian tertentu dalam otak yang melakukan fungsi-fungsi psikologis tertentu. diantara bagianbagian terpentinga dalam otak ialah kawasan motoris yang mengendalikan gerakan seluruh bagian tubuh, kawasan sensoris yang merupakan pusat berbagai indra peraba dan perasaan adanya berbagai perubahan dalam  peringkat panas tubuh serta rasa setiap (setiap bagian tubuh terwakili dalam kawasan motoris an kawasan sensoris.
Selain itu ia juga ikut terlibat dalam kegiatan yang dikendalikan otak dan dipandang sebagai pusat-pusat pengendalian intelektual tinggi seperti, belajar, berpikir, berbicara, menulis an membaca.  Otak manusia mengendalikan dan menguasai seluruh kegiatan yang dilakukan manusia.
Lapisan otak terdiri dari milyaran sel-sel syaraf yang terdapat dalam suatu tempat yang relatif sempit dalam tengkorak kepala. Oleh karena itu, lapisan otak terdiri dari banyak lipatan yang naik turun. Sebenarnya permukaan lapisan otak luas sekali. Sehingga andaikata ia dihamparkan maka luasnya ada sekitar enam belas kaki persegi. Luas lapisan otak yang besar ini, dan yang terdiri dari milyaran sel-sel syaraf, memungkinkannya untuk mencatat semua pengalaman dan kegiatan yang dilakukan manusia. Dalam kenyataannya, lapisan otak manusia merupakan salah satu sarana pencatatan yang dikehendaki Allah untuk mencatat segala tindakan manusia, Sehingga ia tidak mempunyai alasan untuk mengingkarinya nanti.:
(Q.S. Al-Isra,17: 3-4)
Pencatatan tindakan-tindakan manusia dalam sel-sel otaknya tidak menghalangi adanya pencatat lain yang menyeluruh atas tindakan semua manusia, yaitu sebuah buku, sebagaimana yang telah dikemukakan oleh sebagian ayat Al-Qur’an:
(Q.S, Az –Zumar, 39: 69)

BAB KESEMBILAN: KEPRIBADIAN DALAM AL-QUR’AN
Dalam membicarakan kepribadian, banyak orang yang menganggapnya sebagai pengaruh yang ditimbulkan seseorang atas diri orang lain, atau sebagian kesan utama yang ditinggalkan seseorang pada orang lain. Misalnya mereka mengatakan tentang seseorang sebagai proses-proses kejiwaan tetap yang mengatur pengalaman-pengalaman seseorang dan membentuk  
Penciptaan Manusia
Dalam AL-qur’an diuraikan bagaimana Allah telah menciptakan manusia dari materi dan roh. Setelah turab melewati beberapa fase penciptaan: Dari turab menjadi tanah, kemudian menadi lumpur hitam yang diberi bentuk dan kemudian menjadi tanak kering seperti tembikar., Allah kemudian menuiupkan roh kepadanya sehingga terciptanya Adam As.
Q.S., Shad, 38: 71-72)
Q.S.  Al-Hijr,15: 28-29)
Kata roh dalam Al-Qur’an mempunyai bergai arti roh yang terdapat dalam ayat-ayat al-Qur’an yang menguaikan tentang penciptaan Adam As ialah “roh ciptaan Allah, yang membuat manusia siap untuk mempunyai sifat-sifat yang luhur dan mengikuti kebenaran.ia adalah unsutinggi yang didalamnya mengandung kesiapan manusia untuk merealisasikan hal-hal yang paling luhur dan sifat-sifat yang paling suci.
Dengan penciptaan seperti ini manusia dibedakan dari seluruh makhluk lainnya.
Konfli Psikis
Dalam kepribadian manusia terkandung sifat hewani yang tercermin dalam berbagai kebutuhan fisik yang harus dipenuhinya demi kelangsungan hidup dirinya. Selain itu, dalam kepribadiannya juga terkandung sifat malaikat, yang tercipta dalam spritualnya untuk mengenal Allah, beriman kepadanya, meneyembahnya dan memuji kepadanya.
Keseimbangan Dalam Kepribadian
Dimuka telah dikemukakan bahwa penyelesaian yang paling ideal dari konflik antara aspek-aspek fisik dan spritual dalam diri manusia adalah dengan mengkompromikn antara keduanya. ini dilakukan dengan berbagai kebutuhan fisik dalam batas-batas yang diperkenankan oleh Allah dan pada saat yang sama dengan memenuhi berbagai kebutuhan spritualnya. Pengkompromian antara kebutuhan-kebutuhan tubuh dan kebutuhan jiwa ini merupakan hal yang mungkim apabila seseorang , dalam kehidupannya konsisten dengan sikap tengah-tengah dan moderat dan mengindari diri dari berlebih-lebihan dan keterlaluan  dalam memenuhi baik dorongan-dorongan fisiknya maupun dorongan-dorongan spritualnya.
Kepribadian Yang Serasi
Kepribadian yang serasi dalam islam ialah
 kepribadian dimana terdapat keseimbangan antara tubuh dan jiwa dan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan keduanya. Dengan demiian kepribadian yang sserasi ialah kepribadian yang memperhitungkan tubuh, kesehatannya kekuatannya, dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dalam batas-batas yang dipekenankan agama, dan pada saat yang sama berpegang teguh pada keimanan kepada Allah, melaksanakan berbagai ibadah, melakukan segala hal yang diridhai Allah dan menghindari segala hal yang membangkitkan amarah-Nya. Jadi, seseorang yang selalu mengikuti hawa nafsunya bukanlah pribadi yang serasi.
Pola-pola Kepribadian Dalam Al-Qur’an
Dalam berbgai kurun sejarah para pemikr, seperti halnya para ahli ilmu jiwa modern, telah berusaha mengkaji berbagai segi keserupaan dan perbedaan antara berbagai kepribadian manusia.
Klasifikasi manusia dalam berbagai pola kepribadian dimana pada masing-masing pola dimsukan kedalamnya dimana pribadi-pribadi yang serupa dalam sifat-sfat mereka,  dalam membantu menjelaskan tentang manusia dan menginterprestasikan tingkahlaku mereka.
Dalam Al-Qur’an kita temukan klasifikasi manusia, berdasarkan aqidahnya, dalam tiga pla, yaitu: orang-orang yang beriman, orang-orang kafir dan orang-orang munafik.
Masing-masing dari ketiga pola ikepribadian ni diuraikan Al-Qur’an dengan sifat-sifat terpenting yang menjadi ciri masing-masing dan yang membedakan antara satu dengan yang lain.
Orang-orang Beriman
Sifat-sifat orang-orang beriman dapat diklasifikasikan dalam sembilan bidang perilaku yang pokok yaitu:
1.      Sifat-sifat yang berkenaan dengan aqidah.
2.      Sifat-sifat yang berkenaan dengan ibadah.
3.      Sifat-sifat yang berkenaan dengan hubungan sosial.
4.      Sifat-sifat yang berkenaan denganhubungan kekeluargaan.
5.      Sifat-sifat moral.
6.      Sifat-sifat emosional dan sensual.
7.      Sifat-sifat intelektual dan kognitif.
8.      Sifat-sifat yang berkenaan dengan kehidupan praktis dan profesional.
9.      Sifat-sifat fisik.
Orang-orag Kafir
Sifat-sifat orang kafir dapat diklasifikasikan menjadi berikut:
1.      Tidak beriman kepada tauhid, para Rasul, hari kemudian dan hari kebangkitan dan perhitungan
2.      Menyembah selain Allah yang tidak mendatangkan manfaat, dan mudharat bagi mereka.
3.      Zhalim, suka memusuhi orang-orang beriman dalam tindakan-tindakan mereka, suka menghina orang-orang yang beriman, senang mengajak pada kemungkaran, dan melarang orang berbuat kebajikan.
4.      Senang memutus silahturahim.
5.      Mengingkari janji, berlaku serong, suka menuruti hawa nafsu, sombong dan takabur.
6.      Benci dan dengki tehadap orang-orang yang beriman dan de gki terhadap karunia Allah yang diberikan Allah kepada orang-orang yang beriman.
7.      Pikiran yang statis, tidak mampu memahami dan berfikir, kalbu tertutup, pengekorang buta terhadap kepercayaan dan tradisi nenek moyang, suka memperdayakan.
Orang-orang Munafik
Sifat-sifat mereka yang terdapat dalam Al-Qur’an dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
1.      Mereka tidak mempunyai sikap yang tegas terhadap aqidah tauhid.
2.      Mereka melaksanaka ibadah hanya karena riya saja, bukan karena penerimaan penuh akan kewajiban tersebut.
3.      Mereka menyuruh pada kemungkaran dan mencegah kebajikan.
4.      Kurang percaya pada diri sendiri, suka mengingkari janji, tindakannya didasarkan pada pamrih, penakut, pembohong, kikir, dan suka menurti hawa nafsu.
5.      Takut, baik terhadap orang-orang yang beriman maupun orang-orang musryik.

BAB  KESEPULUH: PSIKO - TERAPI  DALAM  AL-QUR’AN
Pada dasrnya Al-Qur’an diturunkan untuk menjadi petunjuk bagi umat manusia menyeru mereka kepada aqidah tauhid, dan mengajari mereka berbagai nilai dan metode pemikiran dan kehidupan yang baru. Iapun memberi petunjuk kepada mereka akan tingkah laku yang lurus dan benar, demi kepentingan dan kebaikan mereka pada jalan yang benar dalam mendidik dan membina diri secara benar, sehingga bisa mencapai kesempurnaan manusiawi yang merealisasikan kebahagiaan hidup didunia dan diakhirat.
(Q.S., Al-Isra,17:9)
Al-Qur’an sendiri pada awal perkembangan Islam, demikia besar pengaruhnya atas jiwa bangsa Arab. Ia berhasil sepenuhnya dalam mengubah kepribadian mereka. ia juga berhasil mengubah moral, tingkahlaku dan sistem kehidupan mereka. 
Tidak ragu lagi bahwa dalam l-Qur’an terdapat kekuatan spritual yang luar biasa dan mempunyai pengaruh mendalam atas diri manusia. Ia membangkitkan pikiran, menggelorakan perasaan, menggugah kesadaran dan menajamkan, wawasan. Dan manusia yang berada dibawah pengaruh Al-Qur’an ini seakan menjadi manusia baru yang diciptakan kembali.
Meskipun masyarakat-masyarakat modern telah melakukan berbagai upaya dalam bidang pendidikan dan pengajaran , untuk mengarahkan dan mendidik generasi muda agar menjadi warga negara yang baik, namun upaya tersebut tidak membuahkan hasil yang diharapkan. Berbagai kriminalitas dan penyelewengan yang terseber luas disemua masyarakat merupakan bukti yang jelas tentang kegagalan sistem-sistem pendidikan modern dan ketidakmampuanya untuk membentuk para warga negara yang baik. Akhir-akhir ini banyak upaya dicurahkan dilapangan psiko-terapi atas individu-individu yang menderia berbagai goncangan kepribadian dan penyakit jiwa. Di lapangan ini sendiri muncul berbagai metode Psiko-terapi. Namun semuanya tidak  mencapai keberhasilan yang diharapkan dalam menyembuhkan atau menjaga diri dari berbagai penyakit jiwa.
Demikianlah, baru-baru ini, timbul berbagai aliran dikalangan para ahli ilmu jiwa yang menyatakan tentang pentingya agama dalam terapi penyakit jiwa.yang menyatakan bahwa pentingnya agama dalam kesehatan jiwa. 
Keimanan dan Perasaan Aman
Semua aliran dalam psikoterapi sependapat bahwa keresahan merupakan penyebab utama timbulnya berbagai penyakit jiwa.

