Review
Buku Yang Berjudul Al-Qur’an Dan Ilmu Jiwa Oleh: Dr. M. ‘Utsman Najati Bandung:
Penerbit Pustaka, 1425H-2004 M. Guna Untuk Memenuhi Tugas Akhir, Mata Kuliah:
Psikologi Pendidikan, Dosen Pengampu:
Dra. Nadlifah H.
OLEH : FATM SAMAL
Al-Qur’an
adalah sebuah kitab suci dan petunjuk yang diturunkan oleh Allah Swt kepada
Nabi Muhammad saw bagi seluruh manusia. Al-Qur’an berbicara kepada rasio dan kesadaran (Consience) manusia. Al-Qur’an juga mengajarkan kepada manusia
aqidah tauhid serta membersihkan diri manusia dengan berbagai praktek ibadah,
dan menunjukan kepadanya dimana letak kebaikan
dalam kehidupan pribadi dan kemasyarakatan. Selanjutnya Al-Qur’an juga
menunjukan kepada manusia jalan terbaik guna merealisasikan dirinya, mengembangkan
kepribadiannya, dan mengantarkannya pada jenjang-jenjang kesempurnaan insani
sehingga manusia bisa merealisasikan kebahagiaan bagi dirinya, baik di dunia
maupun di akhirat.
(
Q.S. Al-Jatsiyah,45: 20 ), (Q.S. An-Nahal,10: 89)
Al-Qur’an
juga mendorong manusia untuk berjalan diatas bumi, mengamati makhluk-makhluk
yang ada di alam semesta, dan mengkaji serta memikirkan ciptaan Allah yang ada
dilangit dan bumi sehingga keindahan pencipta dan keindahan makhluk dapat
mereka jadikan sebagai bukti adanya Dzat pencipta yang maha suci dan maha
tinggi.
(Q.S.
Al-Ankabut, 29: 20)
Banyak
diantara ayat-ayat Al-Qur’an yang berbicara mengenai tabiat manusia, dan
berbagai kondisi psikis kemudian menjelaskan berbagai penyebab penyimpangan
serta penyakit jiwa. Selain itu Al-Qur’an juga mengemukakan berbagai jalan
penelusuran, pendidikan, dan terapinya. Ayat-ayat Al-Qur’an tentang jiwa ini
merupakan pedoman bagi manusia dalam memahami berbagai karakteristik jiwanya,
dan mengarahkannya pada jalan yang benar dalam mendidik dan mengembangkannya.
Para
ahli ilmu jiwa modern, yang memaknai metode penelitian ilmu-ilmu fisika, telah
membatasi diri mereka dengan mengkaji gejala-gejala kejiwaan yang bisa diamati
dan dikaji secara obyektif. Mereka berusaha menghindar dari penelitian terhadap
banyak gejala-gejala kejiwaan penting yang sulit untuk diamati atau dikaji
secara eksperimental. Dengan demikian, mereka telah memenuhi jiwa itu sendiri
dari kajian-kajian mereka, sebab jiwa merupakan hal yang tidak mungkin bisa diamati.
Merekapun membatasi kajian-kajian mereka pada tingkah laku yang bisa diamati
dan diukur saja. Adapun sebagian dari mereka yang menyerukan agar istilah “Ilmu
Jiwa” diganti dengan “Ilmu Tingkah Laku”. Sebab ilmu jiwa modern mempelajari
tingkah laku dan tidak mempelajari jiwa.
Selanjutnya
Dalam buku ini, penulis akan mereview pada setiap bab yang terdiri dari sepuluh
bab diantaraya yaitu:
BAB
PERTAMA: DORONGAN-DORONGAN TINGKAH LAKU DALAM AL-QUR’AN
Dorongan
adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan kegiatan dalam diri makhluk hidup
dan memotori tingkah laku serta pada suatu tujuan atau berbagai tujuan. Dorongan- dorongan melakukan berbagai fungsi yang primer dan
penting bagi makhluk hidup. Dorongan-dorongan juga mendorong menolong makhluk
untuk melakukan banyak tindakan penting yang bermanfaat lainnya dalam usahanya
untuk menyerasikan diri dengan lingkugan hidupnya.
Para
ahli ilmu jiwa modern membagi dorongan-dorongan menjadi dua bagian pokok:
Pertama, dorongan-dorongan
fiologis. Dorongan-dorongan ini
berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan tubuh
dan kekurangan atau hilangnya keseimbangan yang terjadi dalam
jaringan-jaringan tubuh.
Kedua,
dorongan-dorongan psikis. Dorongan-dorongan ini diperoleh lewat belajar selama
proses sosialisasi yang dilalui seseorang.
A.
DORONGAN-DORONGAN
FIOLOGIS
Allah
yang telah memberi karunia nikmat wujud bagi setiap makhluk-Nya karakteristik
dan sifat-sifat khusus yang membuat para makhluk mampu
melaksanakan-fungsi-fungsi yang telah diciptakan Allah bagi mereka.
(Q.S.
Tha-Ha,20: 50)
Diantatara
karakteristik yang diciptakan hewan dan manusia ialah dorongan-dorongan
fisiologis. Dorongan ini sendiri terbagi menjadi dua bagian: pertama, yang diperlukan bagi
kelangsungan hidup individu, dan kedua, yang
diperlakukan bagi kelestarian hidup jenisnya.
Fungsi-fungsi
fisiologis melakukan fungsi biologis yang penting bagi hewan dan manusia.
Fungsi-fungsi biologis inilah yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan tubuh, menutup
semua kekurangan, kekacauan atau hilangannya keseimbangan yang menimpanya.
fungsi-fungsi tersebut selalu berusaha menjaga kadar tertentu dari keseimbangan
biologis yang diperlakukannya untuk memelihara diri dan kelangsungannya.
Berbagai
kajian fisiologis yang baru telah membuktikan adanya kecenderungan alamiah
dalam tubuh manusia dan hewan untuk memelihara suatu kadar keseimbangan dalam
dirinya. Apabila keseimbangan ini mengalami kegoncangan maka timbulah suatu
dorongan yang spontan untuk mengembalikan keseimbangan tubuh seperti
sebelumnya.
Konsep
keseimbangan yang berhasil disingkapkan para ilmuan baru-baru ini telah
dikemukankan oleh Al-Qur’an al Karim sejak empat belas abad yang lalu. Firman
Allah:
(Q.S.
Al-Hijr,15:19)
(Q.S.
Furqan,25:2)
Jadi
manusia demikian pula hewan diciptakan dengan sesuatu cara yang tertentu yang
teliti sesuai dengan takaran keseimbangan tertentu. Apabila keseimbangan ini
mengalami kegoncangan maka akan timbul golongan-golongan Fisiologis yang
mendorong orang atau hewan yang mengalaminya untuk melakukan kegiatan spontan
yang diperlukan untuk mengembalikan tubuh pada kesimbangan sebelumnya.
Al-Qur’an
telah mengemukakan dorongan-dorongan fisiologis yang penting ini. dalam
pembahasan berikut akan diuraikan ayat-ayat Al-Qur’an yang ada kaitanya dengan
dorongan –dorongan tersebut diantranya:.
a.
Dorongan-dorongan untuk menjaga diri
b.
Dorongan-dorongan mempertahankan
kelestarian hidup jenis
a)
Dorongan Seksual
b)
Dorongan Keibuan
B.
DORONGAN-DORONGAN
PSIKIS
Dorongan-dorongan
psikis adalah dorongan-dorongan yang tidak bisa dirujukan secara langsung
kepada kondisi-kondisi fisiologis dari tubuh yang timbul karena kekurangan atau
tidak ada kebutuhan fisik, seperti halnya dalam dorongan-dorongan fisiologis
misalnya rasa lapar, haus, atau letih.
Sebagian besar para
ahli ilmu jiwa modern berpendapat bahwa dorongan-dorongan psikis pada umumnya
merupakan dorongan-dorongan yang diperoleh berdasarkan dorongan-dorongan
fisiologis kita. Dengan kata lain, menurut meraka dorongan-dorongan psikis
merupakan cabang dari dorongan-dorongan fisiologis yang timbul akibat
terjadinya interaksi antara dorongan-dorongan itu dengan berbagai pengalaman
individu dan faktor pertumbuhan sosialnya.
Ada beberapa dorongan
psikis yaitu meliputi:
a) Dorongan
Memiliki
(Q.S. Al-Imran,3: 14)
b) Dorongan
memusuhi
(Q.S. Al-Baqarah,2:36)
c) Dorongan
berkompetisi
(Q.S.
Al-Muthafifin,83:22-26)
d) Dorongan
beragama
(Q.S. Ar-Rum,30:30)
C.
DORONGAN-DORONGAN
TAK SADAR
Manusia sering
merasakan sesuatu keinginan atau dorongan yang tidak bisa diterima atau menimbulkan
keresahannya. Maka manusiapun berusaha menjauhkannya dari ruang lingkup
kesadaran atau perasaannya. Akhirnya keinginan atau dorongan itu tertahan dalam
alam bawah sadar. Namun manusia sering mengekspresikan keinginan atau dorongan itu secara
tidak sadar, dalam bentuk kata-kata yang terucapkan secara tidak sadar atau
ucapan yang keliru. Al-Qur’an sendiri telah mengisyaratkan tentang adanya ekspresi
tidak sadar lewat kata-kata yang keliru, yang mengungkapan tentang dorongan
dalam jiwa yang diusahakan oleh manusia untuk dirahasiakan dan disembunyikan.
Firman Allah
(Q.S. Muhammad,47:
29-30)
Dituturkan dari Amirul
mukminin ‘Utsman bin Affan ra’, bahwa dalam konteks ini ia berkata: “Tak
seorangpun yang merahasiakan sesuatu melainkan Allah akan menyingkapkan apa
yang terkandung dalam hatinya lewat ekspresi mukanya atau salah bicaranya.
Dalam sebuah hadis dikatakan: “Tak seorangpun yang menyembunyikan suatu rahasia
melainkan Allah akan memberinya penutup. Apabila penutup itu baik, maka rahasia
itu adalah baik, dan apabila penutup itu buruk maka buruk pula rahasia itu.
KONFLIK
ANTAR DORONGAN
Apabila sebagian
dorongan pada diri manusia saling bertentangan misalnya saja salah satu
dorongannya tertarik kesuatu arah tertentu, sementara dorongan yang lain
tertarik kearah yang berlawanan, maka manusia itu akan tertimpa perasaan resah,
ragu-ragu dan tidak mampu mengambil keputusan arah mana yang harus ditempuhnya.
Keadaaan yang demikian ini dinamai dengan konflik psikis. Al-Qur’an sendiri
telah mendeskripsikan keadaan konflik
psikis yang diderita oleh sebagian manusia yang mempunyai sikap ragu-ragu dalam
masalah keimanan. Firman Allah
(Q.S, Al-An’am,6:71)
Ayat ini memberikan
uraian yang terinci tentang keadaan konflik psikis, keresahan dan keraguan yang
ditimbulkannya pada diri manusia. Dari satu pihak sistem berusaha menjatuhkan dan
menarik manusia itu pada arah kesehatan dan kekafiran. Dipihak lain
kawan-kawannya yang beriman menyerunya pada petunjuk dan keimanan.
Al-Qur’an juga
menguraikan keadaan resah, ragu, bimbang, dan gelisah yang memberangi konflik
psikis antara kekafiran dalam keimanan,. Firman Allah
(Q.S. At-Taubah, 9:45)
(Q.S. An-Nisa,
4:142-143)
Selain itu Al-Qur’an
juga menguraikan tentang keadaan konflik psikis yang menimpa manusia yang mempunyai
sikap yang ragu-ragu dan resah, antara memerangi kaum muslimin dari satu pihak
yang lain dan keresahan, kegelisahan, dan kebingungan yang timbul dari konflik
itu, Firma Allahh
(Q.S. An-Nisa,4: 90)
A.
PENGENDALIAN
DORONGAN
Telah
dikemukankan bahwa Allah menciptakan adanya berbagai dorongan fisiologis dalam
fitrah manusia dan hewan, guna terealisasikannya tujuan-tujuan yang dikehendaki
Allah, yaitu penjagaan diri dan kelangsungan hidup bagi seluruh jenis.
Pemenuhan dorongan-dorongan ini merupakan hal yang dituntut oleh fitrah dan
diperlukan oleh tabiat manusia maupun hewan. Sebab pada pemenuhan
dorongan-dorongan itulah bergantung kelestarian hidup dan kelestarian jenis.
Oleh Karena itu ditetapkanlah hukum-hukum dan perintah Al-Qur’an yang berkenan
dengan dorongan-dorongan tersebut, yang sesuai dengan fitrah manusia. Dalam
Al-Qur’an dan as-Sunah tidak terdapat hal-hal yang mengisyaratkan dianggap
buruknya dorongan-dorongan tersebut atau ditolak maupun diingkarinya.
Sebaliknya Al-Qur’an dan as-Sunah menyerukan perlu dikendalikan, diarahkan, dan
dipenuhinya dorongan-dorongan itu dalam batas-batas yang diperkenangkan
syariat, tanpa berlebih-lebihan atau melanggar batas-batas tersebut.
Namun
dalam hal ini hendaklah dibedakan antara penahanan dan penindasan. Penahanan
adalah pengendalian secara sengaja terhadap suatu dorongan atau keinginan dan
perlawanan dan pengungkapannya dalam kondisi-kondisi dimana dorongan atau
keinginan itu tidak patuh untuk dipenuhi. Sedangkan penindasan adalah
pengingkaran terhadap keinginan, pandangan yang buruk terhadapnya, atau rasa
takut terhadapnya, dan usaha untuk menjauhkannya sama sekali dari ruang lingkup
kesadaran, dalam rangka melepaskan diri dari perasaan-perasaan berdosa dan
resah yang ditimbulkannya.
Al-Qur’an
tidaklah menyerukan ditindasnya dorongan-doronga alamiah manusia. Tapi
Al-Qur’an menyerukan perlunya pengaturan dalam pemenuhan, pengendalian, dan
pengarahanya secara sehat, demi kebahagian individu dan masyarakat, dengan
demikian individu bisa menjadi pengendali dan pengarahan bagi dorongan-dorongan
dalam dirinya, dan bukannya dikuasai dan dikendalikan oleh dorongan-dorongan
tersebut.
(Q.S.
Al-Maidah, 5: 87-88)
(Q.S.
An-Nur,24:32)
Dari
ayat-ayat diatas, jelaslah bahwa Al-Qur’an tidak menyeru manusia untuk
mengingkari dan menekan dorongan-dorongan alamiahnya. Al-qur’an menghindarkan
manusia dari terjatuh dalam konflik psikis yang timbul akibat pengingkaran dan
penekanan individu atas dorongan-dorongan seksualnya yang menimbulkan
gejala-gejala kerancauan tingkah laku. Namun Al-Qur’an juga tidak memberi
kebebasan mutlak kepada manusia untuk memenuhi dorongan-dorongan alamiah tanpa
batas.
B.
PENYIMPANGAN
DORONGAN
Apabila manusia gagal
dalam mengendalikan dorongan-dorongannya, dan berlebihan dalam memenuhi
dorongan-dorongan itu terbuai dalam kelejatannya, malah menjadikan kelejatan
tersebut sebagai tujuan, maka dorongan-dorongn itu telah menyimpang dari
tujuan-tujuannya yang hakiki. Penyimpangan dorongan-dorongan dan pendominasiannya
atas diri manusia bisa terjadi baik pada dorongan-dorongan fisiologis kita yang
terpenting dan paling mudah menyimpan ialah dorongan seksual.
(Q.S. Al-Araf, 7:
80-81)
(Q.S. As-Syu’ra, 26:
165-166)
Diantara penyimpangan
yang umum dikenal dalam dorongan-dorongan psikis kita ialah kecintaan pada
harta yang sering kita lihat pada diri sebagian manusia dan keserakahan mereka
dalam memiliki dan menumpuk-numpuknya. Harta pada asalnya adalah milik Allah.
Secara umum tindakan
berlebih-lebihan dalam memenuhi berbagai dorongan dan ketidakmampuan manusia
untuk mengendalikan dan menguasainya akan membuat penyimpanganya
dorongan-dorongan ini dari tujuan-tujuan yang sebenarnya, yakni melestarikan
kehidupan individu dan merealisasikan peningkatanya.