Metode Al-Qur’an Dalam Psiko-Terapi
Untuk bisa merubah dan merombak kepribadian dan tngkah laku seseorang,  tidak boleh tidak harus diadakan perubahan atau perombakan dalam pikiran atau kecenderunganya. Sebab tingkah laku manusia sangat berpengaruh terhadap tingkah laku dan kecenderunganya.
Keimanan Kepada Aqidah Tauhid
Hal pertama-tama yang dibuat Al-Qur’an dalam jiwa bangsa arab ialah aqidah. Oleh karena itu ayat-ayat Al-Qur’an diturunkan di Makkah pada fase pertama seruan islam pada dasarnya bertujuan untuk mengukuhkan aqidah tauhid.
Ketakwaan
Keimanan kepada Allah diberangi dan diikuti oleh ketakwaan kepada-Nya. Takwa berarti menjaga diri dari amarah dan azab Allah, dengan menjauhi tindakan maksiat dengan melaksakan tata atran yang telah digariskan, Al-Qur’an dan dijelaskan oleh Rasulullah Saw.
Berbagai Ibadah
Perubahan pikiran langkah utama guna mengubah kepribadian dan tingkah laku manusia. Namun untuk mempelajari tingkah laku barupun diperlukan praktek dalam waktu yang lama. Atau dengan kata lain perlu latihan, sehingga tingkah laku itu menjadi mapan.
Dalam mendidik kepribadian manusia dan mengubah tingkah laku mereka Al-Qur’an memakai metode penetrapan dan pempraktekan pikiran, kebiasaan, dan tingkah laku bau yang hendak ditanaman dalam diri mereka. Oleh karena itu Allah mewajibkan berbagai ibadah: shalat, puasa, zakat dan haji.
Shalat
Terminologi shalat mengisyaratkan bahwa didalamnya terkandung adanya hubungan mausia dengan Tuhannya. Dalam shaat manusia manusia berdiri dengan khusu dan tunduk kepada Allah, pencipta-Nya dan pencipta seluruh alam semesta.
Keadaan yang tentram dan jiwa yang dihasilkan oleh shalat mempunyai dampak teraupetik yang penting dalam meredakan ketegangan syaraf yang timbul akibat berbagai tekanan kehidupan sehari-hari dan menerunkan kegelisahan yang diderita  oleh sebagian orang.
Kedaan tenang atau santai, merupakan sarana yang diperguakan olehsebagian ahli psiko-terapi modern dalam menyembuhkan berbagai penyekit jiwa. Keadaan tenang bisanya bisa dipelajari dengan latihan. Keadaan tenang dan jiwa damai yang ditimbulkan shalat juga membantu melepaskan diri dari kegelisahan yang dikeluhkan oleh para pasien jiwa.
Puasa
Puasa mempunyai banyak manfaat kejiwaan. Sebab puasa merupakan pendidikan dan pelurusan jiwa dan penyembahan bagi penyakit jiwa dan tubuh. Ini karena pencegahan dari makanan dan minum , sejak dari sebelum fajar hingga terbenamnya matahari pada semua hari bulan Rhamadan, merupakan latihan bagi manusia dalam melawan dan menunduk hawa nafsunya. Dengan ini akan tertanam semangat ketakwaan pada dirinya.
(Q.S. Al-Baqarah,2:183)
Dengan kata lain agar manusia terhindar dari maksiat sebab, puasa bisa menundukan hawa nafsu yang mendorong indakan maksiat.
Puasa juga merupakn latihan bagi manusia untuk bersabar dalam menahan lapar, haus, dan mencegah hawa nafsu. Selanjutnya kesabaran yang dipelajari dari puasa akan diterapkannya dalam seluruh aspek kehidupannya. Maka iapun belajar bersabar dalam menanggung upaya untuk mendapatkan rezki, tidak enakya jatuh sakit, dan berbagai kelezatan dan kenikmatan kehidupan.
Diantara manfaat psikis lain dari puasa ialah ia membuat manusia merasa kecukupan meskipun ia sedang kelaparan. Dalam dirinya iapun memiliki perasaan belas kasihan terhadap orang-orang miskin, sehingga ini akan mendorongnya untuk berbuat baik kepada mereka. Disamping manfaat-manfaat psikis di atas, puasa juga mempunyai manfaat-manfaat medis dan terapeutik dari berbagai penyakit fisik. Sebagaimana diketahui, kesehatan fisik manusia besar pengaruhya terhadap kesehatan jiwanya.
Zakat
Kewajiban zakat, yang diwajibkan atas kaum muslimin dengan mengeluarkan sejumlah tertentu dari hartanya setiap taunnya untuk dinafkakan bagi kaum miskin, tidak lain merupakan latihan bagi seorang muslim untuk membalas kasih bagi orang-orang dan mengulurkan tangan dan bantuan kepada mereka guna memenuhi kebutuhan mereka.
Al-Qur’an sendiri telah menyatakan bahwa shadaqah, baik berupa zakat yang wajib atau yang sunnahkan, membersihkan dan menyucikan diri manusia. (Q.S. At-Taubah,9: 103)
Haji
Haji juga mempunyai berbagai manfaat psikis yang besar artinya. Sebab kunjungan seorang muslim ke Masjidilharam di Makkah al Mukharamah, Masjid Rasulullah Saw di madinah al Munawarah tempat-tempat turunya wahyu, dan berbagai empat pertempuran islam, akan membekalinya dengan suatu tenaga Rohaniah besar yang menyinarkan dari dirinya segala keruwetan dan problem kehidupan dan memberinya perasaan damai, tentram dan bahagia.
Disamping itu haji juga merupakan latihan bagi manusia untuk mampu menahan derita dan kesulitan dan meredah diri.
Lebih jauh lagi haji juga merupakan latihan bagi manusia untuk bisa mengendalikan dan menguasai nafsu dan dorongannya sebagaimana yang terkandung dalam Qur’an surat al-baqarah ayat 197.
Atas dasar ini, haji merupakan pendidikan diri, dimana manusia meluruskan dirinya, melawan berbagai nafsu dan dorongannya melatih dirinya dalam melawan kesulitan, dan berbuat kebajikan kepada orang lain dan mencitai mereka.
Kesabaran
Al-Qur’an juga menyuruh orang-orang yang beriman untuk berhiasan dengan kesabaran. Ini karena ia mempunyai berbagai manfaat yang besar dan mendidik diri, memperkuat kepribadian meningkatkan kemampuan mansuia dalam menanggung kesulitan, memperbaharui tenaganya dalam menghadapi berbagai problem dan beban kehidupan serta bencana dan cobaan masa, dan membangkitkan kemampuannya dalam melanjutkan perjuangan demi menegakan kalimah Allah. (Q.S. AL-Baqarah: 153), (Q.S Al-Imran: 200)
Seorang mukmin yang sabar tidaklah menjadi terlalu sedih sewaktu ia tertimpa cobaan. Iapun tidak menjadi lemah atau ambruk ketika te 
Review Buku Yang Berjudul Al-Qur’an Dan Ilmu Jiwa Oleh: Dr. M. ‘Utsman Najati Bandung: Penerbit Pustaka, 1425H-2004 M. Guna Untuk Memenuhi Tugas Akhir, Mata Kuliah: Psikologi Pendidikan,  Dosen Pengampu: Dra. Nadlifah H.
OLEH : FATM SAMAL
Al-Qur’an adalah sebuah kitab suci dan petunjuk yang diturunkan oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad saw bagi seluruh manusia. Al-Qur’an  berbicara kepada rasio dan kesadaran (Consience) manusia.  Al-Qur’an juga mengajarkan kepada manusia aqidah tauhid serta membersihkan diri manusia dengan berbagai praktek ibadah, dan menunjukan kepadanya dimana letak kebaikan  dalam kehidupan pribadi dan kemasyarakatan. Selanjutnya Al-Qur’an juga menunjukan kepada manusia jalan terbaik guna merealisasikan dirinya, mengembangkan kepribadiannya, dan mengantarkannya pada jenjang-jenjang kesempurnaan insani sehingga manusia bisa merealisasikan kebahagiaan bagi dirinya, baik di dunia maupun di akhirat.
( Q.S. Al-Jatsiyah,45: 20 ), (Q.S. An-Nahal,10: 89)
Al-Qur’an juga mendorong manusia untuk berjalan diatas bumi, mengamati makhluk-makhluk yang ada di alam semesta, dan mengkaji serta memikirkan ciptaan Allah yang ada dilangit dan bumi sehingga keindahan pencipta dan keindahan makhluk dapat mereka jadikan sebagai bukti adanya Dzat pencipta yang maha suci dan maha tinggi.
(Q.S. Al-Ankabut, 29: 20)
Banyak diantara ayat-ayat Al-Qur’an yang berbicara mengenai tabiat manusia, dan berbagai kondisi psikis kemudian menjelaskan berbagai penyebab penyimpangan serta penyakit jiwa. Selain itu Al-Qur’an juga mengemukakan berbagai jalan penelusuran, pendidikan, dan terapinya. Ayat-ayat Al-Qur’an tentang jiwa ini merupakan pedoman bagi manusia dalam memahami berbagai karakteristik jiwanya, dan mengarahkannya pada jalan yang benar dalam mendidik dan mengembangkannya.
Para ahli ilmu jiwa modern, yang memaknai metode penelitian ilmu-ilmu fisika, telah membatasi diri mereka dengan mengkaji gejala-gejala kejiwaan yang bisa diamati dan dikaji secara obyektif. Mereka berusaha menghindar dari penelitian terhadap banyak gejala-gejala kejiwaan penting yang sulit untuk diamati atau dikaji secara eksperimental. Dengan demikian, mereka telah memenuhi jiwa itu sendiri dari kajian-kajian mereka, sebab jiwa merupakan hal yang tidak mungkin bisa diamati. Merekapun membatasi kajian-kajian mereka pada tingkah laku yang bisa diamati dan diukur saja. Adapun sebagian dari mereka yang menyerukan agar istilah “Ilmu Jiwa” diganti dengan “Ilmu Tingkah Laku”. Sebab ilmu jiwa modern mempelajari tingkah laku dan tidak mempelajari jiwa.
Selanjutnya Dalam buku ini, penulis akan mereview pada setiap bab yang terdiri dari sepuluh bab diantaraya yaitu:

BAB PERTAMA: DORONGAN-DORONGAN TINGKAH LAKU DALAM AL-QUR’AN
Dorongan adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan kegiatan dalam diri makhluk hidup dan memotori tingkah laku serta pada suatu tujuan atau berbagai tujuan.  Dorongan- dorongan  melakukan berbagai fungsi yang primer dan penting bagi makhluk hidup. Dorongan-dorongan juga mendorong menolong makhluk untuk melakukan banyak tindakan penting yang bermanfaat lainnya dalam usahanya untuk menyerasikan diri dengan lingkugan hidupnya.
Para ahli ilmu jiwa modern membagi dorongan-dorongan menjadi dua bagian pokok:
Pertama, dorongan-dorongan fiologis. Dorongan-dorongan ini berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan tubuh  dan kekurangan atau hilangnya keseimbangan yang terjadi dalam jaringan-jaringan tubuh.
Kedua, dorongan-dorongan psikis. Dorongan-dorongan ini diperoleh lewat belajar selama proses sosialisasi yang dilalui seseorang.
A.    DORONGAN-DORONGAN FIOLOGIS
Allah yang telah memberi karunia nikmat wujud bagi setiap makhluk-Nya karakteristik dan sifat-sifat khusus yang membuat para makhluk mampu melaksanakan-fungsi-fungsi yang telah diciptakan Allah bagi mereka.
(Q.S. Tha-Ha,20: 50)
Diantatara karakteristik yang diciptakan hewan dan manusia ialah dorongan-dorongan fisiologis. Dorongan ini sendiri terbagi menjadi dua bagian: pertama, yang diperlukan bagi kelangsungan hidup individu, dan kedua, yang diperlakukan bagi kelestarian hidup jenisnya.
Fungsi-fungsi fisiologis melakukan fungsi biologis yang penting bagi hewan dan manusia. Fungsi-fungsi biologis inilah yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan tubuh, menutup semua kekurangan, kekacauan atau hilangannya keseimbangan yang menimpanya. fungsi-fungsi tersebut selalu berusaha menjaga kadar tertentu dari keseimbangan biologis yang diperlakukannya untuk memelihara diri dan kelangsungannya.
Berbagai kajian fisiologis yang baru telah membuktikan adanya kecenderungan alamiah dalam tubuh manusia dan hewan untuk memelihara suatu kadar keseimbangan dalam dirinya. Apabila keseimbangan ini mengalami kegoncangan maka timbulah suatu dorongan yang spontan untuk mengembalikan keseimbangan tubuh seperti sebelumnya.
Konsep keseimbangan yang berhasil disingkapkan para ilmuan baru-baru ini telah dikemukankan oleh Al-Qur’an al Karim sejak empat belas abad yang lalu. Firman Allah:
(Q.S. Al-Hijr,15:19)
(Q.S. Furqan,25:2)
Jadi manusia demikian pula hewan diciptakan dengan sesuatu cara yang tertentu yang teliti sesuai dengan takaran keseimbangan tertentu. Apabila keseimbangan ini mengalami kegoncangan maka akan timbul golongan-golongan Fisiologis yang mendorong orang atau hewan yang mengalaminya untuk melakukan kegiatan spontan yang diperlukan untuk mengembalikan tubuh pada kesimbangan sebelumnya.
Al-Qur’an telah mengemukakan dorongan-dorongan fisiologis yang penting ini. dalam pembahasan berikut akan diuraikan ayat-ayat Al-Qur’an yang ada kaitanya dengan dorongan –dorongan tersebut diantranya:.
a.         Dorongan-dorongan untuk menjaga diri
b.        Dorongan-dorongan mempertahankan kelestarian hidup jenis
a)        Dorongan Seksual
b)        Dorongan Keibuan
B.     DORONGAN-DORONGAN PSIKIS
Dorongan-dorongan psikis adalah dorongan-dorongan yang tidak bisa dirujukan secara langsung kepada kondisi-kondisi fisiologis dari tubuh yang timbul karena kekurangan atau tidak ada kebutuhan fisik, seperti halnya dalam dorongan-dorongan fisiologis misalnya rasa lapar, haus, atau letih.
Sebagian besar para ahli ilmu jiwa modern berpendapat bahwa dorongan-dorongan psikis pada umumnya merupakan dorongan-dorongan yang diperoleh berdasarkan dorongan-dorongan fisiologis kita. Dengan kata lain, menurut meraka dorongan-dorongan psikis merupakan cabang dari dorongan-dorongan fisiologis yang timbul akibat terjadinya interaksi antara dorongan-dorongan itu dengan berbagai pengalaman individu dan faktor pertumbuhan sosialnya.
Ada beberapa dorongan psikis yaitu meliputi:
a)      Dorongan Memiliki
(Q.S. Al-Imran,3: 14)
b)      Dorongan memusuhi
(Q.S. Al-Baqarah,2:36)
c)      Dorongan berkompetisi
(Q.S. Al-Muthafifin,83:22-26)
d)     Dorongan beragama
(Q.S. Ar-Rum,30:30)
C.    DORONGAN-DORONGAN TAK SADAR
Manusia sering merasakan sesuatu keinginan atau dorongan yang tidak bisa diterima atau menimbulkan keresahannya. Maka manusiapun berusaha menjauhkannya dari ruang lingkup kesadaran atau perasaannya. Akhirnya keinginan atau dorongan itu tertahan dalam alam bawah sadar. Namun manusia sering  mengekspresikan keinginan atau dorongan itu secara tidak sadar, dalam bentuk kata-kata yang terucapkan secara tidak sadar atau ucapan yang keliru. Al-Qur’an sendiri  telah mengisyaratkan tentang adanya ekspresi tidak sadar lewat kata-kata yang keliru, yang mengungkapan tentang dorongan dalam jiwa yang diusahakan oleh manusia untuk dirahasiakan dan disembunyikan. Firman Allah
(Q.S. Muhammad,47: 29-30)
Dituturkan dari Amirul mukminin ‘Utsman bin Affan ra’, bahwa dalam konteks ini ia berkata: “Tak seorangpun yang merahasiakan sesuatu melainkan Allah akan menyingkapkan apa yang terkandung dalam hatinya lewat ekspresi mukanya atau salah bicaranya. Dalam sebuah hadis dikatakan: “Tak seorangpun yang menyembunyikan suatu rahasia melainkan Allah akan memberinya penutup. Apabila penutup itu baik, maka rahasia itu adalah baik, dan apabila penutup itu buruk maka buruk pula rahasia itu.
KONFLIK ANTAR DORONGAN
Apabila sebagian dorongan pada diri manusia saling bertentangan misalnya saja salah satu dorongannya tertarik kesuatu arah tertentu, sementara dorongan yang lain tertarik kearah yang berlawanan, maka manusia itu akan tertimpa perasaan resah, ragu-ragu dan tidak mampu mengambil keputusan arah mana yang harus ditempuhnya. Keadaaan yang demikian ini dinamai dengan konflik psikis. Al-Qur’an sendiri telah mendeskripsikan  keadaan konflik psikis yang diderita oleh sebagian manusia yang mempunyai sikap ragu-ragu dalam masalah keimanan. Firman Allah
(Q.S, Al-An’am,6:71)
Ayat ini memberikan uraian yang terinci tentang keadaan konflik psikis, keresahan dan keraguan yang ditimbulkannya pada diri manusia. Dari satu pihak sistem berusaha menjatuhkan dan menarik manusia itu pada arah kesehatan dan kekafiran. Dipihak lain kawan-kawannya yang beriman menyerunya pada petunjuk dan keimanan.
Al-Qur’an juga menguraikan keadaan resah, ragu, bimbang, dan gelisah yang memberangi konflik psikis antara kekafiran dalam keimanan,. Firman Allah
(Q.S. At-Taubah, 9:45)
(Q.S. An-Nisa, 4:142-143)
Selain itu Al-Qur’an juga menguraikan tentang keadaan konflik psikis yang menimpa manusia yang mempunyai sikap yang ragu-ragu dan resah, antara memerangi kaum muslimin dari satu pihak yang lain dan keresahan, kegelisahan, dan kebingungan yang timbul dari konflik itu, Firma Allahh
(Q.S. An-Nisa,4: 90)
A.    PENGENDALIAN DORONGAN
Telah dikemukankan bahwa Allah menciptakan adanya berbagai dorongan fisiologis dalam fitrah manusia dan hewan, guna terealisasikannya tujuan-tujuan yang dikehendaki Allah, yaitu penjagaan diri dan kelangsungan hidup bagi seluruh jenis. Pemenuhan dorongan-dorongan ini merupakan hal yang dituntut oleh fitrah dan diperlukan oleh tabiat manusia maupun hewan. Sebab pada pemenuhan dorongan-dorongan itulah bergantung kelestarian hidup dan kelestarian jenis. Oleh Karena itu ditetapkanlah hukum-hukum dan perintah Al-Qur’an yang berkenan dengan dorongan-dorongan tersebut, yang sesuai dengan fitrah manusia. Dalam Al-Qur’an dan as-Sunah tidak terdapat hal-hal yang mengisyaratkan dianggap buruknya dorongan-dorongan tersebut atau ditolak maupun diingkarinya. Sebaliknya Al-Qur’an dan as-Sunah menyerukan perlu dikendalikan, diarahkan, dan dipenuhinya dorongan-dorongan itu dalam batas-batas yang diperkenangkan syariat, tanpa berlebih-lebihan atau melanggar batas-batas tersebut.
Namun dalam hal ini hendaklah dibedakan antara penahanan dan penindasan. Penahanan adalah pengendalian secara sengaja terhadap suatu dorongan atau keinginan dan perlawanan dan pengungkapannya dalam kondisi-kondisi dimana dorongan atau keinginan itu tidak patuh untuk dipenuhi. Sedangkan penindasan adalah pengingkaran terhadap keinginan, pandangan yang buruk terhadapnya, atau rasa takut terhadapnya, dan usaha untuk menjauhkannya sama sekali dari ruang lingkup kesadaran, dalam rangka melepaskan diri dari perasaan-perasaan berdosa dan resah yang ditimbulkannya.
Al-Qur’an tidaklah menyerukan ditindasnya dorongan-doronga alamiah manusia. Tapi Al-Qur’an menyerukan perlunya pengaturan dalam pemenuhan, pengendalian, dan pengarahanya secara sehat, demi kebahagian individu dan masyarakat, dengan demikian individu bisa menjadi pengendali dan pengarahan bagi dorongan-dorongan dalam dirinya, dan bukannya dikuasai dan dikendalikan oleh dorongan-dorongan tersebut.
(Q.S. Al-Maidah, 5: 87-88)
(Q.S. An-Nur,24:32)
Dari ayat-ayat diatas, jelaslah bahwa Al-Qur’an tidak menyeru manusia untuk mengingkari dan menekan dorongan-dorongan alamiahnya. Al-qur’an menghindarkan manusia dari terjatuh dalam konflik psikis yang timbul akibat pengingkaran dan penekanan individu atas dorongan-dorongan seksualnya yang menimbulkan gejala-gejala kerancauan tingkah laku. Namun Al-Qur’an juga tidak memberi kebebasan mutlak kepada manusia untuk memenuhi dorongan-dorongan alamiah tanpa batas.
B.     PENYIMPANGAN DORONGAN
Apabila manusia gagal dalam mengendalikan dorongan-dorongannya, dan berlebihan dalam memenuhi dorongan-dorongan itu terbuai dalam kelejatannya, malah menjadikan kelejatan tersebut sebagai tujuan, maka dorongan-dorongn itu telah menyimpang dari tujuan-tujuannya yang hakiki. Penyimpangan dorongan-dorongan dan pendominasiannya atas diri manusia bisa terjadi baik pada dorongan-dorongan fisiologis kita yang terpenting dan paling mudah menyimpan ialah dorongan seksual.
(Q.S. Al-Araf, 7: 80-81)
(Q.S. As-Syu’ra, 26: 165-166)
Diantara penyimpangan yang umum dikenal dalam dorongan-dorongan psikis kita ialah kecintaan pada harta yang sering kita lihat pada diri sebagian manusia dan keserakahan mereka dalam memiliki dan menumpuk-numpuknya. Harta pada asalnya adalah milik Allah.
Secara umum tindakan berlebih-lebihan dalam memenuhi berbagai dorongan dan ketidakmampuan manusia untuk mengendalikan dan menguasainya akan membuat penyimpanganya dorongan-dorongan ini dari tujuan-tujuan yang sebenarnya, yakni melestarikan kehidupan individu dan merealisasikan peningkatanya.

BAB KEDUA: EMOSI DALAM AL-QUR’AN
Dengan karunia-Nya Allah membekali manusia dan hewan dalam berbagai emosi yang membuatnya mampu melangsungkan kehidupanya. Emosi takut misalnya membuat kita menghindar dari bahaya yang mengancam. Emosi marah mendorong kita untuk mempertahankan diri , dan bertujuan untuk menjaga kelangsungan hidup. Emosi cinta merupakan landasan keterpautan hati antara dua jenis dan ketertarikan antara satu sama lainya, guna tetap terpeliharanya kelangsungan hidup umat manusia.
 Dalam Al-Qur’an banyak terdapat uraian yang teliti tentang berbagai emosi yang dirasakan manusia, seperti ketakutan, marah, cinta, kegembiraan, kebencian, cemburu, dengki, penyesalan, kehinaan, dan sedih.
Dalam uraian berikut akan dibahas emosi-emosi yang ada dalam Al-Qur’an:
1.      TAKUT
Emosi takut merupakan salah satu emosi penting dalam kehidupan manusia. Seperti telah dikemukakan dimuka ia membantu manusia dalam memelihara dari bahaya-bahaya yang mengancamnya, dengan demikian membantunya dalam melestarikan kehidupanya.
Manfaat rasa takut tidak hanya terbatas untuk menjaga manusia dari berbagai bahaya yang mengancamnya dalam kehidupan duniawinya saja. Tapi diantara kemanfaatnya terutama sekali ialah mendorong seorang mukmin untuk berusaha tidak terjatuh dalam perbuatan maksiat dengan berpegang teguh dengan ketakwaan pada Allah serta disiplin dalam beribadah kepada-Nya dan melakukan segala sesuatu yang dirihai-Nya.
(Q.S, Al-Anfal,8:2)
Emosi takut merupakan keadaan geliasah luar biasa yang meliputi seluruh diri individu. Kegelisahan ini dilukiskan Al-Qur’an sebagai kegoncangan luar biasa yang menimpa manusia, sehingga membuatnya tidak mampu berfikir dan menguasai diri.
Macam-macam rasa takut
Banyak hal yang dikaitkan dengan manusia. Al-Qur’an sendiri telah mengemukakan sebagian ketakutan terpenting yang menimpa mereka., misalnya takut kepada Allah, takut mati, dan takut menajdi miskin.
a.       Takut kepada Allah
Takut kepada Allah adalah penting dalam kehidupan seorang mukmin. Sebab rasa takut itu mendorongya untuk takwa kepada-Nya dan mencari ridha-Nya, mengikuti ajaran-ajaran-Nya, meninggalkan larangan-Nya dan melaksanakan perintah-Nya. Rasa takut kepada Allah dipandang sebgai salah satu tiang penyangga iman kepada-Nya dan merupakan landasan penting dalam pembentukan kepribadian seorang mukmin.
(Q.S Al-Bayyinah,98: 7-8)
(Q.S. Al-Anfal,8 :2)
(Q.S. Az-Zumar,39:13)
(Q.S. Al-Insan, 76: 10)
Diantara macam ketakutan yang merata dikalangan manusia ialah takut mati. Rasa takut ini tampak jelas ketika terjadi perang khususnya dikalangan tentara yang dikirim kemedan pertempuran. Dalam Al-Qur’an terdapat gambaran tentang ketakutan orang-orang munafik dari perang.
(Q.S. An-Nisa,4: 77)
(Q.S. Muhammad,47: 20)
b.      Takut mati
Takut mati merupakan hal yang umum terdapat dikalangan orang banyak pada umumnya. Malah Nabi Musa juga tidak terlepas dari rasa takut ini. Seperti dikemukkan dalam Al-Qur’an, lewat ucapan Musa, bahwa ia merasa takut akan dibunuh firaun.
(Q.S. Al-Qasash,28: 33)
Keimanan yang benar kepada Allah akan melepaskan individu dari takut mati. Sebab, seorang mukmin tau dengan yakin bahwa kematian akan mengantarkannya pada kehidupan akhirat yang abadi, dimana ia akan menerima karunia dan ridha Allah. Apabila seorang mukmin takut mati, sesugguhnya yang ditakutkannya ialah bahwa ia tidak akan memperoleh ampunan, karunia dan ridha-Nya. Tidak disangsikan lagi bahwa takut mati mencengkam oang-orang yang berbuat maksiat. Mereka takut akan ditimpa kematian sebelum sampai bertaubat. Jadi pada hakekatnya takut mati timbul karena maut merupakan penutup bagi pintu tobat. Dengan demikian takut mati erat kaitanya   dengan takut kepada Allah yang disebutkan di muka
(Q.S. Al-Munafiqun,63:10)
(Q.S. Al-Jum’ah,62: 6-7)
Orang-orang ateis, yang tidak mempercayai hari kebangkitan dan kehidupan akhirat takut mati. Sebab menurut mereka, kematian adalah kehancuran dan kehilangan diri mereka. Oleh karena itu mereka takut akan nasib yang meninpa mereka itu.
c.       Takut terjatuh dalam kemiskinan
Merupakan ketakutan yang menghantui banyak orang. Dalam kehidupannya, manusia selalu mencari rezeki dan khidupan yang aman dan tentram bagi dirinya, istrinya dan anak-anaknya. Dalam usaha ni biasanya manusia harus menanggung kesulitan, kelelahan dan penderitaan dan setiap kemungkinan bahaya memberikan rasa takut dan khawatir kepadanya sebelum islam, misalnya bangsa Arab membunuh putera-putri mereka karena takut terjatuh dalam kemiskinan. Maka Al-Qur’anpun melarang melakukan tindakan yang demikian itu dan memberi kabar kepada mereka bahwa rezki mereka dan anak-anak mereka ada di jamin oleh Allah:
Dengan demikian rasa takut yang sebenarnya dirasakan oleh seorang mukmin hanyalah rasa takut kepada Allah sebab keimanannya kepada Allah membuatnya tidak merasa takut pada kematian, kemiskinan, manusia atau apapun juga lainnya yang ada di alam semesta ini. Yang ditakutinya hanyalah kemarahan Allah kemurkaanya dan azab-Nya.
Takut kepada Allah mempunyi fungsi yang penting dan bermanfaat dalam kehidupan seorang Mukmim.  Sebab ini membuatnya menghindari tindakan-tindakan maksiat. Dengan demikian, ini membuatnya terhindar dari kemurkaan dan azab Allah dan mendorongnya untuk melaksanakan ibadah-ibadah dan perbuatan-perbuatan yang shaleh, karena mengharapkan ridha Allah. Takut kepada Allah pada akhirnya akan membuat terealisasikanya kedamaian psikis, karena dalam jiwa seorang mukmin penuh dengan peasaan harapan akan ampunan dan keridhaan Allah.
2.      MARAH
Marah merupakan suatu emosi penting yang mempunyai fungsi esensial bagi kehidupan manusia, yakni membantunya dalam menjaga dirinya. Al-Qur’n sendiri memberikan anjuran digunakannya kekerasan dalam menghadapi orang-orang kafir yang te4rsebar luasnya islam. Kekerasan seperti ini adalah kekerasan yang timbul dari marak kaena Allah dan demi untuk menyebar luaskan seruan-Nya.
(Q.S. Al-Fath,48: 29)
(Q.S. At-Taubah,9: 123)
Manusia cenderung memberi respon terhadap emosi marah, dengan mengarahkan permusuhan pada hambatan-hambatan yang mengalami pemenuhan dorongan-doronganya atau perealisasian tujuan-tujuannya, baik hambatan-hambatan tersebut berupa manusia, materi, ataupun ikatan-ikatan sosial.
Emosi marah yang menguasai diri seseorang bisa membuatnya macetnya kemampuan berpikirnya yang sehat. Kadang-kadang ia melakukan tindakan atau mengucapkan perkataan yang memusuhi, yang disesali setelah kemarahannya redah,.
(Q.S. Al-A’raf,7:151)
Manusia ketika marah atau sedang dikuasai oleh emosiyang kuat pada umumnya, kehilangan kemampuan untuk berpikir secara sehat, maka hendaknya sewaktu marah ia tidak melakukan tindakan-tindakan yang mungkin akan disesalinya nanti.
3.      CINTA
Cinta memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, sebab ia merupakan landasan kehidupan perkawinan, pembentukan keluarga, dan pemeliharaan anak-anak. Ia adalah landasan hubungan yang erat dimasyarakat dan pembentukan hubungan manusiawi yang akrab. iapun adalah pengikat yang kokoh dalam hubungan antar manusia dengan Tuhannya dan membuatnya iklash dalam menyembah-Nya, mengikuti jalan-Nya, dan berpegang teguh pada syariat-Nya.
Dalam kehidupan manusia, cinta menempakan diri dalam berbagai bentuk. Kadang-kadang seseorang mencintai diri sendiri, kadang-kadang mencintai orang lain, atau juga istri dan anaknya, hartanya, atau Allah dan Rasul-Nya. berbagai cinta ini bisa kita dapatkan dalam Al-Qur’an.
a.       Cinta Diri
Cinta diri erat kaitannya dengan dorongan menjaga diri. Manusia senang untuk tetap hidup, menggambarkan potensi dirinya, dan mengaktualisasikan diri. Iapun mencintai segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan, ketentraman dan kebahagiaan pada dirinya.
(Q.S. Al-A’raf,7:188)
b.      Cinta kepada Sesama Manusia
Agar manusia dapat hidup dengan penuh keserasian dan keharmonisan dengan manusia lainnya, tidak boleh tidak ia harus membatasi cintanya pada dirinya sendiri dan egoismenya.
(Q.S. At-Taubah,9:71)
c.       Cinta Seksual
Cinta erat kaitanya dengan dorongan seksual. Sebab ialah yang bekerja dalam melestarikan kasih sayang, keserasian, dan kerjasama antara suami dan istri. Ia merupakan faktor yang primer bagi kelangsungan hidup keluarga.
(Q.S. Ar-Rum,30: 21)
d.      Cinta Kebapakan
Dalam bab pertama kami telah menguraikan tentang dorongan keibuan sebagai salah satu dari dorongan-dorongan fisiologis, karena adanya landasan fisiologis  bagi dorongan keibuan, yaitu perubahan-peubahan fisiologis dan fisik yang terjadi pada diri si ibu sewaktu mengandung, melahirkan dan menyusui.
Mengingat bahwa antara ayah dengan anak-anaknya tidak terjalin oleh ikatan-ikatan fisiologis seperti yang menghubungkan si ibu dengan anak-anaknya, maka para ahli jiwa modern berpendapat bahwa dorongan kebapakan bukanlah dorongan psikologis seperti hanya dorongan keibuan melainkan dorongan psikis.
(Q.S. Yusuf.12:8)
e.       Cinta Kepada Allah
Puncak cinta manusia, yang paling bening jernih, dan spritual ialah cintanya kepada Allah dan kerinduanya kepada-Nya. Tidak hanya dalam shalat, pujian dan doanya saja tetapi juga dalam semua tindakan dan tingkah laku-Nya. Semua tingkah laku dan tindakannya ditujukan kepada Allah, mengharapkan penerimaan dan ridha-Nya.
(Q.S. Ali Imran,3:31)
f.       Cinta Kepada Rasul
Cinta kepada Rasul yang diutus Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta, untuk memberi petunjuk dan membersihkan hati manusia, mengajarkan Al-Qur’an dan kebijaksanaan, dipilih sebagai penutup para Nabi, menjadi rasul bagi seluruh umat manusia, dan diturunkan kepadanya Al-Qur’an, kitab Allah yang abadi dan pembenar kitab-kitabnya yang telah diturunkan sebelumnya, menduduki peringkat kedua setelah cinta kepada Allah.
(Q.S. Al-Qalam,68:4)                                                                                                                   
4.      GEMBIRA
Kegembiraan merupkan hal bercorak relatif tergantung pada tujuan-tujuan seseorang dalam kehidupan. Apabila tujuannya dalam kehidupan ini adalah untuk mengumpulkan harta, meraih kekuasaan, pangkat atau kenikmatan lainnya dalam kehidupan dunia ini, maka keberhasilan dalam meraih tujuan-tujuanya itu akan membangkitkan kegembiraanya.
(Q.S Yunus,10:57-58)
Barang siapa yang menjadikan lantaran kejahatan kehidupan dunia ini sebagai sumber kegembiraanya, sebagaimana sebagaian besar manusia di dunia ini, dalam kenyataanya ia tidaklah menikmati kehidupan yang berbahagia, tenang dan mapan.
5.      BENCI
Benci adalah emosi yang merupakan lawan dari emosi cinta. Ia merupakan penjelasan dari perasaan tidak senang, tidak mau menerima, perasaan meremehkan dan keinginan untuk menjauhkan hal-hal yang membangkitkan perasaan tersebut, baik hal itu berupa manusiawi, benda, ataupun tindakan.
(Q.S. An-Nisa,4: 19)
Sebagian orang kadang-kadang membenci orang lain karena perbedaan pendapat antara mereka, atau kelebihan mereka dari pada dirinya, atau karena mereka merupakan penyebab terjadinya frustasi dalam kehidupanya ataupun adanya sebab-sebab lain.
6.      CEMBURU
Cemburu adalah emosi yang meresahkan dan membencikan yang timbul apabila seseorang merasa bahwa orang yang dicintainya mengarahkan perhatian atau cintanya kepada orang lain, bukan pada dirinya.
(Q.S. Yusuf,12:8-9)
7.      DENGKI
Dengki merupakan emosi yang dirasakan seseorang bila melihat orang lain memiliki sesuatu yang ia harapkan menjadi miliknya, bukan menjadi milik orang lain. Kedengkian yang demikian ini diungkapkan dalam Al-Qur’an dalam kisah  tentang Qarun. Dituturkan bahwa Qarun keluar kepada kaumnya dengan penuh kemegahan ia membuat kaumnya merasa dengki kepadanya.
(Q.S. Al-Qashash, 28: 79)
Kedengkian seperti ini merata dikalangan banyak manusia. Banyak orang yang cenderung merasa dengki terhadap orang lain yang mendapat karunia dari Allah, baik berupa harta, anak, kesehatan, ataupun keberhasilan. Dalam Al-Qur’an diungkapkan orang-orang yahudi dan musyrik terhadap anugrah kenabian yang dikaruniakan kepada Nabi Muhammad saw, dan kedengkian mereka pada karunia keimanan dan Petunjuk yang diberika-Nya kepada orang-orang mukmin.
8.      SEDIH
Sedih merupakan lawan dari emosi gembira. Rasa sedih ini bisa terjadi apabila seseorang kehilangan orang lain yang akrab dengannya, atau sesuatu yang tinggi nilainya, atau apabila ia tertima malapetaka, ataupun gagal dalam merealisasikan sesuatu urusan yang sangat penting.
(Q.S. Al-An’am,6: 33)
Sringkali ayat-ayat Al-Qur’an tentang kesedihan diberangi dengan rasa takut. Ini mengisyaratkan bahwa keduanya merupakan emosi yang sering berada bersama-sama, yang mengeruhkan kehidupan seseorang. Ayat-ayat itu juga mengisyaratkan bahwa iman kepada Allah, takwa kepada-Nya, dan amal shaleh merupakan pelindung dari rasa takut dan sedih, dan penyembuh bagi keduanya.
9.      PENYESALAN
Penyesalan merupakan keadaan emosional yang timbul dari perasaan bersalah atau berdosa, rasa bersalah dan pencelaan terhadap diri sendiri akan apa yang telah dilakukan, dan pengandaian seandainya tindakan itu tidak dilakukan.
Pencelaan seseorang terhadap diri sendiri dan peyesalan atas apa yang dilakukannya merupakan salah satu faktor yang penting dalam meluruskan kepribadian seseorang. Oleh karena itu Allah telah bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali dirinya, sebagai penghargaan akan signifikansinya dalam mengarahkan tingkah laku seseorang untuk menjauhi tindakan maksiat yang membangkitkan penyesalan dan celaan terhadap diri sendiri.
(Q.S Al-Qiyamah,75:1-2)
10.  EMOSI-EMOSI LAIN
Al-Qur’an juga mengisyaratkan emosi-emosi lain selain yang telah dikemukakan di muka, seperti rasa malu, hina dan takabur.
Emosi rasa malu di isyaratkan Al-Qur’an dalam kisah Musa as, ketika ia melarikan diri dari Fir’aun. Musa mengungsi ke Madian, dimana ia menolong dua gadis untuk mengembalikan air. Salah seorang gadis itu kemudian kembali kepadanya dengan malu-malu dan mengajaknya untuk menemui ayahnya guna untuk di beri imbalan atas jerih payahnya itu.
(Q.S Al-Qashash,28:25)
Sedangkan rasa hina adalah rasa malu diberangi dengan rasa perasaan tercela, dan aib. Dalam Al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang mengungkapkan rasa hina yang menimpa orang-orang musryik dan kafir, baik didunia maupun di akhirat:
(Q.S Al-Baqarah,2: 114)
Sementara emosi takabur bisa ditemukan pula pada sebagian orang. Emosi ini berupa rasa kagum terhadap diri, sikap suka membangga-banggakan, membesar-besarkan, dan menonjolkan diri. Kadang emosi ini pada sebagian orang merupakan sifat tingkah laku yang begitu dominan dalam kepribadian mereka. Emosi ini sendiri dicela oleh Al-Qur’an
(Q.S. Luqman, 31: 18)
Kekaguman terhadap diri bisa berakibat timbulnya sikap sombong dan angkuh terhadap orang lain dan merendahkan serta meremehkan mereka dalam pergaulan. Dalam Al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang mencela ketakaburan orang-orang musrik dan orang-orang munafik serta keenggangan mereka untuk menerima kebenaran karena rasa angkuh yang mereka miliki.
PERUBAHAN-PERUBAHAN FISIK YANG MENYERTAI EMOSI
Apabila emosi seseorang sedang timbul, terjadilah berbagai perubahan fisiologis dalam tubuhnya. Diantara perubahan-perubahan fisioligis yang terjadi sewaku emosi sedang menggelora ialah, mengerasnya detak jantung, mengerutnya pembuluh darah di dalam usus besar, dan meluasnya pembuluh darah diberbagai penjuru permukaan  tubuh. Al-Qur’an telah melukiskan tentang kegoncangan yang terjadi selama emosi ketakutan berlangsung yang terjadi karena mengerasnya detak jantung dan derasnya darah yang mengalir kedalamnya, yang membuatnya membesar dan membuatnya dekat dengan batang tenggerokan.
(Q.S. Al-Ahzab,33: 10-11)
Dalam Al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang menguraikan tentang emosi-emosi sedih dan menyesal, gembira dan bahagia yang dirasakan manusia pada hari kiamat, dan ekspresi-ekspresi wajah mereka yang memantulkan kondisi emosional mereka.
Ø  Pengendalian Emosi
Emosi yang berlebih-lebihan bisa membahayakan kesehatan fisik dan psikis manusia. Emosi takut misalnya, berguna bagi manusia karena mengancam hidupnya. Tetapi apabila ketakutan itu terlalu berlebih-lebihan, dimana seseorang menjadi ketakutan terhadap banyak hal yang tidak merupakan bahaya yang ril bagi dirinya maka dalam kasus ini emosi ketakutannya menjadi membahayakan dirinya.
Ø  Pengendalian Rasa Takut
Al-Qur’an selalu berupaya untuk selalu menggarakan manusia, seperti mati dan jatuh miskin. Berkenanaan dengan rasa takut mati Al-Qur’an telah menyatakan bahwa kehidupan dunia ini akan hancur, kelezatannya akan sirna sedangkan kehidupan akhirat merupakan kehidupan yang abadi dan nikmat disana tidak akan pernah sirna. Kematian tiada lain ialah perpindahan dari kehidupan yang fana kepada kehidupan yang abadi. Sebagai mana firman Allah. (Q.S. Al-Ankabut,29: 64)
Orang-orang mu’min yang benar mendalami keimanannya sepenuhnya tahu bahwa kematian merupakan realitas dan tiada tanpa gentar dan takut. Merekapun tahu bahwa betapa panjang usia seseorang dalam kehidupan ini, ia pun pasti akan mati juga. Dan kematian akan mengantarkan mereka kepada kehidupan yang abadi.  
Sebagaimana firman Allah (Q.S. Al-Ahzab,35: 16)
Ø  Pengendalian Rasa Takut Jatuh Miskin
Al-Qur’an juga berwasiat agar kita tidak takut jatuh miskin. Sebab rizki berada di tangan Allah, dan Dia adalah pemberi rizki yang mempunyai kekuatan yang sangat kokoh. (Q.S. Adz-Dzariyat, 52: 53)
Ø  Pengendalian Marah
Al-Qur’an juga berwasiat agar kita bisa mengendalikan emosi marah. Sebab ketika seseorang sedang marah pemikirannya akan macet dan kehilangan kemampuan untuk memberikan penialaian yang benar. Peningkatan energi dalam tubu, selama emosi marah berlangsung, akan membuat seseirang lebih siap untuk melakukan permusuhan fisik
terhadap orang yang membangkitkan kemarahannya. Oleh karena itu, pengendalian marah mempunyai  manfaat ditinjau dari berbagai segi: Pertama, ia memelihara kemampuan berfikir manusia dan pengambilan keputusan yang benar.Kedua, ia memelihara keseimbangan fisik manusia, sebab ia melindungi manusia dari ketegangan fisik yang timbul akibat peningkatan energi yang terjadi akibat meningkatnya zat gula yang dikelurkan oleh hati. Ketiga, pengendalian emosi marah dan tindakan tidak memusuhi orang lain dengan baik dan tenang, dengan sendirinya akan menimbulkan rasa tenang dalam diri si musuh itu dan mendorongnya mengadakan intropeksi. Keempat, pengendalian atas emosi marah, dari segi kesehatan juga bermanfaat.
Ø  Pengendalian Cinta
Al-Qur’an juga menyarankan kita untuk bisa mengendalikan cinta kita kepada keluarga k, orang tua, istri, suami, anak, sahabat, suku, tanah air, bahkan harta ataupun kekayaan. sehingga semuanya itu membuat kita lalai akan cinta kepada Allah dan mengabaikan ketaannya kepada-Nya serta perjuangan pada jalan-Nya. sebagaimana firman AllAH SWT, (Q.S. At-Taubah, 9: 24)
Ø  Pengendalian Atas Emosi-emosi Lain
Al-Qur’an juga memerintahkan kita untuk tidak takabur dan sombong. Selain itu Al-Qur’an juga mengharapkan kit untuk bisa mengendalikan emosi sedih dan gembira.
Secara umum, Allah berwasiat kepada kita agar mengendalikan dan menguasai, emosi-emosi kita. Dan keimanan yang mendalam kepada Allah dan tindakan mengikuti metode yang diwariskan-Nya bagi kita dalam Al-Qur’an dan diuraikan oleh Rasulullah saw, akan memberi kita kemauan dan kekuatan kehendak yang memungkinkan kita untuk bisa mengendalikan dan menguasai emosi-emosi kita. Seorang mukmin yang benar-benar beriman hanya takut kepada Allah saja. Ia tidak takut mati, miskin, kepada sesama manusia, atau juga yang lainnya.