BAB
KEDUA: EMOSI DALAM AL-QUR’AN
Dengan karunia-Nya Allah membekali manusia
dan hewan dalam berbagai emosi yang membuatnya mampu melangsungkan kehidupanya.
Emosi takut misalnya membuat kita menghindar dari bahaya yang mengancam. Emosi
marah mendorong kita untuk mempertahankan diri , dan bertujuan untuk menjaga
kelangsungan hidup. Emosi cinta merupakan landasan keterpautan hati antara dua
jenis dan ketertarikan antara satu sama lainya, guna tetap terpeliharanya
kelangsungan hidup umat manusia.
Dalam Al-Qur’an banyak terdapat uraian yang
teliti tentang berbagai emosi yang dirasakan manusia, seperti ketakutan, marah,
cinta, kegembiraan, kebencian, cemburu, dengki, penyesalan, kehinaan, dan
sedih.
Dalam uraian berikut akan dibahas
emosi-emosi yang ada dalam Al-Qur’an:
1. TAKUT
Emosi takut merupakan
salah satu emosi penting dalam kehidupan manusia. Seperti telah dikemukakan
dimuka ia membantu manusia dalam memelihara dari bahaya-bahaya yang
mengancamnya, dengan demikian membantunya dalam melestarikan kehidupanya.
Manfaat rasa takut
tidak hanya terbatas untuk menjaga manusia dari berbagai bahaya yang
mengancamnya dalam kehidupan duniawinya saja. Tapi diantara kemanfaatnya
terutama sekali ialah mendorong seorang mukmin untuk berusaha tidak terjatuh
dalam perbuatan maksiat dengan berpegang teguh dengan ketakwaan pada Allah
serta disiplin dalam beribadah kepada-Nya dan melakukan segala sesuatu yang
dirihai-Nya.
(Q.S, Al-Anfal,8:2)
Emosi takut merupakan
keadaan geliasah luar biasa yang meliputi seluruh diri individu. Kegelisahan
ini dilukiskan Al-Qur’an sebagai kegoncangan luar biasa yang menimpa manusia,
sehingga membuatnya tidak mampu berfikir dan menguasai diri.
Macam-macam
rasa takut
Banyak
hal yang dikaitkan dengan manusia. Al-Qur’an sendiri telah mengemukakan
sebagian ketakutan terpenting yang menimpa mereka., misalnya takut kepada
Allah, takut mati, dan takut menajdi miskin.
a. Takut
kepada Allah
Takut kepada Allah adalah penting
dalam kehidupan seorang mukmin. Sebab rasa takut itu mendorongya untuk takwa
kepada-Nya dan mencari ridha-Nya, mengikuti ajaran-ajaran-Nya, meninggalkan
larangan-Nya dan melaksanakan perintah-Nya. Rasa takut kepada Allah dipandang
sebgai salah satu tiang penyangga iman kepada-Nya dan merupakan landasan
penting dalam pembentukan kepribadian seorang mukmin.
(Q.S
Al-Bayyinah,98: 7-8)
(Q.S.
Al-Anfal,8 :2)
(Q.S.
Az-Zumar,39:13)
(Q.S.
Al-Insan, 76: 10)
Diantara
macam ketakutan yang merata dikalangan manusia ialah takut mati. Rasa takut ini
tampak jelas ketika terjadi perang khususnya dikalangan tentara yang dikirim
kemedan pertempuran. Dalam Al-Qur’an terdapat gambaran tentang ketakutan
orang-orang munafik dari perang.
(Q.S.
An-Nisa,4: 77)
(Q.S.
Muhammad,47: 20)
b. Takut
mati
Takut mati merupakan hal yang umum
terdapat dikalangan orang banyak pada umumnya. Malah Nabi Musa juga tidak
terlepas dari rasa takut ini. Seperti dikemukkan dalam Al-Qur’an, lewat ucapan
Musa, bahwa ia merasa takut akan dibunuh firaun.
(Q.S.
Al-Qasash,28: 33)
Keimanan
yang benar kepada Allah akan melepaskan individu dari takut mati. Sebab,
seorang mukmin tau dengan yakin bahwa kematian akan mengantarkannya pada
kehidupan akhirat yang abadi, dimana ia akan menerima karunia dan ridha Allah.
Apabila seorang mukmin takut mati, sesugguhnya yang ditakutkannya ialah bahwa
ia tidak akan memperoleh ampunan, karunia dan ridha-Nya. Tidak disangsikan lagi
bahwa takut mati mencengkam oang-orang yang berbuat maksiat. Mereka takut akan
ditimpa kematian sebelum sampai bertaubat. Jadi pada hakekatnya takut mati
timbul karena maut merupakan penutup bagi pintu tobat. Dengan demikian takut
mati erat kaitanya dengan takut kepada
Allah yang disebutkan di muka
(Q.S.
Al-Munafiqun,63:10)
(Q.S.
Al-Jum’ah,62: 6-7)
Orang-orang
ateis, yang tidak mempercayai hari kebangkitan dan kehidupan akhirat takut
mati. Sebab menurut mereka, kematian adalah kehancuran dan kehilangan diri
mereka. Oleh karena itu mereka takut akan nasib yang meninpa mereka itu.
c. Takut
terjatuh dalam kemiskinan
Merupakan ketakutan yang menghantui
banyak orang. Dalam kehidupannya, manusia selalu mencari rezeki dan khidupan
yang aman dan tentram bagi dirinya, istrinya dan anak-anaknya. Dalam usaha ni
biasanya manusia harus menanggung kesulitan, kelelahan dan penderitaan dan
setiap kemungkinan bahaya memberikan rasa takut dan khawatir kepadanya sebelum
islam, misalnya bangsa Arab membunuh putera-putri mereka karena takut terjatuh
dalam kemiskinan. Maka Al-Qur’anpun melarang melakukan tindakan yang demikian
itu dan memberi kabar kepada mereka bahwa rezki mereka dan anak-anak mereka ada
di jamin oleh Allah:
Dengan
demikian rasa takut yang sebenarnya dirasakan oleh seorang mukmin hanyalah rasa
takut kepada Allah sebab keimanannya kepada Allah membuatnya tidak merasa takut
pada kematian, kemiskinan, manusia atau apapun juga lainnya yang ada di alam
semesta ini. Yang ditakutinya hanyalah kemarahan Allah kemurkaanya dan
azab-Nya.
Takut kepada Allah
mempunyi fungsi yang penting dan bermanfaat dalam kehidupan seorang Mukmim. Sebab ini membuatnya menghindari
tindakan-tindakan maksiat. Dengan demikian, ini membuatnya terhindar dari
kemurkaan dan azab Allah dan mendorongnya untuk melaksanakan ibadah-ibadah dan
perbuatan-perbuatan yang shaleh, karena mengharapkan ridha Allah. Takut kepada
Allah pada akhirnya akan membuat terealisasikanya kedamaian psikis, karena
dalam jiwa seorang mukmin penuh dengan peasaan harapan akan ampunan dan
keridhaan Allah.
2.
MARAH
Marah
merupakan suatu emosi penting yang mempunyai fungsi esensial bagi kehidupan
manusia, yakni membantunya dalam menjaga dirinya. Al-Qur’n sendiri memberikan
anjuran digunakannya kekerasan dalam menghadapi orang-orang kafir yang
te4rsebar luasnya islam. Kekerasan seperti ini adalah kekerasan yang timbul
dari marak kaena Allah dan demi untuk menyebar luaskan seruan-Nya.
(Q.S.
Al-Fath,48: 29)
(Q.S.
At-Taubah,9: 123)
Manusia
cenderung memberi respon terhadap emosi marah, dengan mengarahkan permusuhan
pada hambatan-hambatan yang mengalami pemenuhan dorongan-doronganya atau
perealisasian tujuan-tujuannya, baik hambatan-hambatan tersebut berupa manusia,
materi, ataupun ikatan-ikatan sosial.
Emosi
marah yang menguasai diri seseorang bisa membuatnya macetnya kemampuan
berpikirnya yang sehat. Kadang-kadang ia melakukan tindakan atau mengucapkan
perkataan yang memusuhi, yang disesali setelah kemarahannya redah,.
(Q.S.
Al-A’raf,7:151)
Manusia
ketika marah atau sedang dikuasai oleh emosiyang kuat pada umumnya, kehilangan
kemampuan untuk berpikir secara sehat, maka hendaknya sewaktu marah ia tidak
melakukan tindakan-tindakan yang mungkin akan disesalinya nanti.
3.
CINTA
Cinta
memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, sebab ia
merupakan landasan kehidupan perkawinan, pembentukan keluarga, dan pemeliharaan
anak-anak. Ia adalah landasan hubungan yang erat dimasyarakat dan pembentukan
hubungan manusiawi yang akrab. iapun adalah pengikat yang kokoh dalam hubungan
antar manusia dengan Tuhannya dan membuatnya iklash dalam menyembah-Nya,
mengikuti jalan-Nya, dan berpegang teguh pada syariat-Nya.
Dalam
kehidupan manusia, cinta menempakan diri dalam berbagai bentuk. Kadang-kadang
seseorang mencintai diri sendiri, kadang-kadang mencintai orang lain, atau juga
istri dan anaknya, hartanya, atau Allah dan Rasul-Nya. berbagai cinta ini bisa
kita dapatkan dalam Al-Qur’an.
a. Cinta
Diri
Cinta diri erat
kaitannya dengan dorongan menjaga diri. Manusia senang untuk tetap hidup,
menggambarkan potensi dirinya, dan mengaktualisasikan diri. Iapun mencintai
segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan, ketentraman dan kebahagiaan pada
dirinya.
(Q.S. Al-A’raf,7:188)
b. Cinta
kepada Sesama Manusia
Agar manusia dapat
hidup dengan penuh keserasian dan keharmonisan dengan manusia lainnya, tidak
boleh tidak ia harus membatasi cintanya pada dirinya sendiri dan egoismenya.
(Q.S. At-Taubah,9:71)
c. Cinta
Seksual
Cinta erat kaitanya
dengan dorongan seksual. Sebab ialah yang bekerja dalam melestarikan kasih
sayang, keserasian, dan kerjasama antara suami dan istri. Ia merupakan faktor
yang primer bagi kelangsungan hidup keluarga.
(Q.S. Ar-Rum,30: 21)
d. Cinta
Kebapakan
Dalam bab pertama kami
telah menguraikan tentang dorongan keibuan sebagai salah satu dari
dorongan-dorongan fisiologis, karena adanya landasan fisiologis bagi dorongan keibuan, yaitu
perubahan-peubahan fisiologis dan fisik yang terjadi pada diri si ibu sewaktu
mengandung, melahirkan dan menyusui.
Mengingat bahwa antara
ayah dengan anak-anaknya tidak terjalin oleh ikatan-ikatan fisiologis seperti
yang menghubungkan si ibu dengan anak-anaknya, maka para ahli jiwa modern
berpendapat bahwa dorongan kebapakan bukanlah dorongan psikologis seperti hanya
dorongan keibuan melainkan dorongan psikis.
(Q.S. Yusuf.12:8)
e. Cinta
Kepada Allah
Puncak cinta manusia,
yang paling bening jernih, dan spritual ialah cintanya kepada Allah dan
kerinduanya kepada-Nya. Tidak hanya dalam shalat, pujian dan doanya saja tetapi
juga dalam semua tindakan dan tingkah laku-Nya. Semua tingkah laku dan
tindakannya ditujukan kepada Allah, mengharapkan penerimaan dan ridha-Nya.
(Q.S. Ali Imran,3:31)
f. Cinta
Kepada Rasul
Cinta kepada Rasul yang diutus
Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta, untuk memberi petunjuk dan
membersihkan hati manusia, mengajarkan Al-Qur’an dan kebijaksanaan, dipilih
sebagai penutup para Nabi, menjadi rasul bagi seluruh umat manusia, dan
diturunkan kepadanya Al-Qur’an, kitab Allah yang abadi dan pembenar
kitab-kitabnya yang telah diturunkan sebelumnya, menduduki peringkat kedua
setelah cinta kepada Allah.
(Q.S.
Al-Qalam,68:4)
4.
GEMBIRA
Kegembiraan merupkan
hal bercorak relatif tergantung pada tujuan-tujuan seseorang dalam kehidupan.
Apabila tujuannya dalam kehidupan ini adalah untuk mengumpulkan harta, meraih
kekuasaan, pangkat atau kenikmatan lainnya dalam kehidupan dunia ini, maka
keberhasilan dalam meraih tujuan-tujuanya itu akan membangkitkan kegembiraanya.
(Q.S Yunus,10:57-58)
Barang siapa yang
menjadikan lantaran kejahatan kehidupan dunia ini sebagai sumber kegembiraanya,
sebagaimana sebagaian besar manusia di dunia ini, dalam kenyataanya ia tidaklah
menikmati kehidupan yang berbahagia, tenang dan mapan.
5.
BENCI
Benci adalah emosi yang
merupakan lawan dari emosi cinta. Ia merupakan penjelasan dari perasaan tidak
senang, tidak mau menerima, perasaan meremehkan dan keinginan untuk menjauhkan
hal-hal yang membangkitkan perasaan tersebut, baik hal itu berupa manusiawi,
benda, ataupun tindakan.
(Q.S. An-Nisa,4: 19)
Sebagian orang
kadang-kadang membenci orang lain karena perbedaan pendapat antara mereka, atau
kelebihan mereka dari pada dirinya, atau karena mereka merupakan penyebab
terjadinya frustasi dalam kehidupanya ataupun adanya sebab-sebab lain.
6.
CEMBURU
Cemburu adalah emosi
yang meresahkan dan membencikan yang timbul apabila seseorang merasa bahwa
orang yang dicintainya mengarahkan perhatian atau cintanya kepada orang lain,
bukan pada dirinya.
(Q.S. Yusuf,12:8-9)
7.
DENGKI
Dengki merupakan emosi
yang dirasakan seseorang bila melihat orang lain memiliki sesuatu yang ia
harapkan menjadi miliknya, bukan menjadi milik orang lain. Kedengkian yang
demikian ini diungkapkan dalam Al-Qur’an dalam kisah tentang Qarun. Dituturkan bahwa Qarun keluar
kepada kaumnya dengan penuh kemegahan ia membuat kaumnya merasa dengki
kepadanya.
(Q.S. Al-Qashash, 28:
79)
Kedengkian seperti ini
merata dikalangan banyak manusia. Banyak orang yang cenderung merasa dengki
terhadap orang lain yang mendapat karunia dari Allah, baik berupa harta, anak,
kesehatan, ataupun keberhasilan. Dalam Al-Qur’an diungkapkan orang-orang yahudi
dan musyrik terhadap anugrah kenabian yang dikaruniakan kepada Nabi Muhammad
saw, dan kedengkian mereka pada karunia keimanan dan Petunjuk yang diberika-Nya
kepada orang-orang mukmin.
8.
SEDIH
Sedih merupakan lawan
dari emosi gembira. Rasa sedih ini bisa terjadi apabila seseorang kehilangan
orang lain yang akrab dengannya, atau sesuatu yang tinggi nilainya, atau
apabila ia tertima malapetaka, ataupun gagal dalam merealisasikan sesuatu
urusan yang sangat penting.
(Q.S. Al-An’am,6: 33)
Sringkali ayat-ayat
Al-Qur’an tentang kesedihan diberangi dengan rasa takut. Ini mengisyaratkan
bahwa keduanya merupakan emosi yang sering berada bersama-sama, yang
mengeruhkan kehidupan seseorang. Ayat-ayat itu juga mengisyaratkan bahwa iman
kepada Allah, takwa kepada-Nya, dan amal shaleh merupakan pelindung dari rasa
takut dan sedih, dan penyembuh bagi keduanya.
9.
PENYESALAN
Penyesalan merupakan
keadaan emosional yang timbul dari perasaan bersalah atau berdosa, rasa
bersalah dan pencelaan terhadap diri sendiri akan apa yang telah dilakukan, dan
pengandaian seandainya tindakan itu tidak dilakukan.
Pencelaan seseorang
terhadap diri sendiri dan peyesalan atas apa yang dilakukannya merupakan salah
satu faktor yang penting dalam meluruskan kepribadian seseorang. Oleh karena
itu Allah telah bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali dirinya, sebagai
penghargaan akan signifikansinya dalam mengarahkan tingkah laku seseorang untuk
menjauhi tindakan maksiat yang membangkitkan penyesalan dan celaan terhadap
diri sendiri.