BAB  KETIGA: TANGGAPAN PANCA INDRA DALAM AL-QUR’AN
Dengan kehendak-Nya Allah membekali manusia dan hewan dengan segala kemampuan dan fungsi yang mereka perlukan untuk tetap bisa melestarikan kehidupannya. Disamping dibekali dengan berbagai dorongan dan emosi, keduanya juga dikarunia dengan seperangkat instrumen guna memahami alam luar berbagai peristiwa yang terjadi disekitar keduanya. Allah juga memberi mereka kemampuan untuk memahami alam dan berbagai perubahan yang terjadi padanya. Dan panca indra mempunyai fungsi yang sangat penting dalam kehidupan. Dengan panca indra makhluk hidup bisa menyadari apa yang menyakitinya, sehingga bisa dihindarinya dan apa yang bermanfaat baginya sehingga ia bsa berusaha meraihnya. Tanggapan kita terhadap alam luar melalui panca indra lahiriah, yaitu pendengaran, penglihatan, indra pencium, indra perasa, dan indra kulit.
Dalam bab ini, akan dibahas tentang masalah tanggapan panca indra dalam Al-Qur’an. Dengan mengakhirkan uraian tentang berfikir dan pengetahuan yang diterima manusia dari Allah melalui wahyu dan ilham.
1)      Pancaindra  Dalam Al-Qur’an
Ketika lahir seorang anak tidak mengetahui apa-apa, namun tidak lama kemudian panca indranya mulai melaksanaka fungsinya. Ia pun mulai terpengaruh oleh berbagai pengaruh luar yang mengenai dirinya, dan menimbulkan berbagai peresaan. Inilah yang kemudian menjadi landasan kesadaran dan pengetahuannya tentang alam luar. Sebagaimana firman Allah (Q.S. An-Nahal,16: 78), (Q.S. Al-Mu’Minun,23: 78)
Disini Al-Qur’an cukup mengemukakan pendengaran dan penglihatan sebagai alat indra saja, karena pertama, signifikansi yang begitu penting dari kedu indra itu dalam proses tanggapan pancaindra. kedua, penyebutan keduanya cukup menjadi indikator tentang semua panca indra yang lain dalam proses tanggapan panca indra.
Dalam kebanyakan ayat-ayat Al-Qur’an, penglihatan disebutkan setelah pendengaran pertama, pendengaran lebih penting ketimbangan penglihatan dalam proses pegindaraan, belajar dan memperolh ilmu pengetahuan. Kedua, indra pendengaran langsung berfungsi setelah seorang anak lahir, dimana anak itu, begitu ia dilahirkan, lagsung bisa mendengar suara. Sementara untuk melihat sesuatu ia butuh waktu beberapa lama. Ketiga, fungsi indra pendengaran berlangsung secara terus menerus, tanpa terhenti sementara indra penglihatan kadang-kadang terhentinya fungsinya apabila seseorang memejamkan matanya atau bila ia sedang tidur. Keempat, indra pendengaran bisa mendengar baik dalam keadaan terang maupun gelap.
Pendengaran dalam Al-Quran, disebutkan dalam bentuk Mufradat , sedang penglihatan dalam ayat Al-Qur’an disebutkan dalam bentuk jamak.
2)      Indra-Indra Kulit
Kajian-kajian fisiologis moderen membuktikan bahwa pada kulit manusia terdapat sel-sel sensoris yang beraneka ragam jenisnya. Sel-sel ini khusus untuk menerima berbagai bentuk perasaan. Sebagian sel untuk merasakan panas dan sebagian yang lain lagi untuk merasakan dingin. Selain itu adapula yang merasakan sentuhan dan tekanan serta merasakan kesakitan.
3)      Indra Keenam
Ada jenis lain dari indra yaitu apa yang disebut oleh para ahli ilmu jiwa di sebut dengan indra keenam.  Sebagian ahli ilmu jiwa di zaman moderen ini telah mengandakan pengkajian atas gejala-gejala ini. Mereka juga mengadakan berbagai percobaan Namun hasil-hasil yang mereka capai belum lagi terinci telit dan mampu meberikn uraian yang gamblang tentang gejala-gejala tersebut.
4)      Tipuan Penglihatan
Tipuan penglihatan adalah penglihatan yang keliru dan tidak sesuai dengan realitas yang dilihat. Ada berbagai jenis tipuan peglihatan yang umumberla ku pada semua orang dan mereka semuanya mengalami dengan cara yang serupa. contohnya fatamorgana yang dari kejauhan disangka air padahal bukan.
5)      Efek Dorongan Dan Nilai-Nilainya Atas Kesiagaan Dan Kemampuan Indra
Dorongan-dorongan seseorang dan nilai-nilainya mempunyai efek atas kesiagaan dan kemampuan indranya. ini dibuktikan oleh berba’rafgai kajian eksperimental modern. Kenyataan ini telah diisyaratkan oleh Al-Qur’an dalam berbagai ayatnya Sebagaimana firman Allah, (Q.S. AL-A’raf,7:179)