(Q.S Al-Qiyamah,75:1-2)
10. EMOSI-EMOSI LAIN
Al-Qur’an juga
mengisyaratkan emosi-emosi lain selain yang telah dikemukakan di muka, seperti
rasa malu, hina dan takabur.
Emosi rasa malu di isyaratkan
Al-Qur’an dalam kisah Musa as, ketika ia melarikan diri dari Fir’aun. Musa
mengungsi ke Madian, dimana ia menolong dua gadis untuk mengembalikan air.
Salah seorang gadis itu kemudian kembali kepadanya dengan malu-malu dan
mengajaknya untuk menemui ayahnya guna untuk di beri imbalan atas jerih
payahnya itu.
(Q.S Al-Qashash,28:25)
Sedangkan rasa hina
adalah rasa malu diberangi dengan rasa perasaan tercela, dan aib. Dalam
Al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang mengungkapkan rasa hina yang menimpa
orang-orang musryik dan kafir, baik didunia maupun di akhirat:
(Q.S Al-Baqarah,2: 114)
Sementara emosi takabur
bisa ditemukan pula pada sebagian orang. Emosi ini berupa rasa kagum terhadap
diri, sikap suka membangga-banggakan, membesar-besarkan, dan menonjolkan diri.
Kadang emosi ini pada sebagian orang merupakan sifat tingkah laku yang begitu
dominan dalam kepribadian mereka. Emosi ini sendiri dicela oleh Al-Qur’an
(Q.S. Luqman, 31: 18)
Kekaguman terhadap diri
bisa berakibat timbulnya sikap sombong dan angkuh terhadap orang lain dan
merendahkan serta meremehkan mereka dalam pergaulan. Dalam Al-Qur’an banyak
terdapat ayat-ayat yang mencela ketakaburan orang-orang musrik dan orang-orang
munafik serta keenggangan mereka untuk menerima kebenaran karena rasa angkuh
yang mereka miliki.
PERUBAHAN-PERUBAHAN
FISIK YANG MENYERTAI EMOSI
Apabila emosi seseorang
sedang timbul, terjadilah berbagai perubahan fisiologis dalam tubuhnya.
Diantara perubahan-perubahan fisioligis yang terjadi sewaku emosi sedang
menggelora ialah, mengerasnya detak jantung, mengerutnya pembuluh darah di
dalam usus besar, dan meluasnya pembuluh darah diberbagai penjuru
permukaan tubuh. Al-Qur’an telah
melukiskan tentang kegoncangan yang terjadi selama emosi ketakutan berlangsung
yang terjadi karena mengerasnya detak jantung dan derasnya darah yang mengalir
kedalamnya, yang membuatnya membesar dan membuatnya dekat dengan batang
tenggerokan.
(Q.S. Al-Ahzab,33:
10-11)
Dalam Al-Qur’an banyak
terdapat ayat-ayat yang menguraikan tentang emosi-emosi sedih dan menyesal,
gembira dan bahagia yang dirasakan manusia pada hari kiamat, dan
ekspresi-ekspresi wajah mereka yang memantulkan kondisi emosional mereka.
Ø Pengendalian Emosi
Emosi yang
berlebih-lebihan bisa membahayakan kesehatan fisik dan psikis manusia. Emosi
takut misalnya, berguna bagi manusia karena mengancam hidupnya. Tetapi apabila
ketakutan itu terlalu berlebih-lebihan, dimana seseorang menjadi ketakutan
terhadap banyak hal yang tidak merupakan bahaya yang ril bagi dirinya maka
dalam kasus ini emosi ketakutannya menjadi membahayakan dirinya.
Ø Pengendalian Rasa Takut
Al-Qur’an selalu
berupaya untuk selalu menggarakan manusia, seperti mati dan jatuh miskin.
Berkenanaan dengan rasa takut mati Al-Qur’an telah menyatakan bahwa kehidupan
dunia ini akan hancur, kelezatannya akan sirna sedangkan kehidupan akhirat
merupakan kehidupan yang abadi dan nikmat disana tidak akan pernah sirna.
Kematian tiada lain ialah perpindahan dari kehidupan yang fana kepada kehidupan
yang abadi. Sebagai mana firman Allah. (Q.S. Al-Ankabut,29: 64)
Orang-orang mu’min yang
benar mendalami keimanannya sepenuhnya tahu bahwa kematian merupakan realitas
dan tiada tanpa gentar dan takut. Merekapun tahu bahwa betapa panjang usia
seseorang dalam kehidupan ini, ia pun pasti akan mati juga. Dan kematian akan
mengantarkan mereka kepada kehidupan yang abadi.
Sebagaimana firman
Allah (Q.S. Al-Ahzab,35: 16)
Ø Pengendalian Rasa Takut Jatuh
Miskin
Al-Qur’an juga
berwasiat agar kita tidak takut jatuh miskin. Sebab rizki berada di tangan
Allah, dan Dia adalah pemberi rizki yang mempunyai kekuatan yang sangat kokoh.
(Q.S. Adz-Dzariyat, 52: 53)
Ø Pengendalian Marah
Al-Qur’an juga
berwasiat agar kita bisa mengendalikan emosi marah. Sebab ketika seseorang
sedang marah pemikirannya akan macet dan kehilangan kemampuan untuk memberikan
penialaian yang benar. Peningkatan energi dalam tubu, selama emosi marah berlangsung,
akan membuat seseirang lebih siap untuk melakukan permusuhan fisik
terhadap orang yang
membangkitkan kemarahannya. Oleh karena itu, pengendalian marah mempunyai manfaat ditinjau dari berbagai segi: Pertama,
ia memelihara kemampuan berfikir manusia dan pengambilan keputusan yang benar.Kedua,
ia memelihara keseimbangan fisik manusia, sebab ia melindungi manusia dari
ketegangan fisik yang timbul akibat peningkatan energi yang terjadi akibat
meningkatnya zat gula yang dikelurkan oleh hati. Ketiga, pengendalian
emosi marah dan tindakan tidak memusuhi orang lain dengan baik dan tenang,
dengan sendirinya akan menimbulkan rasa tenang dalam diri si musuh itu dan
mendorongnya mengadakan intropeksi. Keempat, pengendalian atas emosi
marah, dari segi kesehatan juga bermanfaat.
Ø Pengendalian Cinta
Al-Qur’an juga
menyarankan kita untuk bisa mengendalikan cinta kita kepada keluarga k, orang
tua, istri, suami, anak, sahabat, suku, tanah air, bahkan harta ataupun kekayaan.
sehingga semuanya itu membuat kita lalai akan cinta kepada Allah dan
mengabaikan ketaannya kepada-Nya serta perjuangan pada jalan-Nya. sebagaimana
firman AllAH SWT, (Q.S. At-Taubah, 9: 24)
Ø Pengendalian Atas Emosi-emosi Lain
Al-Qur’an juga
memerintahkan kita untuk tidak takabur dan sombong. Selain itu Al-Qur’an juga
mengharapkan kit untuk bisa mengendalikan emosi sedih dan gembira.
Secara umum, Allah
berwasiat kepada kita agar mengendalikan dan menguasai, emosi-emosi kita. Dan
keimanan yang mendalam kepada Allah dan tindakan mengikuti metode yang
diwariskan-Nya bagi kita dalam Al-Qur’an dan diuraikan oleh Rasulullah saw,
akan memberi kita kemauan dan kekuatan kehendak yang memungkinkan kita untuk
bisa mengendalikan dan menguasai emosi-emosi kita. Seorang mukmin yang
benar-benar beriman hanya takut kepada Allah saja. Ia tidak takut mati, miskin,
kepada sesama manusia, atau juga yang lainnya.
BAB KETIGA: TANGGAPAN PANCA INDRA DALAM AL-QUR’AN
Dengan
kehendak-Nya Allah membekali manusia dan hewan dengan segala kemampuan dan
fungsi yang mereka perlukan untuk tetap bisa melestarikan kehidupannya. Disamping
dibekali dengan berbagai dorongan dan emosi, keduanya juga dikarunia dengan
seperangkat instrumen guna memahami alam luar berbagai peristiwa yang terjadi
disekitar keduanya. Allah juga memberi mereka kemampuan untuk memahami alam dan
berbagai perubahan yang terjadi padanya. Dan panca indra mempunyai fungsi yang
sangat penting dalam kehidupan. Dengan panca indra makhluk hidup bisa menyadari
apa yang menyakitinya, sehingga bisa dihindarinya dan apa yang bermanfaat
baginya sehingga ia bsa berusaha meraihnya. Tanggapan kita terhadap alam luar
melalui panca indra lahiriah, yaitu pendengaran, penglihatan, indra pencium,
indra perasa, dan indra kulit.
Dalam
bab ini, akan dibahas tentang masalah tanggapan panca indra dalam Al-Qur’an.
Dengan mengakhirkan uraian tentang berfikir dan pengetahuan yang diterima
manusia dari Allah melalui wahyu dan ilham.
1) Pancaindra Dalam Al-Qur’an
Ketika lahir seorang
anak tidak mengetahui apa-apa, namun tidak lama kemudian panca indranya mulai
melaksanaka fungsinya. Ia pun mulai terpengaruh oleh berbagai pengaruh luar
yang mengenai dirinya, dan menimbulkan berbagai peresaan. Inilah yang kemudian
menjadi landasan kesadaran dan pengetahuannya tentang alam luar. Sebagaimana
firman Allah (Q.S. An-Nahal,16: 78), (Q.S. Al-Mu’Minun,23: 78)
Disini Al-Qur’an cukup
mengemukakan pendengaran dan penglihatan sebagai alat indra saja, karena pertama, signifikansi yang begitu
penting dari kedu indra itu dalam proses tanggapan pancaindra. kedua, penyebutan keduanya cukup menjadi
indikator tentang semua panca indra yang lain dalam proses tanggapan panca
indra.
Dalam kebanyakan
ayat-ayat Al-Qur’an, penglihatan disebutkan setelah pendengaran pertama, pendengaran lebih penting ketimbangan
penglihatan dalam proses pegindaraan, belajar dan memperolh ilmu pengetahuan. Kedua, indra pendengaran langsung berfungsi setelah seorang anak lahir,
dimana anak itu, begitu ia dilahirkan, lagsung bisa mendengar suara. Sementara
untuk melihat sesuatu ia butuh waktu beberapa lama. Ketiga, fungsi indra
pendengaran berlangsung secara terus menerus, tanpa terhenti sementara indra
penglihatan kadang-kadang terhentinya fungsinya apabila seseorang memejamkan
matanya atau bila ia sedang tidur. Keempat, indra pendengaran bisa
mendengar baik dalam keadaan terang maupun gelap.
Pendengaran dalam
Al-Quran, disebutkan dalam bentuk Mufradat
, sedang penglihatan dalam ayat Al-Qur’an disebutkan dalam bentuk jamak.
2)
Indra-Indra
Kulit
Kajian-kajian
fisiologis moderen membuktikan bahwa pada kulit manusia terdapat sel-sel
sensoris yang beraneka ragam jenisnya. Sel-sel ini khusus untuk menerima
berbagai bentuk perasaan. Sebagian sel untuk merasakan panas dan sebagian yang
lain lagi untuk merasakan dingin. Selain itu adapula yang merasakan sentuhan
dan tekanan serta merasakan kesakitan.
3)
Indra
Keenam
Ada jenis lain dari
indra yaitu apa yang disebut oleh para ahli ilmu jiwa di sebut dengan indra
keenam. Sebagian ahli ilmu jiwa di zaman
moderen ini telah mengandakan pengkajian atas gejala-gejala ini. Mereka juga
mengadakan berbagai percobaan Namun hasil-hasil yang mereka capai belum lagi
terinci telit dan mampu meberikn uraian yang gamblang tentang gejala-gejala
tersebut.
4)
Tipuan
Penglihatan
Tipuan penglihatan
adalah penglihatan yang keliru dan tidak sesuai dengan realitas yang dilihat.
Ada berbagai jenis tipuan peglihatan yang umumberla ku pada semua orang dan
mereka semuanya mengalami dengan cara yang serupa. contohnya fatamorgana yang
dari kejauhan disangka air padahal bukan.
5)
Efek
Dorongan Dan Nilai-Nilainya Atas Kesiagaan Dan Kemampuan Indra
Dorongan-dorongan
seseorang dan nilai-nilainya mempunyai efek atas kesiagaan dan kemampuan
indranya. ini dibuktikan oleh berba’rafgai kajian eksperimental modern. Kenyataan
ini telah diisyaratkan oleh Al-Qur’an dalam berbagai ayatnya Sebagaimana firman
Allah, (Q.S. AL-A’raf,7:179)
BAB
KEEMPAT: BERFIKIR DALAM AL-QUR’AN
Manusia dan hewan
sama-sam menikmati fungsi pancaindranya. Namun manusia berbeda dengan hewan
karena akal budi yang dianugrakan Allah dan kemampuan berfikir yang
memungkinkannya untuk mengadakan tinjauan dn pembahasan tentang berbagai hal,
dan peristiwa, menyimpulkan hal-hal yang umum dari bagian-bagian, dan
menyimpulkan berbagai kesimpulan dari premis-premis.
Informasi-informasi yang diperolh
seorang anak melalui panca indra pada periode pertama dari kehidupannya
merupakan materi yang membantunya nanti dalam cara berpikir. Allah sendiri
telah memberi dorongan kepada manusia untuk memikirkan alam semesta,
merenungkan keindahan ciptaan-Nya dan mengungkapkan hukum-hukum-Nya dialam
semesta.
Langkah-langkah Berfikir Dalam
Memecahkan Problem
a)
Kesadaran
Akan Adanya Problem
Pemikiran bermula
ketika seseorang merasakan adanya dorongan yang kuat untuk memecahkannya, agar
ia bisa sampai pada tujuan yang ingin dicapainya. Kesadaran akan adanya problem
ini merupakan langkah awal dari proses pemikiran.,
b)
Penghimpun
Data Mengenai Problem Yang Dihadapi
Ketika seseorang
merasakan adanya suatu problem, biasanya ia berusaha mengkaji problem itu dari
berbagai aspeknya, agar ia bisa memahami dengan baik, dan menghimpun berbagai
data dan informasi itu secara mendalam, guna mengetahui relevansi data dan
informasi tersebut dengan problem yang dihadapinya. Penghimpun data dan
informasi yang relevan dengan problem yang ada membantunya dalam memperjelas,
memahami dan membatasi problem itu dengan teliti, sehingga bisa mengantarkannya
umtuk menyusun hipotesa guna memecahkan problem tersebut.
c)
Penyusunan
Hipotesa
Sealama data dan
informasi sedang dihimpun, pada benak yang bersangjutan terbesit beberapa
kemungkinan jalan keluar hipotesa bagi problem tersebut atau beberapa hipotesa.
d)
Penilaian
Terhadap Hipotesa
Ketika seseorang sedang
memikirkan suatu problem, biasanya ia berusaha menguji dan mendiskusikan
hipotesa tersebut beradasrkan berbagai data dan informasi yang dimilikinya. Ini
untuk mengetahui sejauh mana kecocokan dan kelayakan hipotesa tersebut
berdasrkan berbagai data dan informasi yang dimilikinya . Proses ini terus
berlangsung hingga akhirnya ia sampai pada suatu hipotesa yang bisa diterima
dan cocok dengan berbagai data dan informasinya tentang problem yang
dihadapinyua dan cocok untuk memecahkan problem tersebut.
e)
Pengujian
Kebenaran Hipotesa
Setelah
hipotesa-hipotesa yang tidak layak dijaukan dan hipotesa yang layak didapatkan,
biasanya seorang akan mengumpulkan berbagai data yang lain, mengadakan
pengamatan baru, atau mengadakan berbagai percobaan guna mengetahui sejauh mana
kebenaran hipotesa tersebut.
v Kekeliruan-Kekeliruan Dalam
Berfikir
Berfikir mempunyai kemungkinan
untuk keliru. Sebab kadang-kadang berfikir menghadapi sebagian hambatan yang
membuatnya melenceng dari jalannya yang lurus dan menghalanginya untuk sampai
kepada realitas yang ingin dicapainya. Apabila pemikiran seseorang banyak
mengalami hambatan, ini akan mebuatnya
menadi statis dan tidak mampu menerima pendapat-pendapat dan pemikir baru. Dan apabila pemikiran seseorang menjadi macet
dan statis, maka ia aktor-faktor akan kehilangan karakteristik utama yang
membedakannya dengan hewan. Malah ia menjadi bagaikan hewan atau lebih sesat
lagi.
v Faktor-Faktor Yang Menghambat
Berfikir
Al-Qur’an juga
mengemukakan berbagai faktor penting yang menghambat pemikiran, yang membuatnya
statis dan menghalanginya dari membuat penilaian-penilian yang benar menganai
hal yang dihadpinya. Faktor-faktor
tersebut ialah.
1. berpegang
teguh pada pikiran-pikiran lama
2. Tidak
cukupnya data yang ada
3. Sikap
Memihak yang emosional dan apriori.
BAB
KELIMA: BELAJAR DALAM AL-QUR’AN
karunia
Allah manusia dibekali selain dengan karunia tanggapan pancaindra dan kemampuan
berpikir dengan kesiapan alamiah untuk belajar, memperoleh pngetahuan,
kemahiran dan ketrampilan teknik yang meningkatkan kemampuanya untuk menanggung
tanggunga jawab kehidupan dibumi dan memakmurkannya hingga ia mampu mencapai
kesempurnaan insani yang dikaruniakan Allah padanya.
Ø Berbagai Sumber Ilmu Pengetahuan
Manusia
memperoleh pengetahuan dari dua sumber utama: sumber ilahiah dan sumber
manusiawi. kedua jenis ilmu pengetahuan ini saling melengkapi dan keduanya,
pada dasarnya berasal dari Allah yang menciptakan manusia dan
membekalinyadengan berbagai alat dan sarana untuk bisa memahami dan memperoleh
ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang berasal dari sumber ilahi adalah jenis
ilmu pengetahuan yang datang langsung dari Allah, baik melalui wahyu, ilham,
ataupun mimpi (ru’ya) yang benar. Sedangkan sumber ilmu pengetahuan yang
berasal dari sumber manusiawi adalah jenis ilmu pengetahuan yang dipelajari
manusia dari berbagai pengalaman pribadinya dalam kehidupan, juga dari
upayahnya dalam menelaah, mengamati, dan memecakan berbagai problem yang
dihadapinya melalui cara “tri and error”
Ø Belajar Bahasa
Karunia
Allah yang terbesar pada manusia dan yang membedakannya dari hewan adalah
kemampuannya untuk mempelajari bahasa. Bahasa merupakan sarana utama manusia
dalam berpikir dan memperoleh ilmu pengetahuan. Bahasa, dalam kedudukanya
sebagai simbol konsep-konsep, telah memungkikan manusia untuk membahas semua
konsepsi dalam pemikiranya secara simbolis, dengan demikian membantu
merealisasikan kemajuan lur biasa dalam ilmu pengetahuan dan keahlian-keahlian.
Ø Adab Belajar Bahasa
Karena belajar
merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia yang memungkinkanya
untuk mencapai kemjuan yng terus menerus dalam belajar dan pemikirannya, maka
hal yang pertama-tma diajarkan Allah kepada Adam ialah nama-nama segala sesuatu.
Ø Belajar Berkehendak Memilih Dan
Membuat Keputusan
Dengan kehendaknya
Allah juga mengajari Adam as dan Hawa beberapa kebiasaan tingkah laku yang
berguna dalam kehidupan keduanya, dan sesuai dengan karakter diri mereka berdua
yang terdiri dari materi dan ruh yang selalu terlibat dalam konflik antara
beragai tuntunan tubuh dan ruh mereka.
Ø Metode Belajar Dalam Al-Qur’an
Kadang-kadang manusia
belajar melalui metode pengalaman praktis atau metode trial and error dari
banyak cara pemecahan yang berguna baginya dalam menghadapi masalah-masalah
dalam kehidupannya. selain itu juga ia belajar melalui metode berpikir dan
pembuktian intelektual.
a. Peniruan
b. Pengalaman
Praktis dan Trial and Error
c. Berpikir.
Ø Prinsip-Prinsip
Belajar Dalam Al-Qur’an
1. Dorongan
Dorongan sangat penting dalam
belajar. sebab, apabila dorongan yang gigih untuk memperoleh suatu tujuan
tertentu terpenuhi akan terpenuhi pulah kondisi-kondisi yang tepat dimana
seseorang bisa mengupayakan upaya yang diperlukanya untuk mempelajari
metode-metode yang tepat guna mengantarkannya pada tujuan itu. Berbagai kajian
eksperimental akhir-akhir ini, yang dilakukan pada hewan dan manusia
membuktikan pentingnya dorongan dalam membangkitkan keinginan untuk belajar.
Al-Qur’an dalam pendidikan spritualnya pada kaum muslimin, mempergunakan
berbagai metode guna membangkitkan dorongan untuk belajar. Al-Qur’an
mengggunakan janji dan ancaman dan kisah-kisah sebagaimana ia juga memanfaatkan
peristiwa-peristiwa kontemporer yang penting, yang membekas pada
dorongan-dorongan manusia, emosinya dan membuatnya siap untuk mengambil
pelajaran dari peristiwa-peristiwa itu.
a.
Pembangkitan dorongan dengan janji dan ancaman
Ketika seseorang mempunyai
dorongan yang kuat untuk mencapai tujuan, maka pencapaian tujuan yang memuaskan
dorongannya itu dipandang sebagai imbalan atau ganjaran yang menyebabkan
timbulnya rasa senang, gembira, atau puas. Sebaliknya, kegagalan untuk meraih
tujuan tersebut dipandang sebagai semacam azab yang menimbulkan baginya rasa
penderitaan, ketidak senangan, dan kesengsaraan. Oleh karena itu, secara
naluriah manusia cenderung mempelajari berbagai respon atau tindakan yang bisa
mengantarkannya pada kegagalan atau derita.
Dalam seruannya pada keimanan
terhadap aqidah, tauhid, Al-Qur’an telah menaruh perhatian dalam membangkitkan
berbagai dorongan pada diri manusia untuk memperoleh imbalan yang akan
dikaruniakan kepada orang-orang yang beriman dalam syurga, dan membuat mereka
takut akan siksa dan azab yang akan ditimpakan atas orang –orang kafir dineraka
jahanam. Dengan demikian kaum mukmin terpengaruh dengan dua dorongan yang kuat.
Pertama, dorongan yang membuat mereka
melaksanakan ibadah, kewajiban dan segala yang diperintahkan Allah dan
Rasul-Nya. Kedua, dorongan yang membuat mereka menghindari segala bentuk
dosa, maksiat, dan segala yang membangkitkan amarah Allah dan Rasul-Nya. Perasaan seseorang dengan kedua dorongan kuat
yang saling melengkapi dan sering dalam tujuannya ini akan membuatnya dalam
keadaan siap untuk patuh kepada Allah dan Rasul-Nya, dan segera melaksanakan
kewajiban dan tanggungjawab yang dibebankan kepadanya.
Oleh karena itu Al-Qur’an
tidak hanya mendasarkan diri pada rasa takut atau rasa harap saja. Tapi ia
mendasarkan diri pada paduan keduanya. rasa takut akan azab Allah dan rasa
harap akan rahmat dan Pahala-Nya.
b.
Pembangkitan dorongan dengan cerita
Cerita merupakan salah satu
sarana yang dipergunakan Al-Qur’an untuk membangkitkan dorongan untuk belajar.
Ini dikarenakan cerita membangkitkan rasa ingin tahu dan pemusatan perhatian
para pendengarnya untuk mengikuti berbagai peristiwa yang dituturkan
didalamnya. Melalui cerita-cerita Al-Qur’an berusaha menanamkan tujuan-tujuan
keagamaan yang berkenaan dengan aqidah, suri teladan, dan huku yang hendak
diajrkannya kepada manusia:
(Q.S. Yusuf, 12:111)
Diantara keindahan aristik
yang mewarnai kisah-kisah Al-Qur’an itu begitu mudah menanamkan tujuan-tujuan
keagamaan dalam jiwa dan begitu dalam pengaruhnya atas jiwa manusia.[1]
Perlu dikemukankan bahwa
sebagian kisah Al-Qur’an dimulai dengan menguraikan ikhtishar kisah tersebut.
Kemudian diuraikan dtil-detailnya sejak permulaan hingga akhir. Contohnya
adalah kisah Ashhabul Kahfi. pengemukakan ikhtisar kisah sebelum uraian tentang
detail-detailnya mempunyai fungsi untuk membangkikatkan rasa ingin tahu dan perhatian
pendengarnya untuk mengikuti detail-detailnya lebih lanjut.
Sementara kisah yang
lain dimulai dengan menyebutkan akhir
dan tujuan kisah tersebut dan setelah itu baru diuraikan detail-detainya.
Contohnya adalah kisah Musa as dalam surat al-Qashas. Mengemukakan akhir atau
tujuan kisah, terlebih dahulu, pun dimaksudkan untuk membangkitkan perasaan
ingin tahu dan perhatian pendengar untuk mengikuti kejadian-kejadian kisah,
tersebut, guna mengetahui bagaimana tujuan itu terealisasikan.
c.
Pemanfaatan peristiwa-peristiwa penting
Pada umumnya, manusia
terpengaruh oleh peristiwa-peristiwa penting yang meninpa mereka dan kerena
mereka siap untuk mengambil pelajaran yang terkandung dalam suatu peristiwa.
Al-Qur’an sendiri telah mempergunakan peristiwa-peristiwa penting yang dialami
kaum muslimin, untuk mengajari mereka sebagai suri teladan yang berguna dalam
kehidupan mereka. Jelas pada waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang
membangkitkan perasaan mereka, Kaum muslimin lebih siap dan sedia untuk
mengambil pelajaran dari padanya.
2. Pengulangan
Penyampaian pandangan dan
pikiran secara berulang-ulang kepada seseorang biasanya membuat mapan dan
terpacang kuatnya pendapat dan pikiran itu dalam benaknya. Kajian-kajian yang
dilakukan oleh para ahli ilmu jiwa modern membuktikan pentingya pengulangan
dalam proses belajar. Dalam Al-Qur’an kita dapatkan pengilangan
realitas-realitas yang berkenaan dengan aqidah dan masalah-masalah gaib, yang
oleh Al-Qur’an ingin dipancangkan kuat-kuat daklam benak manusia. Misanya saja
aqidah Tauhid bahwa Allah sajalah sumber semua keagamaan dan keimanan akan hari
kebangkitan, hari kiamat, hari hisab, pahala dan azab dalam kehidupan akhirat.
Banyak Al-Qur’an yang mengulang-ngulang konsepsi ini agar bisa terpancang kuat
dalam benak manusia.
3. Perhatian
Perhatian merupakan salah
satu faltor penting dalam belajar. Apabila seorang mahasiswa tidak menaruh
perhatian dalam suatu mata kuliah misalnya, maka sulit baginya untuk memahami
informasi-informasi yang disampaikan oleh mata kuliah tersebut. Oleh karena itu
para pendidik dan pengajar selalu berusaha untuk membangkitkan perhatian
murid-murid agar mereka bisa menyerap, memahami, dan memahami pelajaran yang
diberikan. Pntingnya perhatian dalam mnyerap informasi ditekankan Al-Qur’an
dalam firman-Nya
(Q.S. Qaf,50: 37)
Ayat diatas datang setelah
Ayat dimana Allah mengemukakan bahwa ia telah menghancurkan, sebelum kaum
quraisy, banyak kaum kafir yang lebih kuat dari kaum mereka. Dalam ayat ini
Allah mengisyaratkan bahwa hal itu merupakan peringatan bagi orang yang
mempunyai akal, atau dengan kata lain yang mendengar, memahami, dan menaruh
perhatian pada firman Allah itu.
4. Partisipasi Aktif
Dalam mempelajari
kalimat-kalimat yang bercorak gerakan, tidak boleh tidak seseorang harus
benar-benar berlatih dan mempraktikan keahlihan itu sehingga ia benar-benar
menguasainya. Praktik tidak hanya penting dalam keahlian yang bercorak gerakan
saja, tapi juga dalam ilmu-ilmu teoritis dan dalam mempelajari perilaku moral,
keutamaan, nilai-nilai, dan tata krama perilaku sosial. Sebab dengan melaksakan
apa yang dipelajari, ini akan mempercepat seseorang dalam mempelajari dan
menguasainya menurut kesimpulan suatu kajian eksperimental, orang-orang yang
membaca sendiri dan kalimat yang ada dihapanya lebih cepat dalam menghafalnya
ketimbang orang-orang lain yang hanya mendengarkan pelatih mendengarkan huruf
kalimat itu dan pada saat yang sama melihat huruf dan kalimat itu dilayar flm
yang ada didepan mereka.[2]Percobaan
ini membuktikan pentingnya partisipasi yang aktif dalam proses belajar.
Penetrapan prinsip
partisipasi aktif ini bisa ditemukan dalam Al-Qur’an. Ini tampak jelas dari
metode yang dipakai Al-Quran dalam
mengajarkan kaum muslimin kualitas-kualitas kejiwaan yang terpuji dan moral
serta kebiasaan tingkah laku yang luhur, lewat latihan dan praktik berbagai
ibadah yang diwajibkan atas mereka. Whudu dan shalat pada sat-saat tertentu
setiap harinya mengajarkan kaum muslimin, kebersihan, ketaatan, kesabaran, dan
ketangguhan
Disamping mendidik kaum
muslimin dengan keimanan dan aqidah agama, Al-Qur’an sangat menaruh perhatian
untuk mengalihkan perhatian mereka mengarahkan mereka pada amalan yang shaleh.
Sebab, kebenaran yang benar tidak boleh tidak harus terungkap dalam tingkah
laku dan tindakan.
5. Distribusi Belajar
Para ahli jiwa modern
membuktikan bahwa istribusi belajar atau latihan, dengan periode yang
bertenggang dan diselingi dengan istirahat, menopang cepatnya belajar dan
mengekuhkan hasil belajar dalam ingatan. Dan belajar yang dilakukan dengan
menggunakan metode distribusi lebih efektif dari pada belajar dengan
menggunakan metode pemusatan, yaitu belajar yang berlangsung pada suatu periode
yang terus-menerus tanpa diselingi istirahat.
Prinsip ini sendiri telah
diterapkan dalam Al-Qur’an, Sebab ia diturunkan dalam periode yang bertenggang
dan dalam masa yang cukup lama, yaitu sekitar dua puluh tiga tahun. Ini
dimangsud agar manusia dapat mempelajarinya dengan tenang agar dan mampu
menyerap pengertian-pengertian yang terkandung dalamnya. Dengan demikian isinya
bisa dikuasai,dipelajari, dipahami, dan
dihafal dengan cara teliti dan mendalam.
(QS.Al-Isra,17: 106)
6. Bertahap Dalam Mengubah Tingkahlaku Buruk
Melepaskan diri dari
kebiasaan-kebiasaan yang sudah mendarah daging merupakan hal yang sulit bagi
kebanyakan orang. Sebab ini membutuhkan kemauan yang kuat usaha yang besar ,
dan latihan yang lama. Padahal ini merupakan hal yang tidak tertangguhkan oleh
kebanyakan orang oleh karena itu cara terbaik untuk melepaskan diri dari
kebiasaan-kebiasaan buruk yang dominan ialah secara bertahap.
Cara kedua yang digunakan
Al-Qur’an dalam dalam menyembuhkan kaum muslimin dari kebiasaan-kebiasaan buruk
yang telah mendarah daging dalam diri mereka ialah dengan menyiapkan jiwa
mereka untuk melepaskan diri dari kebiasaan-kebiasaan itu. Ini Dilakukan dengan
membentuk secara bertahap kebiasaan yang bertentangan dengan kebiasaan yang
diminta untuk melepaskan diri darinya. Cara ini telah dipakai Al-Qur’an dalam
menyembuhkan problem minum qhamar.
Sebagian ahli psiko-terapi, baru-baru ini
berhasil menemukan suatu metode dalam psiko-terapi yang didasarkan pada
kajian-kajian B.F. Skinner. Metode itu sangat micip dengan cara yang
dipergunakan Al-Qur’an dalam menyembuhkan kecanduan minum khamar dan riba.
Dalam psiko-terapi, metode ini dikenal dengan “Pembentukan”.