BAB KEEMPAT: BERFIKIR DALAM AL-QUR’AN
Manusia dan hewan sama-sam menikmati fungsi pancaindranya. Namun manusia berbeda dengan hewan karena akal budi yang dianugrakan Allah dan kemampuan berfikir yang memungkinkannya untuk mengadakan tinjauan dn pembahasan tentang berbagai hal, dan peristiwa, menyimpulkan hal-hal yang umum dari bagian-bagian, dan menyimpulkan berbagai kesimpulan dari premis-premis.
Informasi-informasi yang diperolh seorang anak melalui panca indra pada periode pertama dari kehidupannya merupakan materi yang membantunya nanti dalam cara berpikir. Allah sendiri telah memberi dorongan kepada manusia untuk memikirkan alam semesta, merenungkan keindahan ciptaan-Nya dan mengungkapkan hukum-hukum-Nya dialam semesta.
Langkah-langkah Berfikir Dalam Memecahkan Problem
a)      Kesadaran Akan Adanya Problem
Pemikiran bermula ketika seseorang merasakan adanya dorongan yang kuat untuk memecahkannya, agar ia bisa sampai pada tujuan yang ingin dicapainya. Kesadaran akan adanya problem ini merupakan langkah awal dari proses pemikiran.,
b)     Penghimpun Data Mengenai Problem Yang Dihadapi
Ketika seseorang merasakan adanya suatu problem, biasanya ia berusaha mengkaji problem itu dari berbagai aspeknya, agar ia bisa memahami dengan baik, dan menghimpun berbagai data dan informasi itu secara mendalam, guna mengetahui relevansi data dan informasi tersebut dengan problem yang dihadapinya. Penghimpun data dan informasi yang relevan dengan problem yang ada membantunya dalam memperjelas, memahami dan membatasi problem itu dengan teliti, sehingga bisa mengantarkannya umtuk menyusun hipotesa guna memecahkan problem tersebut.
c)      Penyusunan Hipotesa
Sealama data dan informasi sedang dihimpun, pada benak yang bersangjutan terbesit beberapa kemungkinan jalan keluar hipotesa bagi problem tersebut atau beberapa hipotesa.
d)     Penilaian Terhadap Hipotesa
Ketika seseorang sedang memikirkan suatu problem, biasanya ia berusaha menguji dan mendiskusikan hipotesa tersebut beradasrkan berbagai data dan informasi yang dimilikinya. Ini untuk mengetahui sejauh mana kecocokan dan kelayakan hipotesa tersebut berdasrkan berbagai data dan informasi yang dimilikinya . Proses ini terus berlangsung hingga akhirnya ia sampai pada suatu hipotesa yang bisa diterima dan cocok dengan berbagai data dan informasinya tentang problem yang dihadapinyua dan cocok untuk memecahkan problem tersebut.
e)      Pengujian Kebenaran Hipotesa
Setelah hipotesa-hipotesa yang tidak layak dijaukan dan hipotesa yang layak didapatkan, biasanya seorang akan mengumpulkan berbagai data yang lain, mengadakan pengamatan baru, atau mengadakan berbagai percobaan guna mengetahui sejauh mana kebenaran hipotesa tersebut.
v  Kekeliruan-Kekeliruan Dalam Berfikir
Berfikir mempunyai kemungkinan untuk keliru. Sebab kadang-kadang berfikir menghadapi sebagian hambatan yang membuatnya melenceng dari jalannya yang lurus dan menghalanginya untuk sampai kepada realitas yang ingin dicapainya. Apabila pemikiran seseorang banyak mengalami hambatan,  ini akan mebuatnya menadi statis dan tidak mampu menerima pendapat-pendapat dan pemikir baru.  Dan apabila pemikiran seseorang menjadi macet dan statis, maka ia aktor-faktor akan kehilangan karakteristik utama yang membedakannya dengan hewan. Malah ia menjadi bagaikan hewan atau lebih sesat lagi.
v  Faktor-Faktor Yang Menghambat Berfikir
Al-Qur’an juga mengemukakan berbagai faktor penting yang menghambat pemikiran, yang membuatnya statis dan menghalanginya dari membuat penilaian-penilian yang benar menganai hal yang dihadpinya.  Faktor-faktor tersebut ialah.
1.      berpegang teguh pada pikiran-pikiran lama
2.      Tidak cukupnya data yang ada
3.      Sikap Memihak yang emosional dan apriori.