BAB KEENAM: ILMU LADUNI DALAM
AL-QUR’AN
v Ilham Dan Ru’ya
Kemampuan
akal budi manusia untuk mengetahuirealitas dan memperoleh ilmu pengetahuan
adalah terbatas. Ia tidak mampu menguasai seluruh realitas alam semesta. Pun,
dengan uayanya sendiri, ia tidak mampu mengetahui hal-hal yang gaib
Oleh
karena itu manusia dari waktu-kewaktu membutuhjan petunjuk dan pengarahan dari
Allah tentang apa yang baik dan bermanfaat bagi dirinya, baik melalui para Nabi
dan Rasul ataupun melalui ilham dan mimpi (ru’ya). Fungsi para nabi dan rasul
yang diutus Allah dalam berbagai sejarah adalah untuk memberi petunjuk kepada
manusia dan mengajari mereka ajaran-ajaran agama-agama dan apa yang
mendatangkan kebaikan bagi mereka.
(Q.S.Al-Baqarah,2:213)
Ilmu
Laduni bukan saja ilmu pengetahuan yang hanya diperoleh oleh para Nabi dan
Rasul lewat ilham dan mimpi. Ia pun mungkin diperoleh oleh orang lain yang
bukan nabi dan rasul, apabila ia memenuhi syarat=syarat tertentu, seperti orang
yang shaleh bertakwa, mempunyai Kalbu yang bening, dan mempunyai wawasan
spritual.
Ilham
adalah sejenis ilmu yang dikaruniakan Allah kepada sesorang dan dipaterikan
kepada kalbunya, sehingga tersikap olehnya sebagian rahasia dan tampak jelas
baginya sebagian realitas. Dalam Al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang
mengisyaratkan tentang ilmu laduni yang dikaruniakan Allah kepada para nabi dan
rasul-Nya.
Contoh
jelas dalam Al-qur’an tentang ilmu laduni ialah kisah yang terdapat dalam surat
al-Kahfi, tentang seorang hamba yang shaleh dimana Musa as diminta untuk
menemaninya dan belajar darinya.
(Q.S.
Al-Kahfi,18: 65-66)
Meskipun
Mua adalah seorang nabi dan rasul, namun ia tidak tahu tentang ilmu laduni yang
dikaruniakan Allah pada seorang hamba yang shaleh sehingga ia bisa mengetahui
berbagai rahasia yang tidak diketahui Musa as. Hamba itu tahu dari Allah bahwa
ada seorang raja yang suka memburu dan merampas kapal. Oleh karena itu iapun
menenggelamkan kapal yang dimiliki sebagian orang miskin, agar kapal itu agak
rusak dan tidak dirampas oleh raja yang jalim itu. Ia pun tahu bahwa anak yang
dibunuhnya akan merepotkan kedua orang tuanya yang shaleh. Maka Allah pun
mengganti dengan seorang anak yang lebih baik dari anak yang dibunuh itu. Iapun
tahu bahwa diawah dinding yang hampir roboh tersebut terdapat harta karun bagi
dua orang anak yang kedua orang tuanya adalah hamba-hamba Allah yang shaleh.
Maka dinding itu tegakan kembali agar terjaga, sehingga kedua anak itu menjadi
dewasa dan bisa mengmbil harta karun itu, Kemudian hamba yang shaleh itu
mengatakan kepada Musa bukan karena kehendaknya sendiri, tapi atas perintah
Allah.
Dalam
Al-Qur’an banyak ayat yang mengemukakan bahwa ilham Allah bisa diterima oleh
orang yang bukan Nabi dan rasul, Tapi atas perintah Allah.
(Q.S,
Tha Ha,20: 38-39)
Para
ahli ilmu jiwa modern belum menaruh perhatlham ilahi. in untuk mengadakan
pengkjian terhadap ilham ilahi. Namun dalam kajian mereka tentang pemikiran
kreatif, mereka mempergunakan istilah ilham atau iluminasi guna menguraikan
tentang timbulnya pikiran-pikiran yang kreatif yang tampak seakan ia timbul
tiba-tiba pada sebagian pemikir sewaktu mereka sedang memikirkan sesuatu
problem yang mereka hadapi.
v Mimpi Dan Ru’ya
Mimpi
merupakan fenomena kejiwaan yang biasa terjadi pada diri manusia. Para ilmuan
dan pemikir, dari berbagai kurun sejarah telah berusaha menginterpretasikan dan
mengetahui penyebabnya mereka juga membuat berbagai interprestasi.
Kajian
para ahli ilmu jiwa modern tentang mimpi terbatas pada jenis-jenis mimpi yang
elah dikemukakan di atas. khususnya mimpi yang mengekspresikan
dorongan-dorongan tidak sadar kita, seiring dengan teori Fred tentang mimpi.
sementara para ahli ilmu jiwa modern tidak mengkaji mimpi prediktif atau mimpi yang
benar yang menyingkapkan tentang hal-hal yang akan terjadi pada masa depan,
meski mimpi pada jenis ini kadang terjadi pada sebagian orang .
BAB KETUJUH: INGAT DAN
LUPA DALAM AL-QUR’AN
Ø Ingat
Ingat sangat penting bagi kehidupan manusia,
sebab keingatan kita atas apa yang telah kia pelajari informasi dan pengalama
kita sebelumnya memungkinkan kita untuk memecahkan problem.
Disamping
ingatan mempunyai fungsi yang penting dalam kehidupan ilmiah dan praktis
manusia, ingat juga dianggap penting dalam segi agama, sebab manusia yang
selalu ingat akan Allah, akan karunia dan nikmat-Nya, akan akhirat, hari
perhitungan, imbalan dan azab yang akan menantinya, akan selalu bertakwa beamal
shaleh dan berhias dengan akhlak yang luhur.
Dalam
Al-Qur’an terdapat banyak ayat yang mengemukakan bahwa Allah telah mengutus
Rasulullah saw dan menurunkan Al-Qur’an kepada-Nya untk mengingatkan manusia
akan akidah tauhid, hari kebangkitan,
hari perhitungan di akhirat, dan
ajaran-ajaran para nabi sebelumnya yang telah mereka lupakan.
(Q.S.
Al-Ghasyiyah,88:21)
Ø Lupa
Diantara problem yang
dihadapi manusia adalah seringnya lupa. Hal ini biasanya menimbulkan hal yang
buruk baginya dan seringkali menghalanginya dalam mempersiapkan diri guna
menghadapi problem-problem kehidupan. Lupa banyak dikemukakan oleh ayat-ayat
Al-Qur’an apabila ayat-ayat tersebut ditelaah dan dikaji pengertian yang
terkandung didalamnya, maka akan tampak bagi kita bahwa lupa yang terdapat
dalam ayat-ayat itu mempunyai berbagai pengertian yang bisa diikhtisarkan
sebagai beriut:
a)
Lupa yang terjadi pada benak
mengenai beberapa peristiwa, nama seseorang, dan informasi yang diperoleh
seseorang sebelumnya.ini merupakan lupa normal yang menimpa seseorang akibat
bertimbun dan berjalinya informasi-informasi yang ada. Jenis lupa ini telah
dikaji oleh ahli ilmu jiwa dengan secara mendalam dan menurut mereka lupa ini
terjadi akibat interferensi informasi. Dalam Al-Qur’an lupa ini disyaratkan
dalam firman Allah
(Q.S.
Al-A’la,87:6)
b)
Lupa yang mengandung makna lalai.
Misalnya seseorang meninggalkan sesuatu di suatu tempat. atau ia hendak
berbincang-bincang dengan seseorag tentang berbagai hal, namun ia hanya ingat
sebagianya dan lupa sebagian lainnya, dan baru ingat kemudiannya. Sebagaimana
Allah swt berfirman:
(Q.S.
Al-Kahfi,18:68)
Ø Lupa Dna Syetan
Menurut sebagian Al-Qur’an
syetan melihat bakat manusia untuk lupa sebagai jalan untuk mempengaruhinya.
Bakat inilah yang kadang-kadang membuat manusia lupa akan hal-hal penting yang
bermanfaat bagi dirinya. Ia pun kadang-kadang membuatnya lalai akan allah dan
mengabaikan perintah-perinth-NYA. sebagaimana firman Allah.
(Q.S. Al-An’am,6:68)
Cara syetan menggoda
manusia dan mendorongnya lupa akan, Allah, dan akan kebaikan dan kemanfaatan
bagi dirinyapada umumnya, adalah dengan mempengaruhi dorongan dan hawa nafsu.
ini memang merupakan titik kelemahan manusia.
Ø Terapi Lupa Dalam Al-Qur’an
Terapi lupa yang timbul
akan kelelahan akan Allah adalah dengan ingat terus-menerus akan Dia, nikmat
dan karunia-Nya tand-tanda kekuasaan-Nya pada ciptaan-ciptaan-Nya, akhirat dan
hari perhitungan. Al-Qur’an sendiri telah mengemukakan pentingnya ingat kepada
Allah sebagai terapi bagi jenis lupa ini. ini tampak jelas dari firman-Nya.
(Q.S. Ali
Imran,3:190-191)
Oleh
karena itu ingat Allah merupakan terapi bagi lupa lalainya hati, maka Allah
memerintahkan kepada kita untuk banyak mengingat-Nya, baik siang maupun malam,
pagi maupun sore.Terapi kelupaan manusia akan Allah dan kelliannya akan
akhirat, dengan demikin, adalah dengan cara ingat akan Allah secara
terus-menerus. Sehingga Allah hadir dalam diriny secara terus menerus,
sekejappun tidak pernah hilang.ini mengingatkan kita pada salah satu prinsip
belajar secara terus menerus sekejappun tidak pernah hilang.
Karena
Al-Qur’ana dalah kitab aqidah, dan bukunya adalah buku tentang ilmu pengetahuan,
maka wajarlah bila ia menaruh perhatian terhadap problem kelupaan dan kelalaian
manusia akan Allah dan akhiratnya, dan terapinya.
BAB KEDELAPAN: SISTEM SYARAF DAN
OTAK DALAM AL-QUR’AN
Berbagai
kajian anatomis dan fisiologis moderen telah berhasil menentukan bagian-bagian
tertentu dalam otak yang melakukan fungsi-fungsi psikologis tertentu. diantara
bagianbagian terpentinga dalam otak ialah kawasan motoris yang mengendalikan
gerakan seluruh bagian tubuh, kawasan sensoris yang merupakan pusat berbagai
indra peraba dan perasaan adanya berbagai perubahan dalam peringkat panas tubuh serta rasa setiap
(setiap bagian tubuh terwakili dalam kawasan motoris an kawasan sensoris.
Selain
itu ia juga ikut terlibat dalam kegiatan yang dikendalikan otak dan dipandang
sebagai pusat-pusat pengendalian intelektual tinggi seperti, belajar, berpikir,
berbicara, menulis an membaca. Otak
manusia mengendalikan dan menguasai seluruh kegiatan yang dilakukan manusia.
Lapisan
otak terdiri dari milyaran sel-sel syaraf yang terdapat dalam suatu tempat yang
relatif sempit dalam tengkorak kepala. Oleh karena itu, lapisan otak terdiri
dari banyak lipatan yang naik turun. Sebenarnya permukaan lapisan otak luas
sekali. Sehingga andaikata ia dihamparkan maka luasnya ada sekitar enam belas
kaki persegi. Luas lapisan otak yang besar ini, dan yang terdiri dari milyaran
sel-sel syaraf, memungkinkannya untuk mencatat semua pengalaman dan kegiatan
yang dilakukan manusia. Dalam kenyataannya, lapisan otak manusia merupakan
salah satu sarana pencatatan yang dikehendaki Allah untuk mencatat segala
tindakan manusia, Sehingga ia tidak mempunyai alasan untuk mengingkarinya
nanti.:
(Q.S.
Al-Isra,17: 3-4)
Pencatatan
tindakan-tindakan manusia dalam sel-sel otaknya tidak menghalangi adanya
pencatat lain yang menyeluruh atas tindakan semua manusia, yaitu sebuah buku,
sebagaimana yang telah dikemukakan oleh sebagian ayat Al-Qur’an:
(Q.S,
Az –Zumar, 39: 69)
BAB KESEMBILAN: KEPRIBADIAN DALAM
AL-QUR’AN
Dalam
membicarakan kepribadian, banyak orang yang menganggapnya sebagai pengaruh yang
ditimbulkan seseorang atas diri orang lain, atau sebagian kesan utama yang
ditinggalkan seseorang pada orang lain. Misalnya mereka mengatakan tentang seseorang
sebagai proses-proses kejiwaan tetap yang mengatur pengalaman-pengalaman
seseorang dan membentuk
Penciptaan Manusia
Dalam
AL-qur’an diuraikan bagaimana Allah telah menciptakan manusia dari materi dan
roh. Setelah turab melewati beberapa fase penciptaan: Dari turab menjadi tanah,
kemudian menadi lumpur hitam yang diberi bentuk dan kemudian menjadi tanak
kering seperti tembikar., Allah kemudian menuiupkan roh kepadanya sehingga
terciptanya Adam As.
Q.S.,
Shad, 38: 71-72)
Q.S. Al-Hijr,15: 28-29)
Kata
roh dalam Al-Qur’an mempunyai bergai arti roh yang terdapat dalam ayat-ayat
al-Qur’an yang menguaikan tentang penciptaan Adam As ialah “roh ciptaan Allah,
yang membuat manusia siap untuk mempunyai sifat-sifat yang luhur dan mengikuti
kebenaran.ia adalah unsutinggi yang didalamnya mengandung kesiapan manusia
untuk merealisasikan hal-hal yang paling luhur dan sifat-sifat yang paling
suci.
Dengan
penciptaan seperti ini manusia dibedakan dari seluruh makhluk lainnya.
Konfli Psikis
Dalam
kepribadian manusia terkandung sifat hewani yang tercermin dalam berbagai
kebutuhan fisik yang harus dipenuhinya demi kelangsungan hidup dirinya. Selain
itu, dalam kepribadiannya juga terkandung sifat malaikat, yang tercipta dalam
spritualnya untuk mengenal Allah, beriman kepadanya, meneyembahnya dan memuji
kepadanya.
Keseimbangan Dalam Kepribadian
Dimuka
telah dikemukakan bahwa penyelesaian yang paling ideal dari konflik antara
aspek-aspek fisik dan spritual dalam diri manusia adalah dengan mengkompromikn
antara keduanya. ini dilakukan dengan berbagai kebutuhan fisik dalam
batas-batas yang diperkenankan oleh Allah dan pada saat yang sama dengan
memenuhi berbagai kebutuhan spritualnya. Pengkompromian antara
kebutuhan-kebutuhan tubuh dan kebutuhan jiwa ini merupakan hal yang mungkim
apabila seseorang , dalam kehidupannya konsisten dengan sikap tengah-tengah dan
moderat dan mengindari diri dari berlebih-lebihan dan keterlaluan dalam memenuhi baik dorongan-dorongan
fisiknya maupun dorongan-dorongan spritualnya.
Kepribadian Yang Serasi
Kepribadian
yang serasi dalam islam ialah
kepribadian dimana terdapat keseimbangan
antara tubuh dan jiwa dan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan keduanya. Dengan
demiian kepribadian yang sserasi ialah kepribadian yang memperhitungkan tubuh,
kesehatannya kekuatannya, dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dalam batas-batas
yang dipekenankan agama, dan pada saat yang sama berpegang teguh pada keimanan
kepada Allah, melaksanakan berbagai ibadah, melakukan segala hal yang diridhai
Allah dan menghindari segala hal yang membangkitkan amarah-Nya. Jadi, seseorang
yang selalu mengikuti hawa nafsunya bukanlah pribadi yang serasi.
Pola-pola Kepribadian Dalam
Al-Qur’an
Dalam
berbgai kurun sejarah para pemikr, seperti halnya para ahli ilmu jiwa modern,
telah berusaha mengkaji berbagai segi keserupaan dan perbedaan antara berbagai
kepribadian manusia.
Klasifikasi
manusia dalam berbagai pola kepribadian dimana pada masing-masing pola dimsukan
kedalamnya dimana pribadi-pribadi yang serupa dalam sifat-sfat mereka, dalam membantu menjelaskan tentang manusia
dan menginterprestasikan tingkahlaku mereka.
Dalam
Al-Qur’an kita temukan klasifikasi manusia, berdasarkan aqidahnya, dalam tiga
pla, yaitu: orang-orang yang beriman, orang-orang kafir dan orang-orang
munafik.
Masing-masing
dari ketiga pola ikepribadian ni diuraikan Al-Qur’an dengan sifat-sifat terpenting
yang menjadi ciri masing-masing dan yang membedakan antara satu dengan yang
lain.
Orang-orang Beriman
Sifat-sifat
orang-orang beriman dapat diklasifikasikan dalam sembilan bidang perilaku yang
pokok yaitu:
1.
Sifat-sifat yang berkenaan dengan aqidah.
2.
Sifat-sifat yang berkenaan dengan
ibadah.
3.
Sifat-sifat yang berkenaan dengan
hubungan sosial.
4.
Sifat-sifat yang berkenaan
denganhubungan kekeluargaan.
5.
Sifat-sifat moral.
6.
Sifat-sifat emosional dan sensual.
7.
Sifat-sifat intelektual dan kognitif.
8.
Sifat-sifat yang berkenaan dengan
kehidupan praktis dan profesional.
9.
Sifat-sifat fisik.
Orang-orag
Kafir
Sifat-sifat orang kafir dapat
diklasifikasikan menjadi berikut:
1.
Tidak beriman kepada tauhid, para Rasul,
hari kemudian dan hari kebangkitan dan perhitungan
2.
Menyembah selain Allah yang tidak
mendatangkan manfaat, dan mudharat bagi mereka.
3.
Zhalim, suka memusuhi orang-orang
beriman dalam tindakan-tindakan mereka, suka menghina orang-orang yang beriman,
senang mengajak pada kemungkaran, dan melarang orang berbuat kebajikan.
4.
Senang memutus silahturahim.
5.
Mengingkari janji, berlaku serong, suka
menuruti hawa nafsu, sombong dan takabur.
6.
Benci dan dengki tehadap orang-orang
yang beriman dan de gki terhadap karunia Allah yang diberikan Allah kepada
orang-orang yang beriman.
7.
Pikiran yang statis, tidak mampu
memahami dan berfikir, kalbu tertutup, pengekorang buta terhadap kepercayaan
dan tradisi nenek moyang, suka memperdayakan.
Orang-orang
Munafik
Sifat-sifat mereka yang terdapat dalam
Al-Qur’an dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
1.
Mereka tidak mempunyai sikap yang tegas
terhadap aqidah tauhid.
2.
Mereka melaksanaka ibadah hanya karena
riya saja, bukan karena penerimaan penuh akan kewajiban tersebut.
3.
Mereka menyuruh pada kemungkaran dan
mencegah kebajikan.
4.
Kurang percaya pada diri sendiri, suka
mengingkari janji, tindakannya didasarkan pada pamrih, penakut, pembohong,
kikir, dan suka menurti hawa nafsu.
5.
Takut, baik terhadap orang-orang yang
beriman maupun orang-orang musryik.
BAB
KESEPULUH: PSIKO - TERAPI
DALAM AL-QUR’AN
Pada
dasrnya Al-Qur’an diturunkan untuk menjadi petunjuk bagi umat manusia menyeru
mereka kepada aqidah tauhid, dan mengajari mereka berbagai nilai dan metode
pemikiran dan kehidupan yang baru. Iapun memberi petunjuk kepada mereka akan
tingkah laku yang lurus dan benar, demi kepentingan dan kebaikan mereka pada
jalan yang benar dalam mendidik dan membina diri secara benar, sehingga bisa
mencapai kesempurnaan manusiawi yang merealisasikan kebahagiaan hidup didunia
dan diakhirat.
(Q.S.,
Al-Isra,17:9)
Al-Qur’an
sendiri pada awal perkembangan Islam, demikia besar pengaruhnya atas jiwa
bangsa Arab. Ia berhasil sepenuhnya dalam mengubah kepribadian mereka. ia juga
berhasil mengubah moral, tingkahlaku dan sistem kehidupan mereka.
Tidak
ragu lagi bahwa dalam l-Qur’an terdapat kekuatan spritual yang luar biasa dan
mempunyai pengaruh mendalam atas diri manusia. Ia membangkitkan pikiran,
menggelorakan perasaan, menggugah kesadaran dan menajamkan, wawasan. Dan
manusia yang berada dibawah pengaruh Al-Qur’an ini seakan menjadi manusia baru
yang diciptakan kembali.
Meskipun
masyarakat-masyarakat modern telah melakukan berbagai upaya dalam bidang
pendidikan dan pengajaran , untuk mengarahkan dan mendidik generasi muda agar
menjadi warga negara yang baik, namun upaya tersebut tidak membuahkan hasil
yang diharapkan. Berbagai kriminalitas dan penyelewengan yang terseber luas
disemua masyarakat merupakan bukti yang jelas tentang kegagalan sistem-sistem
pendidikan modern dan ketidakmampuanya untuk membentuk para warga negara yang
baik. Akhir-akhir ini banyak upaya dicurahkan dilapangan psiko-terapi atas
individu-individu yang menderia berbagai goncangan kepribadian dan penyakit
jiwa. Di lapangan ini sendiri muncul berbagai metode Psiko-terapi. Namun
semuanya tidak mencapai keberhasilan
yang diharapkan dalam menyembuhkan atau menjaga diri dari berbagai penyakit
jiwa.
Demikianlah,
baru-baru ini, timbul berbagai aliran dikalangan para ahli ilmu jiwa yang
menyatakan tentang pentingya agama dalam terapi penyakit jiwa.yang menyatakan
bahwa pentingnya agama dalam kesehatan jiwa.
Keimanan dan Perasaan Aman
Semua
aliran dalam psikoterapi sependapat bahwa keresahan merupakan penyebab utama
timbulnya berbagai penyakit jiwa.
Metode Al-Qur’an Dalam Psiko-Terapi
Untuk
bisa merubah dan merombak kepribadian dan tngkah laku seseorang, tidak boleh tidak harus diadakan perubahan
atau perombakan dalam pikiran atau kecenderunganya. Sebab tingkah laku manusia
sangat berpengaruh terhadap tingkah laku dan kecenderunganya.
Keimanan Kepada Aqidah Tauhid
Hal
pertama-tama yang dibuat Al-Qur’an dalam jiwa bangsa arab ialah aqidah. Oleh
karena itu ayat-ayat Al-Qur’an diturunkan di Makkah pada fase pertama seruan
islam pada dasarnya bertujuan untuk mengukuhkan aqidah tauhid.
Ketakwaan
Keimanan
kepada Allah diberangi dan diikuti oleh ketakwaan kepada-Nya. Takwa berarti
menjaga diri dari amarah dan azab Allah, dengan menjauhi tindakan maksiat
dengan melaksakan tata atran yang telah digariskan, Al-Qur’an dan dijelaskan
oleh Rasulullah Saw.
Berbagai Ibadah
Perubahan
pikiran langkah utama guna mengubah kepribadian dan tingkah laku manusia. Namun
untuk mempelajari tingkah laku barupun diperlukan praktek dalam waktu yang
lama. Atau dengan kata lain perlu latihan, sehingga tingkah laku itu menjadi
mapan.
Dalam
mendidik kepribadian manusia dan mengubah tingkah laku mereka Al-Qur’an memakai
metode penetrapan dan pempraktekan pikiran, kebiasaan, dan tingkah laku bau
yang hendak ditanaman dalam diri mereka. Oleh karena itu Allah mewajibkan
berbagai ibadah: shalat, puasa, zakat dan haji.
Shalat
Terminologi
shalat mengisyaratkan bahwa didalamnya terkandung adanya hubungan mausia dengan
Tuhannya. Dalam shaat manusia manusia berdiri dengan khusu dan tunduk kepada
Allah, pencipta-Nya dan pencipta seluruh alam semesta.
Keadaan
yang tentram dan jiwa yang dihasilkan oleh shalat mempunyai dampak teraupetik
yang penting dalam meredakan ketegangan syaraf yang timbul akibat berbagai
tekanan kehidupan sehari-hari dan menerunkan kegelisahan yang diderita oleh sebagian orang.
Kedaan
tenang atau santai, merupakan sarana yang diperguakan olehsebagian ahli
psiko-terapi modern dalam menyembuhkan berbagai penyekit jiwa. Keadaan tenang
bisanya bisa dipelajari dengan latihan. Keadaan tenang dan jiwa damai yang
ditimbulkan shalat juga membantu melepaskan diri dari kegelisahan yang
dikeluhkan oleh para pasien jiwa.
Puasa
Puasa
mempunyai banyak manfaat kejiwaan. Sebab puasa merupakan pendidikan dan
pelurusan jiwa dan penyembahan bagi penyakit jiwa dan tubuh. Ini karena pencegahan
dari makanan dan minum , sejak dari sebelum fajar hingga terbenamnya matahari
pada semua hari bulan Rhamadan, merupakan latihan bagi manusia dalam melawan
dan menunduk hawa nafsunya. Dengan ini akan tertanam semangat ketakwaan pada
dirinya.
(Q.S.
Al-Baqarah,2:183)
Dengan
kata lain agar manusia terhindar dari maksiat sebab, puasa bisa menundukan hawa
nafsu yang mendorong indakan maksiat.
Puasa
juga merupakn latihan bagi manusia untuk bersabar dalam menahan lapar, haus,
dan mencegah hawa nafsu. Selanjutnya kesabaran yang dipelajari dari puasa akan
diterapkannya dalam seluruh aspek kehidupannya. Maka iapun belajar bersabar
dalam menanggung upaya untuk mendapatkan rezki, tidak enakya jatuh sakit, dan
berbagai kelezatan dan kenikmatan kehidupan.
Diantara
manfaat psikis lain dari puasa ialah ia membuat manusia merasa kecukupan
meskipun ia sedang kelaparan. Dalam dirinya iapun memiliki perasaan belas kasihan
terhadap orang-orang miskin, sehingga ini akan mendorongnya untuk berbuat baik
kepada mereka. Disamping manfaat-manfaat psikis di atas, puasa juga mempunyai
manfaat-manfaat medis dan terapeutik dari berbagai penyakit fisik. Sebagaimana
diketahui, kesehatan fisik manusia besar pengaruhya terhadap kesehatan jiwanya.
Zakat
Kewajiban
zakat, yang diwajibkan atas kaum muslimin dengan mengeluarkan sejumlah tertentu
dari hartanya setiap taunnya untuk dinafkakan bagi kaum miskin, tidak lain
merupakan latihan bagi seorang muslim untuk membalas kasih bagi orang-orang dan
mengulurkan tangan dan bantuan kepada mereka guna memenuhi kebutuhan mereka.
Al-Qur’an
sendiri telah menyatakan bahwa shadaqah, baik berupa zakat yang wajib atau yang
sunnahkan, membersihkan dan menyucikan diri manusia. (Q.S. At-Taubah,9: 103)
Haji
Haji
juga mempunyai berbagai manfaat psikis yang besar artinya. Sebab kunjungan
seorang muslim ke Masjidilharam di Makkah al Mukharamah, Masjid Rasulullah Saw
di madinah al Munawarah tempat-tempat turunya wahyu, dan berbagai empat
pertempuran islam, akan membekalinya dengan suatu tenaga Rohaniah besar yang
menyinarkan dari dirinya segala keruwetan dan problem kehidupan dan memberinya
perasaan damai, tentram dan bahagia.
Disamping
itu haji juga merupakan latihan bagi manusia untuk mampu menahan derita dan
kesulitan dan meredah diri.
Lebih
jauh lagi haji juga merupakan latihan bagi manusia untuk bisa mengendalikan dan
menguasai nafsu dan dorongannya sebagaimana yang terkandung dalam Qur’an surat
al-baqarah ayat 197.
Atas
dasar ini, haji merupakan pendidikan diri, dimana manusia meluruskan dirinya,
melawan berbagai nafsu dan dorongannya melatih dirinya dalam melawan kesulitan,
dan berbuat kebajikan kepada orang lain dan mencitai mereka.
Kesabaran
Al-Qur’an
juga menyuruh orang-orang yang beriman untuk berhiasan dengan kesabaran. Ini
karena ia mempunyai berbagai manfaat yang besar dan mendidik diri, memperkuat
kepribadian meningkatkan kemampuan mansuia dalam menanggung kesulitan,
memperbaharui tenaganya dalam menghadapi berbagai problem dan beban kehidupan
serta bencana dan cobaan masa, dan membangkitkan kemampuannya dalam melanjutkan
perjuangan demi menegakan kalimah Allah. (Q.S. AL-Baqarah: 153), (Q.S Al-Imran:
200)
Seorang
mukmin yang sabar tidaklah menjadi terlalu sedih sewaktu ia tertimpa cobaan.
Iapun tidak menjadi lemah atau ambruk ketika te
Review
Buku Yang Berjudul Al-Qur’an Dan Ilmu Jiwa Oleh: Dr. M. ‘Utsman Najati Bandung:
Penerbit Pustaka, 1425H-2004 M. Guna Untuk Memenuhi Tugas Akhir, Mata Kuliah:
Psikologi Pendidikan, Dosen Pengampu:
Dra. Nadlifah H.
OLEH : FATM SAMAL
Al-Qur’an
adalah sebuah kitab suci dan petunjuk yang diturunkan oleh Allah Swt kepada
Nabi Muhammad saw bagi seluruh manusia. Al-Qur’an berbicara kepada rasio dan kesadaran (Consience) manusia. Al-Qur’an juga mengajarkan kepada manusia
aqidah tauhid serta membersihkan diri manusia dengan berbagai praktek ibadah,
dan menunjukan kepadanya dimana letak kebaikan
dalam kehidupan pribadi dan kemasyarakatan. Selanjutnya Al-Qur’an juga
menunjukan kepada manusia jalan terbaik guna merealisasikan dirinya, mengembangkan
kepribadiannya, dan mengantarkannya pada jenjang-jenjang kesempurnaan insani
sehingga manusia bisa merealisasikan kebahagiaan bagi dirinya, baik di dunia
maupun di akhirat.
(
Q.S. Al-Jatsiyah,45: 20 ), (Q.S. An-Nahal,10: 89)
Al-Qur’an
juga mendorong manusia untuk berjalan diatas bumi, mengamati makhluk-makhluk
yang ada di alam semesta, dan mengkaji serta memikirkan ciptaan Allah yang ada
dilangit dan bumi sehingga keindahan pencipta dan keindahan makhluk dapat
mereka jadikan sebagai bukti adanya Dzat pencipta yang maha suci dan maha
tinggi.
(Q.S.
Al-Ankabut, 29: 20)
Banyak
diantara ayat-ayat Al-Qur’an yang berbicara mengenai tabiat manusia, dan
berbagai kondisi psikis kemudian menjelaskan berbagai penyebab penyimpangan
serta penyakit jiwa. Selain itu Al-Qur’an juga mengemukakan berbagai jalan
penelusuran, pendidikan, dan terapinya. Ayat-ayat Al-Qur’an tentang jiwa ini
merupakan pedoman bagi manusia dalam memahami berbagai karakteristik jiwanya,
dan mengarahkannya pada jalan yang benar dalam mendidik dan mengembangkannya.
Para
ahli ilmu jiwa modern, yang memaknai metode penelitian ilmu-ilmu fisika, telah
membatasi diri mereka dengan mengkaji gejala-gejala kejiwaan yang bisa diamati
dan dikaji secara obyektif. Mereka berusaha menghindar dari penelitian terhadap
banyak gejala-gejala kejiwaan penting yang sulit untuk diamati atau dikaji
secara eksperimental. Dengan demikian, mereka telah memenuhi jiwa itu sendiri
dari kajian-kajian mereka, sebab jiwa merupakan hal yang tidak mungkin bisa diamati.
Merekapun membatasi kajian-kajian mereka pada tingkah laku yang bisa diamati
dan diukur saja. Adapun sebagian dari mereka yang menyerukan agar istilah “Ilmu
Jiwa” diganti dengan “Ilmu Tingkah Laku”. Sebab ilmu jiwa modern mempelajari
tingkah laku dan tidak mempelajari jiwa.
Selanjutnya
Dalam buku ini, penulis akan mereview pada setiap bab yang terdiri dari sepuluh
bab diantaraya yaitu:
BAB
PERTAMA: DORONGAN-DORONGAN TINGKAH LAKU DALAM AL-QUR’AN
Dorongan
adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan kegiatan dalam diri makhluk hidup
dan memotori tingkah laku serta pada suatu tujuan atau berbagai tujuan. Dorongan- dorongan melakukan berbagai fungsi yang primer dan
penting bagi makhluk hidup. Dorongan-dorongan juga mendorong menolong makhluk
untuk melakukan banyak tindakan penting yang bermanfaat lainnya dalam usahanya
untuk menyerasikan diri dengan lingkugan hidupnya.