BAB KELIMA: BELAJAR DALAM AL-QUR’AN
karunia Allah manusia dibekali selain dengan karunia tanggapan pancaindra dan kemampuan berpikir dengan kesiapan alamiah untuk belajar, memperoleh pngetahuan, kemahiran dan ketrampilan teknik yang meningkatkan kemampuanya untuk menanggung tanggunga jawab kehidupan dibumi dan memakmurkannya hingga ia mampu mencapai kesempurnaan insani yang dikaruniakan Allah padanya.
Ø  Berbagai Sumber Ilmu Pengetahuan
Manusia memperoleh pengetahuan dari dua sumber utama: sumber ilahiah dan sumber manusiawi. kedua jenis ilmu pengetahuan ini saling melengkapi dan keduanya, pada dasarnya berasal dari Allah yang menciptakan manusia dan membekalinyadengan berbagai alat dan sarana untuk bisa memahami dan memperoleh ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang berasal dari sumber ilahi adalah jenis ilmu pengetahuan yang datang langsung dari Allah, baik melalui wahyu, ilham, ataupun mimpi (ru’ya) yang benar. Sedangkan sumber ilmu pengetahuan yang berasal dari sumber manusiawi adalah jenis ilmu pengetahuan yang dipelajari manusia dari berbagai pengalaman pribadinya dalam kehidupan, juga dari upayahnya dalam menelaah, mengamati, dan memecakan berbagai problem yang dihadapinya melalui cara “tri and error”
Ø  Belajar Bahasa
Karunia Allah yang terbesar pada manusia dan yang membedakannya dari hewan adalah kemampuannya untuk mempelajari bahasa. Bahasa merupakan sarana utama manusia dalam berpikir dan memperoleh ilmu pengetahuan. Bahasa, dalam kedudukanya sebagai simbol konsep-konsep, telah memungkikan manusia untuk membahas semua konsepsi dalam pemikiranya secara simbolis, dengan demikian membantu merealisasikan kemajuan lur biasa dalam ilmu pengetahuan dan keahlian-keahlian.
Ø  Adab Belajar Bahasa
Karena belajar merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia yang memungkinkanya untuk mencapai kemjuan yng terus menerus dalam belajar dan pemikirannya, maka hal yang pertama-tma diajarkan Allah kepada Adam ialah nama-nama segala sesuatu.
Ø  Belajar Berkehendak Memilih Dan Membuat Keputusan
Dengan kehendaknya Allah juga mengajari Adam as dan Hawa beberapa kebiasaan tingkah laku yang berguna dalam kehidupan keduanya, dan sesuai dengan karakter diri mereka berdua yang terdiri dari materi dan ruh yang selalu terlibat dalam konflik antara beragai tuntunan tubuh dan ruh mereka.
Ø  Metode Belajar Dalam Al-Qur’an
Kadang-kadang manusia belajar melalui metode pengalaman praktis atau metode trial and error dari banyak cara pemecahan yang berguna baginya dalam menghadapi masalah-masalah dalam kehidupannya. selain itu juga ia belajar melalui metode berpikir dan pembuktian intelektual.
a.       Peniruan
b.      Pengalaman Praktis dan Trial and Error
c.       Berpikir.
Ø  Prinsip-Prinsip Belajar Dalam Al-Qur’an
1.      Dorongan
Dorongan sangat penting dalam belajar. sebab, apabila dorongan yang gigih untuk memperoleh suatu tujuan tertentu terpenuhi akan terpenuhi pulah kondisi-kondisi yang tepat dimana seseorang bisa mengupayakan upaya yang diperlukanya untuk mempelajari metode-metode yang tepat guna mengantarkannya pada tujuan itu. Berbagai kajian eksperimental akhir-akhir ini, yang dilakukan pada hewan dan manusia membuktikan pentingnya dorongan dalam membangkitkan keinginan untuk belajar. Al-Qur’an dalam pendidikan spritualnya pada kaum muslimin, mempergunakan berbagai metode guna membangkitkan dorongan untuk belajar. Al-Qur’an mengggunakan janji dan ancaman dan kisah-kisah sebagaimana ia juga memanfaatkan peristiwa-peristiwa kontemporer yang penting, yang membekas pada dorongan-dorongan manusia, emosinya dan membuatnya siap untuk mengambil pelajaran dari peristiwa-peristiwa itu.
a.       Pembangkitan dorongan dengan janji dan ancaman
Ketika seseorang mempunyai dorongan yang kuat untuk mencapai tujuan, maka pencapaian tujuan yang memuaskan dorongannya itu dipandang sebagai imbalan atau ganjaran yang menyebabkan timbulnya rasa senang, gembira, atau puas. Sebaliknya, kegagalan untuk meraih tujuan tersebut dipandang sebagai semacam azab yang menimbulkan baginya rasa penderitaan, ketidak senangan, dan kesengsaraan. Oleh karena itu, secara naluriah manusia cenderung mempelajari berbagai respon atau tindakan yang bisa mengantarkannya pada kegagalan atau derita.
Dalam seruannya pada keimanan terhadap aqidah, tauhid, Al-Qur’an telah menaruh perhatian dalam membangkitkan berbagai dorongan pada diri manusia untuk memperoleh imbalan yang akan dikaruniakan kepada orang-orang yang beriman dalam syurga, dan membuat mereka takut akan siksa dan azab yang akan ditimpakan atas orang –orang kafir dineraka jahanam. Dengan demikian kaum mukmin terpengaruh dengan dua dorongan yang kuat. Pertama, dorongan yang membuat mereka melaksanakan ibadah, kewajiban dan segala yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. Kedua, dorongan yang membuat mereka menghindari segala bentuk dosa, maksiat, dan segala yang membangkitkan amarah Allah dan Rasul-Nya.  Perasaan seseorang dengan kedua dorongan kuat yang saling melengkapi dan sering dalam tujuannya ini akan membuatnya dalam keadaan siap untuk patuh kepada Allah dan Rasul-Nya, dan segera melaksanakan kewajiban dan tanggungjawab yang dibebankan kepadanya.
Oleh karena itu Al-Qur’an tidak hanya mendasarkan diri pada rasa takut atau rasa harap saja. Tapi ia mendasarkan diri pada paduan keduanya. rasa takut akan azab Allah dan rasa harap akan rahmat dan Pahala-Nya.
b.      Pembangkitan dorongan dengan cerita
Cerita merupakan salah satu sarana yang dipergunakan Al-Qur’an untuk membangkitkan dorongan untuk belajar. Ini dikarenakan cerita membangkitkan rasa ingin tahu dan pemusatan perhatian para pendengarnya untuk mengikuti berbagai peristiwa yang dituturkan didalamnya. Melalui cerita-cerita Al-Qur’an berusaha menanamkan tujuan-tujuan keagamaan yang berkenaan dengan aqidah, suri teladan, dan huku yang hendak diajrkannya kepada manusia:
(Q.S. Yusuf, 12:111)
Diantara keindahan aristik yang mewarnai kisah-kisah Al-Qur’an itu begitu mudah menanamkan tujuan-tujuan keagamaan dalam jiwa dan begitu dalam pengaruhnya atas jiwa manusia.[1]
Perlu dikemukankan bahwa sebagian kisah Al-Qur’an dimulai dengan menguraikan ikhtishar kisah tersebut. Kemudian diuraikan dtil-detailnya sejak permulaan hingga akhir. Contohnya adalah kisah Ashhabul Kahfi. pengemukakan ikhtisar kisah sebelum uraian tentang detail-detailnya mempunyai fungsi untuk membangkikatkan rasa ingin tahu dan perhatian pendengarnya untuk mengikuti detail-detailnya lebih lanjut.
Sementara kisah yang lain  dimulai dengan menyebutkan akhir dan tujuan kisah tersebut dan setelah itu baru diuraikan detail-detainya. Contohnya adalah kisah Musa as dalam surat al-Qashas. Mengemukakan akhir atau tujuan kisah, terlebih dahulu, pun dimaksudkan untuk membangkitkan perasaan ingin tahu dan perhatian pendengar untuk mengikuti kejadian-kejadian kisah, tersebut, guna mengetahui bagaimana tujuan itu terealisasikan.
c.       Pemanfaatan peristiwa-peristiwa penting
Pada umumnya, manusia terpengaruh oleh peristiwa-peristiwa penting yang meninpa mereka dan kerena mereka siap untuk mengambil pelajaran yang terkandung dalam suatu peristiwa. Al-Qur’an sendiri telah mempergunakan peristiwa-peristiwa penting yang dialami kaum muslimin, untuk mengajari mereka sebagai suri teladan yang berguna dalam kehidupan mereka. Jelas pada waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang membangkitkan perasaan mereka, Kaum muslimin lebih siap dan sedia untuk mengambil pelajaran dari padanya.
2.      Pengulangan
Penyampaian pandangan dan pikiran secara berulang-ulang kepada seseorang biasanya membuat mapan dan terpacang kuatnya pendapat dan pikiran itu dalam benaknya. Kajian-kajian yang dilakukan oleh para ahli ilmu jiwa modern membuktikan pentingya pengulangan dalam proses belajar. Dalam Al-Qur’an kita dapatkan pengilangan realitas-realitas yang berkenaan dengan aqidah dan masalah-masalah gaib, yang oleh Al-Qur’an ingin dipancangkan kuat-kuat daklam benak manusia. Misanya saja aqidah Tauhid bahwa Allah sajalah sumber semua keagamaan dan keimanan akan hari kebangkitan, hari kiamat, hari hisab, pahala dan azab dalam kehidupan akhirat. Banyak Al-Qur’an yang mengulang-ngulang konsepsi ini agar bisa terpancang kuat dalam benak manusia.
3.      Perhatian
Perhatian merupakan salah satu faltor penting dalam belajar. Apabila seorang mahasiswa tidak menaruh perhatian dalam suatu mata kuliah misalnya, maka sulit baginya untuk memahami informasi-informasi yang disampaikan oleh mata kuliah tersebut. Oleh karena itu para pendidik dan pengajar selalu berusaha untuk membangkitkan perhatian murid-murid agar mereka bisa menyerap, memahami, dan memahami pelajaran yang diberikan. Pntingnya perhatian dalam mnyerap informasi ditekankan Al-Qur’an dalam firman-Nya
(Q.S. Qaf,50: 37)
Ayat diatas datang setelah Ayat dimana Allah mengemukakan bahwa ia telah menghancurkan, sebelum kaum quraisy, banyak kaum kafir yang lebih kuat dari kaum mereka. Dalam ayat ini Allah mengisyaratkan bahwa hal itu merupakan peringatan bagi orang yang mempunyai akal, atau dengan kata lain yang mendengar, memahami, dan menaruh perhatian pada firman Allah itu.
4.      Partisipasi Aktif
Dalam mempelajari kalimat-kalimat yang bercorak gerakan, tidak boleh tidak seseorang harus benar-benar berlatih dan mempraktikan keahlihan itu sehingga ia benar-benar menguasainya. Praktik tidak hanya penting dalam keahlian yang bercorak gerakan saja, tapi juga dalam ilmu-ilmu teoritis dan dalam mempelajari perilaku moral, keutamaan, nilai-nilai, dan tata krama perilaku sosial. Sebab dengan melaksakan apa yang dipelajari, ini akan mempercepat seseorang dalam mempelajari dan menguasainya menurut kesimpulan suatu kajian eksperimental, orang-orang yang membaca sendiri dan kalimat yang ada dihapanya lebih cepat dalam menghafalnya ketimbang orang-orang lain yang hanya mendengarkan pelatih mendengarkan huruf kalimat itu dan pada saat yang sama melihat huruf dan kalimat itu dilayar flm yang ada didepan mereka.[2]Percobaan ini membuktikan pentingnya partisipasi yang aktif dalam proses belajar.
Penetrapan prinsip partisipasi aktif ini bisa ditemukan dalam Al-Qur’an. Ini tampak jelas dari metode yang dipakai  Al-Quran dalam mengajarkan kaum muslimin kualitas-kualitas kejiwaan yang terpuji dan moral serta kebiasaan tingkah laku yang luhur, lewat latihan dan praktik berbagai ibadah yang diwajibkan atas mereka. Whudu dan shalat pada sat-saat tertentu setiap harinya mengajarkan kaum muslimin, kebersihan, ketaatan, kesabaran, dan ketangguhan
Disamping mendidik kaum muslimin dengan keimanan dan aqidah agama, Al-Qur’an sangat menaruh perhatian untuk mengalihkan perhatian mereka mengarahkan mereka pada amalan yang shaleh. Sebab, kebenaran yang benar tidak boleh tidak harus terungkap dalam tingkah laku dan tindakan.
5.      Distribusi Belajar
Para ahli jiwa modern membuktikan bahwa istribusi belajar atau latihan, dengan periode yang bertenggang dan diselingi dengan istirahat, menopang cepatnya belajar dan mengekuhkan hasil belajar dalam ingatan. Dan belajar yang dilakukan dengan menggunakan metode distribusi lebih efektif dari pada belajar dengan menggunakan metode pemusatan, yaitu belajar yang berlangsung pada suatu periode yang terus-menerus tanpa diselingi istirahat.
Prinsip ini sendiri telah diterapkan dalam Al-Qur’an, Sebab ia diturunkan dalam periode yang bertenggang dan dalam masa yang cukup lama, yaitu sekitar dua puluh tiga tahun. Ini dimangsud agar manusia dapat mempelajarinya dengan tenang agar dan mampu menyerap pengertian-pengertian yang terkandung dalamnya. Dengan demikian isinya bisa dikuasai,dipelajari,  dipahami, dan dihafal dengan cara teliti dan mendalam.  (QS.Al-Isra,17: 106)
6.       Bertahap Dalam Mengubah Tingkahlaku Buruk
Melepaskan diri dari kebiasaan-kebiasaan yang sudah mendarah daging merupakan hal yang sulit bagi kebanyakan orang. Sebab ini membutuhkan kemauan yang kuat usaha yang besar , dan latihan yang lama. Padahal ini merupakan hal yang tidak tertangguhkan oleh kebanyakan orang oleh karena itu cara terbaik untuk melepaskan diri dari kebiasaan-kebiasaan buruk yang dominan ialah secara bertahap.
Cara kedua yang digunakan Al-Qur’an dalam dalam menyembuhkan kaum muslimin dari kebiasaan-kebiasaan buruk yang telah mendarah daging dalam diri mereka ialah dengan menyiapkan jiwa mereka untuk melepaskan diri dari kebiasaan-kebiasaan itu. Ini Dilakukan dengan membentuk secara bertahap kebiasaan yang bertentangan dengan kebiasaan yang diminta untuk melepaskan diri darinya. Cara ini telah dipakai Al-Qur’an dalam menyembuhkan problem minum qhamar.
Sebagian ahli psiko-terapi, baru-baru ini berhasil menemukan suatu metode dalam psiko-terapi yang didasarkan pada kajian-kajian B.F. Skinner. Metode itu sangat micip dengan cara yang dipergunakan Al-Qur’an dalam menyembuhkan kecanduan minum khamar dan riba. Dalam psiko-terapi, metode ini dikenal dengan “Pembentukan”.