Para
ahli ilmu jiwa modern membagi dorongan-dorongan menjadi dua bagian pokok:
Pertama, dorongan-dorongan
fiologis. Dorongan-dorongan ini
berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan tubuh
dan kekurangan atau hilangnya keseimbangan yang terjadi dalam
jaringan-jaringan tubuh.
Kedua,
dorongan-dorongan psikis. Dorongan-dorongan ini diperoleh lewat belajar selama
proses sosialisasi yang dilalui seseorang.
A.
DORONGAN-DORONGAN
FIOLOGIS
Allah
yang telah memberi karunia nikmat wujud bagi setiap makhluk-Nya karakteristik
dan sifat-sifat khusus yang membuat para makhluk mampu
melaksanakan-fungsi-fungsi yang telah diciptakan Allah bagi mereka.
(Q.S.
Tha-Ha,20: 50)
Diantatara
karakteristik yang diciptakan hewan dan manusia ialah dorongan-dorongan
fisiologis. Dorongan ini sendiri terbagi menjadi dua bagian: pertama, yang diperlukan bagi
kelangsungan hidup individu, dan kedua, yang
diperlakukan bagi kelestarian hidup jenisnya.
Fungsi-fungsi
fisiologis melakukan fungsi biologis yang penting bagi hewan dan manusia.
Fungsi-fungsi biologis inilah yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan tubuh, menutup
semua kekurangan, kekacauan atau hilangannya keseimbangan yang menimpanya.
fungsi-fungsi tersebut selalu berusaha menjaga kadar tertentu dari keseimbangan
biologis yang diperlakukannya untuk memelihara diri dan kelangsungannya.
Berbagai
kajian fisiologis yang baru telah membuktikan adanya kecenderungan alamiah
dalam tubuh manusia dan hewan untuk memelihara suatu kadar keseimbangan dalam
dirinya. Apabila keseimbangan ini mengalami kegoncangan maka timbulah suatu
dorongan yang spontan untuk mengembalikan keseimbangan tubuh seperti
sebelumnya.
Konsep
keseimbangan yang berhasil disingkapkan para ilmuan baru-baru ini telah
dikemukankan oleh Al-Qur’an al Karim sejak empat belas abad yang lalu. Firman
Allah:
(Q.S.
Al-Hijr,15:19)
(Q.S.
Furqan,25:2)
Jadi
manusia demikian pula hewan diciptakan dengan sesuatu cara yang tertentu yang
teliti sesuai dengan takaran keseimbangan tertentu. Apabila keseimbangan ini
mengalami kegoncangan maka akan timbul golongan-golongan Fisiologis yang
mendorong orang atau hewan yang mengalaminya untuk melakukan kegiatan spontan
yang diperlukan untuk mengembalikan tubuh pada kesimbangan sebelumnya.
Al-Qur’an
telah mengemukakan dorongan-dorongan fisiologis yang penting ini. dalam
pembahasan berikut akan diuraikan ayat-ayat Al-Qur’an yang ada kaitanya dengan
dorongan –dorongan tersebut diantranya:.
a.
Dorongan-dorongan untuk menjaga diri
b.
Dorongan-dorongan mempertahankan
kelestarian hidup jenis
a)
Dorongan Seksual
b)
Dorongan Keibuan
B.
DORONGAN-DORONGAN
PSIKIS
Dorongan-dorongan
psikis adalah dorongan-dorongan yang tidak bisa dirujukan secara langsung
kepada kondisi-kondisi fisiologis dari tubuh yang timbul karena kekurangan atau
tidak ada kebutuhan fisik, seperti halnya dalam dorongan-dorongan fisiologis
misalnya rasa lapar, haus, atau letih.
Sebagian besar para
ahli ilmu jiwa modern berpendapat bahwa dorongan-dorongan psikis pada umumnya
merupakan dorongan-dorongan yang diperoleh berdasarkan dorongan-dorongan
fisiologis kita. Dengan kata lain, menurut meraka dorongan-dorongan psikis
merupakan cabang dari dorongan-dorongan fisiologis yang timbul akibat
terjadinya interaksi antara dorongan-dorongan itu dengan berbagai pengalaman
individu dan faktor pertumbuhan sosialnya.
Ada beberapa dorongan
psikis yaitu meliputi:
a) Dorongan
Memiliki
(Q.S. Al-Imran,3: 14)
b) Dorongan
memusuhi
(Q.S. Al-Baqarah,2:36)
c) Dorongan
berkompetisi
(Q.S.
Al-Muthafifin,83:22-26)
d) Dorongan
beragama
(Q.S. Ar-Rum,30:30)
C.
DORONGAN-DORONGAN
TAK SADAR
Manusia sering
merasakan sesuatu keinginan atau dorongan yang tidak bisa diterima atau menimbulkan
keresahannya. Maka manusiapun berusaha menjauhkannya dari ruang lingkup
kesadaran atau perasaannya. Akhirnya keinginan atau dorongan itu tertahan dalam
alam bawah sadar. Namun manusia sering mengekspresikan keinginan atau dorongan itu secara
tidak sadar, dalam bentuk kata-kata yang terucapkan secara tidak sadar atau
ucapan yang keliru. Al-Qur’an sendiri telah mengisyaratkan tentang adanya ekspresi
tidak sadar lewat kata-kata yang keliru, yang mengungkapan tentang dorongan
dalam jiwa yang diusahakan oleh manusia untuk dirahasiakan dan disembunyikan.
Firman Allah
(Q.S. Muhammad,47:
29-30)
Dituturkan dari Amirul
mukminin ‘Utsman bin Affan ra’, bahwa dalam konteks ini ia berkata: “Tak
seorangpun yang merahasiakan sesuatu melainkan Allah akan menyingkapkan apa
yang terkandung dalam hatinya lewat ekspresi mukanya atau salah bicaranya.
Dalam sebuah hadis dikatakan: “Tak seorangpun yang menyembunyikan suatu rahasia
melainkan Allah akan memberinya penutup. Apabila penutup itu baik, maka rahasia
itu adalah baik, dan apabila penutup itu buruk maka buruk pula rahasia itu.
KONFLIK
ANTAR DORONGAN
Apabila sebagian
dorongan pada diri manusia saling bertentangan misalnya saja salah satu
dorongannya tertarik kesuatu arah tertentu, sementara dorongan yang lain
tertarik kearah yang berlawanan, maka manusia itu akan tertimpa perasaan resah,
ragu-ragu dan tidak mampu mengambil keputusan arah mana yang harus ditempuhnya.
Keadaaan yang demikian ini dinamai dengan konflik psikis. Al-Qur’an sendiri
telah mendeskripsikan keadaan konflik
psikis yang diderita oleh sebagian manusia yang mempunyai sikap ragu-ragu dalam
masalah keimanan. Firman Allah
(Q.S, Al-An’am,6:71)
Ayat ini memberikan
uraian yang terinci tentang keadaan konflik psikis, keresahan dan keraguan yang
ditimbulkannya pada diri manusia. Dari satu pihak sistem berusaha menjatuhkan dan
menarik manusia itu pada arah kesehatan dan kekafiran. Dipihak lain
kawan-kawannya yang beriman menyerunya pada petunjuk dan keimanan.
Al-Qur’an juga
menguraikan keadaan resah, ragu, bimbang, dan gelisah yang memberangi konflik
psikis antara kekafiran dalam keimanan,. Firman Allah
(Q.S. At-Taubah, 9:45)
(Q.S. An-Nisa,
4:142-143)
Selain itu Al-Qur’an
juga menguraikan tentang keadaan konflik psikis yang menimpa manusia yang mempunyai
sikap yang ragu-ragu dan resah, antara memerangi kaum muslimin dari satu pihak
yang lain dan keresahan, kegelisahan, dan kebingungan yang timbul dari konflik
itu, Firma Allahh
(Q.S. An-Nisa,4: 90)
A.
PENGENDALIAN
DORONGAN
Telah
dikemukankan bahwa Allah menciptakan adanya berbagai dorongan fisiologis dalam
fitrah manusia dan hewan, guna terealisasikannya tujuan-tujuan yang dikehendaki
Allah, yaitu penjagaan diri dan kelangsungan hidup bagi seluruh jenis.
Pemenuhan dorongan-dorongan ini merupakan hal yang dituntut oleh fitrah dan
diperlukan oleh tabiat manusia maupun hewan. Sebab pada pemenuhan
dorongan-dorongan itulah bergantung kelestarian hidup dan kelestarian jenis.
Oleh Karena itu ditetapkanlah hukum-hukum dan perintah Al-Qur’an yang berkenan
dengan dorongan-dorongan tersebut, yang sesuai dengan fitrah manusia. Dalam
Al-Qur’an dan as-Sunah tidak terdapat hal-hal yang mengisyaratkan dianggap
buruknya dorongan-dorongan tersebut atau ditolak maupun diingkarinya.
Sebaliknya Al-Qur’an dan as-Sunah menyerukan perlu dikendalikan, diarahkan, dan
dipenuhinya dorongan-dorongan itu dalam batas-batas yang diperkenangkan
syariat, tanpa berlebih-lebihan atau melanggar batas-batas tersebut.
Namun
dalam hal ini hendaklah dibedakan antara penahanan dan penindasan. Penahanan
adalah pengendalian secara sengaja terhadap suatu dorongan atau keinginan dan
perlawanan dan pengungkapannya dalam kondisi-kondisi dimana dorongan atau
keinginan itu tidak patuh untuk dipenuhi. Sedangkan penindasan adalah
pengingkaran terhadap keinginan, pandangan yang buruk terhadapnya, atau rasa
takut terhadapnya, dan usaha untuk menjauhkannya sama sekali dari ruang lingkup
kesadaran, dalam rangka melepaskan diri dari perasaan-perasaan berdosa dan
resah yang ditimbulkannya.
Al-Qur’an
tidaklah menyerukan ditindasnya dorongan-doronga alamiah manusia. Tapi
Al-Qur’an menyerukan perlunya pengaturan dalam pemenuhan, pengendalian, dan
pengarahanya secara sehat, demi kebahagian individu dan masyarakat, dengan
demikian individu bisa menjadi pengendali dan pengarahan bagi dorongan-dorongan
dalam dirinya, dan bukannya dikuasai dan dikendalikan oleh dorongan-dorongan
tersebut.
(Q.S.
Al-Maidah, 5: 87-88)
(Q.S.
An-Nur,24:32)
Dari
ayat-ayat diatas, jelaslah bahwa Al-Qur’an tidak menyeru manusia untuk
mengingkari dan menekan dorongan-dorongan alamiahnya. Al-qur’an menghindarkan
manusia dari terjatuh dalam konflik psikis yang timbul akibat pengingkaran dan
penekanan individu atas dorongan-dorongan seksualnya yang menimbulkan
gejala-gejala kerancauan tingkah laku. Namun Al-Qur’an juga tidak memberi
kebebasan mutlak kepada manusia untuk memenuhi dorongan-dorongan alamiah tanpa
batas.
B.
PENYIMPANGAN
DORONGAN
Apabila manusia gagal
dalam mengendalikan dorongan-dorongannya, dan berlebihan dalam memenuhi
dorongan-dorongan itu terbuai dalam kelejatannya, malah menjadikan kelejatan
tersebut sebagai tujuan, maka dorongan-dorongn itu telah menyimpang dari
tujuan-tujuannya yang hakiki. Penyimpangan dorongan-dorongan dan pendominasiannya
atas diri manusia bisa terjadi baik pada dorongan-dorongan fisiologis kita yang
terpenting dan paling mudah menyimpan ialah dorongan seksual.
(Q.S. Al-Araf, 7:
80-81)
(Q.S. As-Syu’ra, 26:
165-166)
Diantara penyimpangan
yang umum dikenal dalam dorongan-dorongan psikis kita ialah kecintaan pada
harta yang sering kita lihat pada diri sebagian manusia dan keserakahan mereka
dalam memiliki dan menumpuk-numpuknya. Harta pada asalnya adalah milik Allah.
Secara umum tindakan
berlebih-lebihan dalam memenuhi berbagai dorongan dan ketidakmampuan manusia
untuk mengendalikan dan menguasainya akan membuat penyimpanganya
dorongan-dorongan ini dari tujuan-tujuan yang sebenarnya, yakni melestarikan
kehidupan individu dan merealisasikan peningkatanya.
BAB
KEDUA: EMOSI DALAM AL-QUR’AN
Dengan karunia-Nya Allah membekali manusia
dan hewan dalam berbagai emosi yang membuatnya mampu melangsungkan kehidupanya.
Emosi takut misalnya membuat kita menghindar dari bahaya yang mengancam. Emosi
marah mendorong kita untuk mempertahankan diri , dan bertujuan untuk menjaga
kelangsungan hidup. Emosi cinta merupakan landasan keterpautan hati antara dua
jenis dan ketertarikan antara satu sama lainya, guna tetap terpeliharanya
kelangsungan hidup umat manusia.
Dalam Al-Qur’an banyak terdapat uraian yang
teliti tentang berbagai emosi yang dirasakan manusia, seperti ketakutan, marah,
cinta, kegembiraan, kebencian, cemburu, dengki, penyesalan, kehinaan, dan
sedih.
Dalam uraian berikut akan dibahas
emosi-emosi yang ada dalam Al-Qur’an:
1. TAKUT
Emosi takut merupakan
salah satu emosi penting dalam kehidupan manusia. Seperti telah dikemukakan
dimuka ia membantu manusia dalam memelihara dari bahaya-bahaya yang
mengancamnya, dengan demikian membantunya dalam melestarikan kehidupanya.
Manfaat rasa takut
tidak hanya terbatas untuk menjaga manusia dari berbagai bahaya yang
mengancamnya dalam kehidupan duniawinya saja. Tapi diantara kemanfaatnya
terutama sekali ialah mendorong seorang mukmin untuk berusaha tidak terjatuh
dalam perbuatan maksiat dengan berpegang teguh dengan ketakwaan pada Allah
serta disiplin dalam beribadah kepada-Nya dan melakukan segala sesuatu yang
dirihai-Nya.
(Q.S, Al-Anfal,8:2)
Emosi takut merupakan
keadaan geliasah luar biasa yang meliputi seluruh diri individu. Kegelisahan
ini dilukiskan Al-Qur’an sebagai kegoncangan luar biasa yang menimpa manusia,
sehingga membuatnya tidak mampu berfikir dan menguasai diri.
Macam-macam
rasa takut
Banyak
hal yang dikaitkan dengan manusia. Al-Qur’an sendiri telah mengemukakan
sebagian ketakutan terpenting yang menimpa mereka., misalnya takut kepada
Allah, takut mati, dan takut menajdi miskin.
a. Takut
kepada Allah
Takut kepada Allah adalah penting
dalam kehidupan seorang mukmin. Sebab rasa takut itu mendorongya untuk takwa
kepada-Nya dan mencari ridha-Nya, mengikuti ajaran-ajaran-Nya, meninggalkan
larangan-Nya dan melaksanakan perintah-Nya. Rasa takut kepada Allah dipandang
sebgai salah satu tiang penyangga iman kepada-Nya dan merupakan landasan
penting dalam pembentukan kepribadian seorang mukmin.
(Q.S
Al-Bayyinah,98: 7-8)
(Q.S.
Al-Anfal,8 :2)
(Q.S.
Az-Zumar,39:13)
(Q.S.
Al-Insan, 76: 10)
Diantara
macam ketakutan yang merata dikalangan manusia ialah takut mati. Rasa takut ini
tampak jelas ketika terjadi perang khususnya dikalangan tentara yang dikirim
kemedan pertempuran. Dalam Al-Qur’an terdapat gambaran tentang ketakutan
orang-orang munafik dari perang.
(Q.S.
An-Nisa,4: 77)
(Q.S.
Muhammad,47: 20)
b. Takut
mati
Takut mati merupakan hal yang umum
terdapat dikalangan orang banyak pada umumnya. Malah Nabi Musa juga tidak
terlepas dari rasa takut ini. Seperti dikemukkan dalam Al-Qur’an, lewat ucapan
Musa, bahwa ia merasa takut akan dibunuh firaun.
(Q.S.
Al-Qasash,28: 33)
Keimanan
yang benar kepada Allah akan melepaskan individu dari takut mati. Sebab,
seorang mukmin tau dengan yakin bahwa kematian akan mengantarkannya pada
kehidupan akhirat yang abadi, dimana ia akan menerima karunia dan ridha Allah.