BAB KEENAM: ILMU LADUNI DALAM AL-QUR’AN
v  Ilham Dan Ru’ya
Kemampuan akal budi manusia untuk mengetahuirealitas dan memperoleh ilmu pengetahuan adalah terbatas. Ia tidak mampu menguasai seluruh realitas alam semesta. Pun, dengan uayanya sendiri, ia tidak mampu mengetahui hal-hal yang gaib
Oleh karena itu manusia dari waktu-kewaktu membutuhjan petunjuk dan pengarahan dari Allah tentang apa yang baik dan bermanfaat bagi dirinya, baik melalui para Nabi dan Rasul ataupun melalui ilham dan mimpi (ru’ya). Fungsi para nabi dan rasul yang diutus Allah dalam berbagai sejarah adalah untuk memberi petunjuk kepada manusia dan mengajari mereka ajaran-ajaran agama-agama dan apa yang mendatangkan kebaikan bagi mereka.
(Q.S.Al-Baqarah,2:213) 
Ilmu Laduni bukan saja ilmu pengetahuan yang hanya diperoleh oleh para Nabi dan Rasul lewat ilham dan mimpi. Ia pun mungkin diperoleh oleh orang lain yang bukan nabi dan rasul, apabila ia memenuhi syarat=syarat tertentu, seperti orang yang shaleh bertakwa, mempunyai Kalbu yang bening, dan mempunyai wawasan spritual.
Ilham adalah sejenis ilmu yang dikaruniakan Allah kepada sesorang dan dipaterikan kepada kalbunya, sehingga tersikap olehnya sebagian rahasia dan tampak jelas baginya sebagian realitas. Dalam Al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang mengisyaratkan tentang ilmu laduni yang dikaruniakan Allah kepada para nabi dan rasul-Nya.  
Contoh jelas dalam Al-qur’an tentang ilmu laduni ialah kisah yang terdapat dalam surat al-Kahfi, tentang seorang hamba yang shaleh dimana Musa as diminta untuk menemaninya dan belajar darinya.
(Q.S. Al-Kahfi,18: 65-66)
Meskipun Mua adalah seorang nabi dan rasul, namun ia tidak tahu tentang ilmu laduni yang dikaruniakan Allah pada seorang hamba yang shaleh sehingga ia bisa mengetahui berbagai rahasia yang tidak diketahui Musa as. Hamba itu tahu dari Allah bahwa ada seorang raja yang suka memburu dan merampas kapal. Oleh karena itu iapun menenggelamkan kapal yang dimiliki sebagian orang miskin, agar kapal itu agak rusak dan tidak dirampas oleh raja yang jalim itu. Ia pun tahu bahwa anak yang dibunuhnya akan merepotkan kedua orang tuanya yang shaleh. Maka Allah pun mengganti dengan seorang anak yang lebih baik dari anak yang dibunuh itu. Iapun tahu bahwa diawah dinding yang hampir roboh tersebut terdapat harta karun bagi dua orang anak yang kedua orang tuanya adalah hamba-hamba Allah yang shaleh. Maka dinding itu tegakan kembali agar terjaga, sehingga kedua anak itu menjadi dewasa dan bisa mengmbil harta karun itu, Kemudian hamba yang shaleh itu mengatakan kepada Musa bukan karena kehendaknya sendiri, tapi atas perintah Allah.
Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang mengemukakan bahwa ilham Allah bisa diterima oleh orang yang bukan Nabi dan rasul, Tapi atas perintah Allah.
(Q.S, Tha Ha,20: 38-39)
Para ahli ilmu jiwa modern belum menaruh perhatlham ilahi. in untuk mengadakan pengkjian terhadap ilham ilahi. Namun dalam kajian mereka tentang pemikiran kreatif, mereka mempergunakan istilah ilham atau iluminasi guna menguraikan tentang timbulnya pikiran-pikiran yang kreatif yang tampak seakan ia timbul tiba-tiba pada sebagian pemikir sewaktu mereka sedang memikirkan sesuatu problem yang mereka hadapi.
v  Mimpi Dan Ru’ya
Mimpi merupakan fenomena kejiwaan yang biasa terjadi pada diri manusia. Para ilmuan dan pemikir, dari berbagai kurun sejarah telah berusaha menginterpretasikan dan mengetahui penyebabnya mereka juga membuat berbagai interprestasi.
Kajian para ahli ilmu jiwa modern tentang mimpi terbatas pada jenis-jenis mimpi yang elah dikemukakan di atas. khususnya mimpi yang mengekspresikan dorongan-dorongan tidak sadar kita, seiring dengan teori Fred tentang mimpi. sementara para ahli ilmu jiwa modern tidak mengkaji mimpi prediktif atau mimpi yang benar yang menyingkapkan tentang hal-hal yang akan terjadi pada masa depan, meski mimpi pada jenis ini kadang terjadi pada sebagian orang .
BAB KETUJUH: INGAT DAN LUPA DALAM AL-QUR’AN
Ø  Ingat
 Ingat sangat penting bagi kehidupan manusia, sebab keingatan kita atas apa yang telah kia pelajari informasi dan pengalama kita sebelumnya memungkinkan kita untuk memecahkan problem.
Disamping ingatan mempunyai fungsi yang penting dalam kehidupan ilmiah dan praktis manusia, ingat juga dianggap penting dalam segi agama, sebab manusia yang selalu ingat akan Allah, akan karunia dan nikmat-Nya, akan akhirat, hari perhitungan, imbalan dan azab yang akan menantinya, akan selalu bertakwa beamal shaleh dan berhias dengan akhlak yang luhur.
Dalam Al-Qur’an terdapat banyak ayat yang mengemukakan bahwa Allah telah mengutus Rasulullah saw dan menurunkan Al-Qur’an kepada-Nya untk mengingatkan manusia akan akidah tauhid,  hari kebangkitan, hari perhitungan di akhirat,  dan ajaran-ajaran para nabi sebelumnya yang telah mereka lupakan.
(Q.S. Al-Ghasyiyah,88:21)
Ø  Lupa
Diantara problem yang dihadapi manusia adalah seringnya lupa. Hal ini biasanya menimbulkan hal yang buruk baginya dan seringkali menghalanginya dalam mempersiapkan diri guna menghadapi problem-problem kehidupan. Lupa banyak dikemukakan oleh ayat-ayat Al-Qur’an apabila ayat-ayat tersebut ditelaah dan dikaji pengertian yang terkandung didalamnya, maka akan tampak bagi kita bahwa lupa yang terdapat dalam ayat-ayat itu mempunyai berbagai pengertian yang bisa diikhtisarkan sebagai beriut:
a)      Lupa yang terjadi pada benak mengenai beberapa peristiwa, nama seseorang, dan informasi yang diperoleh seseorang sebelumnya.ini merupakan lupa normal yang menimpa seseorang akibat bertimbun dan berjalinya informasi-informasi yang ada. Jenis lupa ini telah dikaji oleh ahli ilmu jiwa dengan secara mendalam dan menurut mereka lupa ini terjadi akibat interferensi informasi. Dalam Al-Qur’an lupa ini disyaratkan dalam firman Allah
(Q.S. Al-A’la,87:6)
b)     Lupa yang mengandung makna lalai. Misalnya seseorang meninggalkan sesuatu di suatu tempat. atau ia hendak berbincang-bincang dengan seseorag tentang berbagai hal, namun ia hanya ingat sebagianya dan lupa sebagian lainnya, dan baru ingat kemudiannya. Sebagaimana Allah swt berfirman:
(Q.S. Al-Kahfi,18:68)
Ø  Lupa Dna Syetan
Menurut sebagian Al-Qur’an syetan melihat bakat manusia untuk lupa sebagai jalan untuk mempengaruhinya. Bakat inilah yang kadang-kadang membuat manusia lupa akan hal-hal penting yang bermanfaat bagi dirinya. Ia pun kadang-kadang membuatnya lalai akan allah dan mengabaikan perintah-perinth-NYA. sebagaimana firman Allah.
(Q.S. Al-An’am,6:68)
Cara syetan menggoda manusia dan mendorongnya lupa akan, Allah, dan akan kebaikan dan kemanfaatan bagi dirinyapada umumnya, adalah dengan mempengaruhi dorongan dan hawa nafsu. ini memang merupakan titik kelemahan manusia.
Ø  Terapi Lupa Dalam Al-Qur’an
Terapi lupa yang timbul akan kelelahan akan Allah adalah dengan ingat terus-menerus akan Dia, nikmat dan karunia-Nya tand-tanda kekuasaan-Nya pada ciptaan-ciptaan-Nya, akhirat dan hari perhitungan. Al-Qur’an sendiri telah mengemukakan pentingnya ingat kepada Allah sebagai terapi bagi jenis lupa ini. ini tampak jelas dari firman-Nya.
(Q.S. Ali Imran,3:190-191)
Oleh karena itu ingat Allah merupakan terapi bagi lupa lalainya hati, maka Allah memerintahkan kepada kita untuk banyak mengingat-Nya, baik siang maupun malam, pagi maupun sore.Terapi kelupaan manusia akan Allah dan kelliannya akan akhirat, dengan demikin, adalah dengan cara ingat akan Allah secara terus-menerus. Sehingga Allah hadir dalam diriny secara terus menerus, sekejappun tidak pernah hilang.ini mengingatkan kita pada salah satu prinsip belajar secara terus menerus sekejappun tidak pernah hilang.
Karena Al-Qur’ana dalah kitab aqidah, dan bukunya adalah buku tentang ilmu pengetahuan, maka wajarlah bila ia menaruh perhatian terhadap problem kelupaan dan kelalaian manusia akan Allah dan akhiratnya, dan terapinya.

BAB KEDELAPAN: SISTEM SYARAF DAN OTAK DALAM AL-QUR’AN
Berbagai kajian anatomis dan fisiologis moderen telah berhasil menentukan bagian-bagian tertentu dalam otak yang melakukan fungsi-fungsi psikologis tertentu. diantara bagianbagian terpentinga dalam otak ialah kawasan motoris yang mengendalikan gerakan seluruh bagian tubuh, kawasan sensoris yang merupakan pusat berbagai indra peraba dan perasaan adanya berbagai perubahan dalam  peringkat panas tubuh serta rasa setiap (setiap bagian tubuh terwakili dalam kawasan motoris an kawasan sensoris.
Selain itu ia juga ikut terlibat dalam kegiatan yang dikendalikan otak dan dipandang sebagai pusat-pusat pengendalian intelektual tinggi seperti, belajar, berpikir, berbicara, menulis an membaca.  Otak manusia mengendalikan dan menguasai seluruh kegiatan yang dilakukan manusia.
Lapisan otak terdiri dari milyaran sel-sel syaraf yang terdapat dalam suatu tempat yang relatif sempit dalam tengkorak kepala. Oleh karena itu, lapisan otak terdiri dari banyak lipatan yang naik turun. Sebenarnya permukaan lapisan otak luas sekali. Sehingga andaikata ia dihamparkan maka luasnya ada sekitar enam belas kaki persegi. Luas lapisan otak yang besar ini, dan yang terdiri dari milyaran sel-sel syaraf, memungkinkannya untuk mencatat semua pengalaman dan kegiatan yang dilakukan manusia. Dalam kenyataannya, lapisan otak manusia merupakan salah satu sarana pencatatan yang dikehendaki Allah untuk mencatat segala tindakan manusia, Sehingga ia tidak mempunyai alasan untuk mengingkarinya nanti.:
(Q.S. Al-Isra,17: 3-4)
Pencatatan tindakan-tindakan manusia dalam sel-sel otaknya tidak menghalangi adanya pencatat lain yang menyeluruh atas tindakan semua manusia, yaitu sebuah buku, sebagaimana yang telah dikemukakan oleh sebagian ayat Al-Qur’an:
(Q.S, Az –Zumar, 39: 69)

BAB KESEMBILAN: KEPRIBADIAN DALAM AL-QUR’AN
Dalam membicarakan kepribadian, banyak orang yang menganggapnya sebagai pengaruh yang ditimbulkan seseorang atas diri orang lain, atau sebagian kesan utama yang ditinggalkan seseorang pada orang lain. Misalnya mereka mengatakan tentang seseorang sebagai proses-proses kejiwaan tetap yang mengatur pengalaman-pengalaman seseorang dan membentuk  
Penciptaan Manusia
Dalam AL-qur’an diuraikan bagaimana Allah telah menciptakan manusia dari materi dan roh. Setelah turab melewati beberapa fase penciptaan: Dari turab menjadi tanah, kemudian menadi lumpur hitam yang diberi bentuk dan kemudian menjadi tanak kering seperti tembikar., Allah kemudian menuiupkan roh kepadanya sehingga terciptanya Adam As.
Q.S., Shad, 38: 71-72)
Q.S.  Al-Hijr,15: 28-29)
Kata roh dalam Al-Qur’an mempunyai bergai arti roh yang terdapat dalam ayat-ayat al-Qur’an yang menguaikan tentang penciptaan Adam As ialah “roh ciptaan Allah, yang membuat manusia siap untuk mempunyai sifat-sifat yang luhur dan mengikuti kebenaran.ia adalah unsutinggi yang didalamnya mengandung kesiapan manusia untuk merealisasikan hal-hal yang paling luhur dan sifat-sifat yang paling suci.
Dengan penciptaan seperti ini manusia dibedakan dari seluruh makhluk lainnya.
Konfli Psikis
Dalam kepribadian manusia terkandung sifat hewani yang tercermin dalam berbagai kebutuhan fisik yang harus dipenuhinya demi kelangsungan hidup dirinya. Selain itu, dalam kepribadiannya juga terkandung sifat malaikat, yang tercipta dalam spritualnya untuk mengenal Allah, beriman kepadanya, meneyembahnya dan memuji kepadanya.
Keseimbangan Dalam Kepribadian
Dimuka telah dikemukakan bahwa penyelesaian yang paling ideal dari konflik antara aspek-aspek fisik dan spritual dalam diri manusia adalah dengan mengkompromikn antara keduanya. ini dilakukan dengan berbagai kebutuhan fisik dalam batas-batas yang diperkenankan oleh Allah dan pada saat yang sama dengan memenuhi berbagai kebutuhan spritualnya. Pengkompromian antara kebutuhan-kebutuhan tubuh dan kebutuhan jiwa ini merupakan hal yang mungkim apabila seseorang , dalam kehidupannya konsisten dengan sikap tengah-tengah dan moderat dan mengindari diri dari berlebih-lebihan dan keterlaluan  dalam memenuhi baik dorongan-dorongan fisiknya maupun dorongan-dorongan spritualnya.
Kepribadian Yang Serasi
Kepribadian yang serasi dalam islam ialah
 kepribadian dimana terdapat keseimbangan antara tubuh dan jiwa dan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan keduanya. Dengan demiian kepribadian yang sserasi ialah kepribadian yang memperhitungkan tubuh, kesehatannya kekuatannya, dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dalam batas-batas yang dipekenankan agama, dan pada saat yang sama berpegang teguh pada keimanan kepada Allah, melaksanakan berbagai ibadah, melakukan segala hal yang diridhai Allah dan menghindari segala hal yang membangkitkan amarah-Nya. Jadi, seseorang yang selalu mengikuti hawa nafsunya bukanlah pribadi yang serasi.
Pola-pola Kepribadian Dalam Al-Qur’an
Dalam berbgai kurun sejarah para pemikr, seperti halnya para ahli ilmu jiwa modern, telah berusaha mengkaji berbagai segi keserupaan dan perbedaan antara berbagai kepribadian manusia.
Klasifikasi manusia dalam berbagai pola kepribadian dimana pada masing-masing pola dimsukan kedalamnya dimana pribadi-pribadi yang serupa dalam sifat-sfat mereka,  dalam membantu menjelaskan tentang manusia dan menginterprestasikan tingkahlaku mereka.
Dalam Al-Qur’an kita temukan klasifikasi manusia, berdasarkan aqidahnya, dalam tiga pla, yaitu: orang-orang yang beriman, orang-orang kafir dan orang-orang munafik.
Masing-masing dari ketiga pola ikepribadian ni diuraikan Al-Qur’an dengan sifat-sifat terpenting yang menjadi ciri masing-masing dan yang membedakan antara satu dengan yang lain.
Orang-orang Beriman
Sifat-sifat orang-orang beriman dapat diklasifikasikan dalam sembilan bidang perilaku yang pokok yaitu:
1.      Sifat-sifat yang berkenaan dengan aqidah.
2.      Sifat-sifat yang berkenaan dengan ibadah.
3.      Sifat-sifat yang berkenaan dengan hubungan sosial.
4.      Sifat-sifat yang berkenaan denganhubungan kekeluargaan.
5.      Sifat-sifat moral.
6.      Sifat-sifat emosional dan sensual.
7.      Sifat-sifat intelektual dan kognitif.
8.      Sifat-sifat yang berkenaan dengan kehidupan praktis dan profesional.
9.      Sifat-sifat fisik.
Orang-orag Kafir
Sifat-sifat orang kafir dapat diklasifikasikan menjadi berikut:
1.      Tidak beriman kepada tauhid, para Rasul, hari kemudian dan hari kebangkitan dan perhitungan
2.      Menyembah selain Allah yang tidak mendatangkan manfaat, dan mudharat bagi mereka.
3.      Zhalim, suka memusuhi orang-orang beriman dalam tindakan-tindakan mereka, suka menghina orang-orang yang beriman, senang mengajak pada kemungkaran, dan melarang orang berbuat kebajikan.
4.      Senang memutus silahturahim.
5.      Mengingkari janji, berlaku serong, suka menuruti hawa nafsu, sombong dan takabur.
6.      Benci dan dengki tehadap orang-orang yang beriman dan de gki terhadap karunia Allah yang diberikan Allah kepada orang-orang yang beriman.
7.      Pikiran yang statis, tidak mampu memahami dan berfikir, kalbu tertutup, pengekorang buta terhadap kepercayaan dan tradisi nenek moyang, suka memperdayakan.
Orang-orang Munafik
Sifat-sifat mereka yang terdapat dalam Al-Qur’an dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
1.      Mereka tidak mempunyai sikap yang tegas terhadap aqidah tauhid.
2.      Mereka melaksanaka ibadah hanya karena riya saja, bukan karena penerimaan penuh akan kewajiban tersebut.
3.      Mereka menyuruh pada kemungkaran dan mencegah kebajikan.
4.      Kurang percaya pada diri sendiri, suka mengingkari janji, tindakannya didasarkan pada pamrih, penakut, pembohong, kikir, dan suka menurti hawa nafsu.
5.      Takut, baik terhadap orang-orang yang beriman maupun orang-orang musryik.

BAB  KESEPULUH: PSIKO - TERAPI  DALAM  AL-QUR’AN
Pada dasrnya Al-Qur’an diturunkan untuk menjadi petunjuk bagi umat manusia menyeru mereka kepada aqidah tauhid, dan mengajari mereka berbagai nilai dan metode pemikiran dan kehidupan yang baru. Iapun memberi petunjuk kepada mereka akan tingkah laku yang lurus dan benar, demi kepentingan dan kebaikan mereka pada jalan yang benar dalam mendidik dan membina diri secara benar, sehingga bisa mencapai kesempurnaan manusiawi yang merealisasikan kebahagiaan hidup didunia dan diakhirat.
(Q.S., Al-Isra,17:9)
Al-Qur’an sendiri pada awal perkembangan Islam, demikia besar pengaruhnya atas jiwa bangsa Arab. Ia berhasil sepenuhnya dalam mengubah kepribadian mereka. ia juga berhasil mengubah moral, tingkahlaku dan sistem kehidupan mereka. 
Tidak ragu lagi bahwa dalam l-Qur’an terdapat kekuatan spritual yang luar biasa dan mempunyai pengaruh mendalam atas diri manusia. Ia membangkitkan pikiran, menggelorakan perasaan, menggugah kesadaran dan menajamkan, wawasan. Dan manusia yang berada dibawah pengaruh Al-Qur’an ini seakan menjadi manusia baru yang diciptakan kembali.
Meskipun masyarakat-masyarakat modern telah melakukan berbagai upaya dalam bidang pendidikan dan pengajaran , untuk mengarahkan dan mendidik generasi muda agar menjadi warga negara yang baik, namun upaya tersebut tidak membuahkan hasil yang diharapkan. Berbagai kriminalitas dan penyelewengan yang terseber luas disemua masyarakat merupakan bukti yang jelas tentang kegagalan sistem-sistem pendidikan modern dan ketidakmampuanya untuk membentuk para warga negara yang baik. Akhir-akhir ini banyak upaya dicurahkan dilapangan psiko-terapi atas individu-individu yang menderia berbagai goncangan kepribadian dan penyakit jiwa. Di lapangan ini sendiri muncul berbagai metode Psiko-terapi. Namun semuanya tidak  mencapai keberhasilan yang diharapkan dalam menyembuhkan atau menjaga diri dari berbagai penyakit jiwa.
Demikianlah, baru-baru ini, timbul berbagai aliran dikalangan para ahli ilmu jiwa yang menyatakan tentang pentingya agama dalam terapi penyakit jiwa.yang menyatakan bahwa pentingnya agama dalam kesehatan jiwa. 
Keimanan dan Perasaan Aman
Semua aliran dalam psikoterapi sependapat bahwa keresahan merupakan penyebab utama timbulnya berbagai penyakit jiwa.

Metode Al-Qur’an Dalam Psiko-Terapi
Untuk bisa merubah dan merombak kepribadian dan tngkah laku seseorang,  tidak boleh tidak harus diadakan perubahan atau perombakan dalam pikiran atau kecenderunganya. Sebab tingkah laku manusia sangat berpengaruh terhadap tingkah laku dan kecenderunganya.
Keimanan Kepada Aqidah Tauhid
Hal pertama-tama yang dibuat Al-Qur’an dalam jiwa bangsa arab ialah aqidah. Oleh karena itu ayat-ayat Al-Qur’an diturunkan di Makkah pada fase pertama seruan islam pada dasarnya bertujuan untuk mengukuhkan aqidah tauhid.
Ketakwaan
Keimanan kepada Allah diberangi dan diikuti oleh ketakwaan kepada-Nya. Takwa berarti menjaga diri dari amarah dan azab Allah, dengan menjauhi tindakan maksiat dengan melaksakan tata atran yang telah digariskan, Al-Qur’an dan dijelaskan oleh Rasulullah Saw.
Berbagai Ibadah
Perubahan pikiran langkah utama guna mengubah kepribadian dan tingkah laku manusia. Namun untuk mempelajari tingkah laku barupun diperlukan praktek dalam waktu yang lama. Atau dengan kata lain perlu latihan, sehingga tingkah laku itu menjadi mapan.
Dalam mendidik kepribadian manusia dan mengubah tingkah laku mereka Al-Qur’an memakai metode penetrapan dan pempraktekan pikiran, kebiasaan, dan tingkah laku bau yang hendak ditanaman dalam diri mereka. Oleh karena itu Allah mewajibkan berbagai ibadah: shalat, puasa, zakat dan haji.
Shalat
Terminologi shalat mengisyaratkan bahwa didalamnya terkandung adanya hubungan mausia dengan Tuhannya. Dalam shaat manusia manusia berdiri dengan khusu dan tunduk kepada Allah, pencipta-Nya dan pencipta seluruh alam semesta.
Keadaan yang tentram dan jiwa yang dihasilkan oleh shalat mempunyai dampak teraupetik yang penting dalam meredakan ketegangan syaraf yang timbul akibat berbagai tekanan kehidupan sehari-hari dan menerunkan kegelisahan yang diderita  oleh sebagian orang.
Kedaan tenang atau santai, merupakan sarana yang diperguakan olehsebagian ahli psiko-terapi modern dalam menyembuhkan berbagai penyekit jiwa. Keadaan tenang bisanya bisa dipelajari dengan latihan. Keadaan tenang dan jiwa damai yang ditimbulkan shalat juga membantu melepaskan diri dari kegelisahan yang dikeluhkan oleh para pasien jiwa.
Puasa
Puasa mempunyai banyak manfaat kejiwaan. Sebab puasa merupakan pendidikan dan pelurusan jiwa dan penyembahan bagi penyakit jiwa dan tubuh. Ini karena pencegahan dari makanan dan minum , sejak dari sebelum fajar hingga terbenamnya matahari pada semua hari bulan Rhamadan, merupakan latihan bagi manusia dalam melawan dan menunduk hawa nafsunya. Dengan ini akan tertanam semangat ketakwaan pada dirinya.
(Q.S. Al-Baqarah,2:183)
Dengan kata lain agar manusia terhindar dari maksiat sebab, puasa bisa menundukan hawa nafsu yang mendorong indakan maksiat.
Puasa juga merupakn latihan bagi manusia untuk bersabar dalam menahan lapar, haus, dan mencegah hawa nafsu. Selanjutnya kesabaran yang dipelajari dari puasa akan diterapkannya dalam seluruh aspek kehidupannya. Maka iapun belajar bersabar dalam menanggung upaya untuk mendapatkan rezki, tidak enakya jatuh sakit, dan berbagai kelezatan dan kenikmatan kehidupan.
Diantara manfaat psikis lain dari puasa ialah ia membuat manusia merasa kecukupan meskipun ia sedang kelaparan. Dalam dirinya iapun memiliki perasaan belas kasihan terhadap orang-orang miskin, sehingga ini akan mendorongnya untuk berbuat baik kepada mereka. Disamping manfaat-manfaat psikis di atas, puasa juga mempunyai manfaat-manfaat medis dan terapeutik dari berbagai penyakit fisik. Sebagaimana diketahui, kesehatan fisik manusia besar pengaruhya terhadap kesehatan jiwanya.
Zakat
Kewajiban zakat, yang diwajibkan atas kaum muslimin dengan mengeluarkan sejumlah tertentu dari hartanya setiap taunnya untuk dinafkakan bagi kaum miskin, tidak lain merupakan latihan bagi seorang muslim untuk membalas kasih bagi orang-orang dan mengulurkan tangan dan bantuan kepada mereka guna memenuhi kebutuhan mereka.
Al-Qur’an sendiri telah menyatakan bahwa shadaqah, baik berupa zakat yang wajib atau yang sunnahkan, membersihkan dan menyucikan diri manusia. (Q.S. At-Taubah,9: 103)
Haji
Haji juga mempunyai berbagai manfaat psikis yang besar artinya. Sebab kunjungan seorang muslim ke Masjidilharam di Makkah al Mukharamah, Masjid Rasulullah Saw di madinah al Munawarah tempat-tempat turunya wahyu, dan berbagai empat pertempuran islam, akan membekalinya dengan suatu tenaga Rohaniah besar yang menyinarkan dari dirinya segala keruwetan dan problem kehidupan dan memberinya perasaan damai, tentram dan bahagia.
Disamping itu haji juga merupakan latihan bagi manusia untuk mampu menahan derita dan kesulitan dan meredah diri.
Lebih jauh lagi haji juga merupakan latihan bagi manusia untuk bisa mengendalikan dan menguasai nafsu dan dorongannya sebagaimana yang terkandung dalam Qur’an surat al-baqarah ayat 197.
Atas dasar ini, haji merupakan pendidikan diri, dimana manusia meluruskan dirinya, melawan berbagai nafsu dan dorongannya melatih dirinya dalam melawan kesulitan, dan berbuat kebajikan kepada orang lain dan mencitai mereka.
Kesabaran
Al-Qur’an juga menyuruh orang-orang yang beriman untuk berhiasan dengan kesabaran. Ini karena ia mempunyai berbagai manfaat yang besar dan mendidik diri, memperkuat kepribadian meningkatkan kemampuan mansuia dalam menanggung kesulitan, memperbaharui tenaganya dalam menghadapi berbagai problem dan beban kehidupan serta bencana dan cobaan masa, dan membangkitkan kemampuannya dalam melanjutkan perjuangan demi menegakan kalimah Allah. (Q.S. AL-Baqarah: 153), (Q.S Al-Imran: 200)
Seorang mukmin yang sabar tidaklah menjadi terlalu sedih sewaktu ia tertimpa cobaan. Iapun tidak menjadi lemah atau ambruk ketika tertimpa bencana atau malapetaka masa. Allah telah menganjurkannya untuk bersabar dan memberitahu kepadanya bahwa apa yang menimpanya dalam kehidupan dunia ini tidak lain adalah cobaan dari Allah, agar ia tahu siapakah diantara manusia yang termasuk orang-orang yang sabar.
Kesabaran mengajari manusia ketangguhan dalam bekerja dan berupaya untuk merealisasikan tujuan-tujuan praktis dan ilmiahnya. Sebab sebagian besar tujuan manusia dalam kehidupan, baik dilapangan kehidupan praktis-terapan sosial, ekonomis maupun politis, ataupun dalam lapangan penelitian ilmiah, membutuhkan banyak waktu dan upaya  




[1]  Sayyid Quthb, Al-Tashwir Al-Fanni Fi Al-Qur’an, Cet Ketiga, (Kairo: Dar al-Ma’arif, 1975),hlm148.
[2]  Ustman Najati, Al-Qur’an Dan Ilmu Jiwa, (Bandung: Pustaka, 2004),hlm.203.rtimpa bencana atau malapetaka masa. Allah telah menganjurkannya untuk bersabar dan memberitahu kepadanya bahwa apa yang menimpanya dalam kehidupan dunia ini tidak lain adalah cobaan dari Allah, agar ia tahu siapakah diantara manusia yang termasuk orang-orang yang sabar.
Kesabaran mengajari manusia ketangguhan dalam bekerja dan berupaya untuk merealisasikan tujuan-tujuan praktis dan ilmiahnya. Sebab sebagian besar tujuan manusia dalam kehidupan, baik dilapangan kehidupan praktis-terapan sosial, ekonomis maupun politis, ataupun dalam lapangan penelitian ilmiah, membutuhkan banyak waktu dan upaya  





[1]  Sayyid Quthb, Al-Tashwir Al-Fanni Fi Al-Qur’an, Cet Ketiga, (Kairo: Dar al-Ma’arif, 1975),hlm148.
[2]  Ustman Najati, Al-Qur’an Dan Ilmu Jiwa, (Bandung: Pustaka, 2004),hlm.203.

1 komentar:

  1. The Casino Debuts With a New Casino - Dr.MCD
    Casino de Monte Carlo is a 부천 출장안마 brand 안동 출장안마 new casino in Italy. 천안 출장안마 The casino 과천 출장안마 is located in the Casino of Monte Carlo on the 광양 출장샵 banks of the

    BalasHapus