Apabila seorang mukmin takut mati, sesugguhnya yang ditakutkannya ialah bahwa
ia tidak akan memperoleh ampunan, karunia dan ridha-Nya. Tidak disangsikan lagi
bahwa takut mati mencengkam oang-orang yang berbuat maksiat. Mereka takut akan
ditimpa kematian sebelum sampai bertaubat. Jadi pada hakekatnya takut mati
timbul karena maut merupakan penutup bagi pintu tobat. Dengan demikian takut
mati erat kaitanya dengan takut kepada
Allah yang disebutkan di muka
(Q.S.
Al-Munafiqun,63:10)
(Q.S.
Al-Jum’ah,62: 6-7)
Orang-orang
ateis, yang tidak mempercayai hari kebangkitan dan kehidupan akhirat takut
mati. Sebab menurut mereka, kematian adalah kehancuran dan kehilangan diri
mereka. Oleh karena itu mereka takut akan nasib yang meninpa mereka itu.
c. Takut
terjatuh dalam kemiskinan
Merupakan ketakutan yang menghantui
banyak orang. Dalam kehidupannya, manusia selalu mencari rezeki dan khidupan
yang aman dan tentram bagi dirinya, istrinya dan anak-anaknya. Dalam usaha ni
biasanya manusia harus menanggung kesulitan, kelelahan dan penderitaan dan
setiap kemungkinan bahaya memberikan rasa takut dan khawatir kepadanya sebelum
islam, misalnya bangsa Arab membunuh putera-putri mereka karena takut terjatuh
dalam kemiskinan. Maka Al-Qur’anpun melarang melakukan tindakan yang demikian
itu dan memberi kabar kepada mereka bahwa rezki mereka dan anak-anak mereka ada
di jamin oleh Allah:
Dengan
demikian rasa takut yang sebenarnya dirasakan oleh seorang mukmin hanyalah rasa
takut kepada Allah sebab keimanannya kepada Allah membuatnya tidak merasa takut
pada kematian, kemiskinan, manusia atau apapun juga lainnya yang ada di alam
semesta ini. Yang ditakutinya hanyalah kemarahan Allah kemurkaanya dan
azab-Nya.
Takut kepada Allah
mempunyi fungsi yang penting dan bermanfaat dalam kehidupan seorang Mukmim. Sebab ini membuatnya menghindari
tindakan-tindakan maksiat. Dengan demikian, ini membuatnya terhindar dari
kemurkaan dan azab Allah dan mendorongnya untuk melaksanakan ibadah-ibadah dan
perbuatan-perbuatan yang shaleh, karena mengharapkan ridha Allah. Takut kepada
Allah pada akhirnya akan membuat terealisasikanya kedamaian psikis, karena
dalam jiwa seorang mukmin penuh dengan peasaan harapan akan ampunan dan
keridhaan Allah.
2.
MARAH
Marah
merupakan suatu emosi penting yang mempunyai fungsi esensial bagi kehidupan
manusia, yakni membantunya dalam menjaga dirinya. Al-Qur’n sendiri memberikan
anjuran digunakannya kekerasan dalam menghadapi orang-orang kafir yang
te4rsebar luasnya islam. Kekerasan seperti ini adalah kekerasan yang timbul
dari marak kaena Allah dan demi untuk menyebar luaskan seruan-Nya.
(Q.S.
Al-Fath,48: 29)
(Q.S.
At-Taubah,9: 123)
Manusia
cenderung memberi respon terhadap emosi marah, dengan mengarahkan permusuhan
pada hambatan-hambatan yang mengalami pemenuhan dorongan-doronganya atau
perealisasian tujuan-tujuannya, baik hambatan-hambatan tersebut berupa manusia,
materi, ataupun ikatan-ikatan sosial.
Emosi
marah yang menguasai diri seseorang bisa membuatnya macetnya kemampuan
berpikirnya yang sehat. Kadang-kadang ia melakukan tindakan atau mengucapkan
perkataan yang memusuhi, yang disesali setelah kemarahannya redah,.
(Q.S.
Al-A’raf,7:151)
Manusia
ketika marah atau sedang dikuasai oleh emosiyang kuat pada umumnya, kehilangan
kemampuan untuk berpikir secara sehat, maka hendaknya sewaktu marah ia tidak
melakukan tindakan-tindakan yang mungkin akan disesalinya nanti.
3.
CINTA
Cinta
memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, sebab ia
merupakan landasan kehidupan perkawinan, pembentukan keluarga, dan pemeliharaan
anak-anak. Ia adalah landasan hubungan yang erat dimasyarakat dan pembentukan
hubungan manusiawi yang akrab. iapun adalah pengikat yang kokoh dalam hubungan
antar manusia dengan Tuhannya dan membuatnya iklash dalam menyembah-Nya,
mengikuti jalan-Nya, dan berpegang teguh pada syariat-Nya.
Dalam
kehidupan manusia, cinta menempakan diri dalam berbagai bentuk. Kadang-kadang
seseorang mencintai diri sendiri, kadang-kadang mencintai orang lain, atau juga
istri dan anaknya, hartanya, atau Allah dan Rasul-Nya. berbagai cinta ini bisa
kita dapatkan dalam Al-Qur’an.
a. Cinta
Diri
Cinta diri erat
kaitannya dengan dorongan menjaga diri. Manusia senang untuk tetap hidup,
menggambarkan potensi dirinya, dan mengaktualisasikan diri. Iapun mencintai
segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan, ketentraman dan kebahagiaan pada
dirinya.
(Q.S. Al-A’raf,7:188)
b. Cinta
kepada Sesama Manusia
Agar manusia dapat
hidup dengan penuh keserasian dan keharmonisan dengan manusia lainnya, tidak
boleh tidak ia harus membatasi cintanya pada dirinya sendiri dan egoismenya.
(Q.S. At-Taubah,9:71)
c. Cinta
Seksual
Cinta erat kaitanya
dengan dorongan seksual. Sebab ialah yang bekerja dalam melestarikan kasih
sayang, keserasian, dan kerjasama antara suami dan istri. Ia merupakan faktor
yang primer bagi kelangsungan hidup keluarga.
(Q.S. Ar-Rum,30: 21)
d. Cinta
Kebapakan
Dalam bab pertama kami
telah menguraikan tentang dorongan keibuan sebagai salah satu dari
dorongan-dorongan fisiologis, karena adanya landasan fisiologis bagi dorongan keibuan, yaitu
perubahan-peubahan fisiologis dan fisik yang terjadi pada diri si ibu sewaktu
mengandung, melahirkan dan menyusui.
Mengingat bahwa antara
ayah dengan anak-anaknya tidak terjalin oleh ikatan-ikatan fisiologis seperti
yang menghubungkan si ibu dengan anak-anaknya, maka para ahli jiwa modern
berpendapat bahwa dorongan kebapakan bukanlah dorongan psikologis seperti hanya
dorongan keibuan melainkan dorongan psikis.
(Q.S. Yusuf.12:8)
e. Cinta
Kepada Allah
Puncak cinta manusia,
yang paling bening jernih, dan spritual ialah cintanya kepada Allah dan
kerinduanya kepada-Nya. Tidak hanya dalam shalat, pujian dan doanya saja tetapi
juga dalam semua tindakan dan tingkah laku-Nya. Semua tingkah laku dan
tindakannya ditujukan kepada Allah, mengharapkan penerimaan dan ridha-Nya.
(Q.S. Ali Imran,3:31)
f. Cinta
Kepada Rasul
Cinta kepada Rasul yang diutus
Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta, untuk memberi petunjuk dan
membersihkan hati manusia, mengajarkan Al-Qur’an dan kebijaksanaan, dipilih
sebagai penutup para Nabi, menjadi rasul bagi seluruh umat manusia, dan
diturunkan kepadanya Al-Qur’an, kitab Allah yang abadi dan pembenar
kitab-kitabnya yang telah diturunkan sebelumnya, menduduki peringkat kedua
setelah cinta kepada Allah.
(Q.S.
Al-Qalam,68:4)
4.
GEMBIRA
Kegembiraan merupkan
hal bercorak relatif tergantung pada tujuan-tujuan seseorang dalam kehidupan.
Apabila tujuannya dalam kehidupan ini adalah untuk mengumpulkan harta, meraih
kekuasaan, pangkat atau kenikmatan lainnya dalam kehidupan dunia ini, maka
keberhasilan dalam meraih tujuan-tujuanya itu akan membangkitkan kegembiraanya.
(Q.S Yunus,10:57-58)
Barang siapa yang
menjadikan lantaran kejahatan kehidupan dunia ini sebagai sumber kegembiraanya,
sebagaimana sebagaian besar manusia di dunia ini, dalam kenyataanya ia tidaklah
menikmati kehidupan yang berbahagia, tenang dan mapan.
5.
BENCI
Benci adalah emosi yang
merupakan lawan dari emosi cinta. Ia merupakan penjelasan dari perasaan tidak
senang, tidak mau menerima, perasaan meremehkan dan keinginan untuk menjauhkan
hal-hal yang membangkitkan perasaan tersebut, baik hal itu berupa manusiawi,
benda, ataupun tindakan.
(Q.S. An-Nisa,4: 19)
Sebagian orang
kadang-kadang membenci orang lain karena perbedaan pendapat antara mereka, atau
kelebihan mereka dari pada dirinya, atau karena mereka merupakan penyebab
terjadinya frustasi dalam kehidupanya ataupun adanya sebab-sebab lain.
6.
CEMBURU
Cemburu adalah emosi
yang meresahkan dan membencikan yang timbul apabila seseorang merasa bahwa
orang yang dicintainya mengarahkan perhatian atau cintanya kepada orang lain,
bukan pada dirinya.
(Q.S. Yusuf,12:8-9)
7.
DENGKI
Dengki merupakan emosi
yang dirasakan seseorang bila melihat orang lain memiliki sesuatu yang ia
harapkan menjadi miliknya, bukan menjadi milik orang lain. Kedengkian yang
demikian ini diungkapkan dalam Al-Qur’an dalam kisah tentang Qarun. Dituturkan bahwa Qarun keluar
kepada kaumnya dengan penuh kemegahan ia membuat kaumnya merasa dengki
kepadanya.
(Q.S. Al-Qashash, 28:
79)
Kedengkian seperti ini
merata dikalangan banyak manusia. Banyak orang yang cenderung merasa dengki
terhadap orang lain yang mendapat karunia dari Allah, baik berupa harta, anak,
kesehatan, ataupun keberhasilan. Dalam Al-Qur’an diungkapkan orang-orang yahudi
dan musyrik terhadap anugrah kenabian yang dikaruniakan kepada Nabi Muhammad
saw, dan kedengkian mereka pada karunia keimanan dan Petunjuk yang diberika-Nya
kepada orang-orang mukmin.
8.
SEDIH
Sedih merupakan lawan
dari emosi gembira. Rasa sedih ini bisa terjadi apabila seseorang kehilangan
orang lain yang akrab dengannya, atau sesuatu yang tinggi nilainya, atau
apabila ia tertima malapetaka, ataupun gagal dalam merealisasikan sesuatu
urusan yang sangat penting.
(Q.S. Al-An’am,6: 33)
Sringkali ayat-ayat
Al-Qur’an tentang kesedihan diberangi dengan rasa takut. Ini mengisyaratkan
bahwa keduanya merupakan emosi yang sering berada bersama-sama, yang
mengeruhkan kehidupan seseorang. Ayat-ayat itu juga mengisyaratkan bahwa iman
kepada Allah, takwa kepada-Nya, dan amal shaleh merupakan pelindung dari rasa
takut dan sedih, dan penyembuh bagi keduanya.
9.
PENYESALAN
Penyesalan merupakan
keadaan emosional yang timbul dari perasaan bersalah atau berdosa, rasa
bersalah dan pencelaan terhadap diri sendiri akan apa yang telah dilakukan, dan
pengandaian seandainya tindakan itu tidak dilakukan.
Pencelaan seseorang
terhadap diri sendiri dan peyesalan atas apa yang dilakukannya merupakan salah
satu faktor yang penting dalam meluruskan kepribadian seseorang. Oleh karena
itu Allah telah bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali dirinya, sebagai
penghargaan akan signifikansinya dalam mengarahkan tingkah laku seseorang untuk
menjauhi tindakan maksiat yang membangkitkan penyesalan dan celaan terhadap
diri sendiri.
(Q.S Al-Qiyamah,75:1-2)
10. EMOSI-EMOSI LAIN
Al-Qur’an juga
mengisyaratkan emosi-emosi lain selain yang telah dikemukakan di muka, seperti
rasa malu, hina dan takabur.
Emosi rasa malu di isyaratkan
Al-Qur’an dalam kisah Musa as, ketika ia melarikan diri dari Fir’aun. Musa
mengungsi ke Madian, dimana ia menolong dua gadis untuk mengembalikan air.
Salah seorang gadis itu kemudian kembali kepadanya dengan malu-malu dan
mengajaknya untuk menemui ayahnya guna untuk di beri imbalan atas jerih
payahnya itu.
(Q.S Al-Qashash,28:25)
Sedangkan rasa hina
adalah rasa malu diberangi dengan rasa perasaan tercela, dan aib. Dalam
Al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang mengungkapkan rasa hina yang menimpa
orang-orang musryik dan kafir, baik didunia maupun di akhirat:
(Q.S Al-Baqarah,2: 114)
Sementara emosi takabur
bisa ditemukan pula pada sebagian orang. Emosi ini berupa rasa kagum terhadap
diri, sikap suka membangga-banggakan, membesar-besarkan, dan menonjolkan diri.
Kadang emosi ini pada sebagian orang merupakan sifat tingkah laku yang begitu
dominan dalam kepribadian mereka. Emosi ini sendiri dicela oleh Al-Qur’an
(Q.S. Luqman, 31: 18)
Kekaguman terhadap diri
bisa berakibat timbulnya sikap sombong dan angkuh terhadap orang lain dan
merendahkan serta meremehkan mereka dalam pergaulan. Dalam Al-Qur’an banyak
terdapat ayat-ayat yang mencela ketakaburan orang-orang musrik dan orang-orang
munafik serta keenggangan mereka untuk menerima kebenaran karena rasa angkuh
yang mereka miliki.
PERUBAHAN-PERUBAHAN
FISIK YANG MENYERTAI EMOSI
Apabila emosi seseorang
sedang timbul, terjadilah berbagai perubahan fisiologis dalam tubuhnya.
Diantara perubahan-perubahan fisioligis yang terjadi sewaku emosi sedang
menggelora ialah, mengerasnya detak jantung, mengerutnya pembuluh darah di
dalam usus besar, dan meluasnya pembuluh darah diberbagai penjuru
permukaan tubuh. Al-Qur’an telah
melukiskan tentang kegoncangan yang terjadi selama emosi ketakutan berlangsung
yang terjadi karena mengerasnya detak jantung dan derasnya darah yang mengalir
kedalamnya, yang membuatnya membesar dan membuatnya dekat dengan batang
tenggerokan.
(Q.S. Al-Ahzab,33:
10-11)
Dalam Al-Qur’an banyak
terdapat ayat-ayat yang menguraikan tentang emosi-emosi sedih dan menyesal,
gembira dan bahagia yang dirasakan manusia pada hari kiamat, dan
ekspresi-ekspresi wajah mereka yang memantulkan kondisi emosional mereka.
Ø Pengendalian Emosi
Emosi yang
berlebih-lebihan bisa membahayakan kesehatan fisik dan psikis manusia. Emosi
takut misalnya, berguna bagi manusia karena mengancam hidupnya. Tetapi apabila
ketakutan itu terlalu berlebih-lebihan, dimana seseorang menjadi ketakutan
terhadap banyak hal yang tidak merupakan bahaya yang ril bagi dirinya maka
dalam kasus ini emosi ketakutannya menjadi membahayakan dirinya.
Ø Pengendalian Rasa Takut
Al-Qur’an selalu
berupaya untuk selalu menggarakan manusia, seperti mati dan jatuh miskin.
Berkenanaan dengan rasa takut mati Al-Qur’an telah menyatakan bahwa kehidupan
dunia ini akan hancur, kelezatannya akan sirna sedangkan kehidupan akhirat
merupakan kehidupan yang abadi dan nikmat disana tidak akan pernah sirna.
Kematian tiada lain ialah perpindahan dari kehidupan yang fana kepada kehidupan
yang abadi. Sebagai mana firman Allah. (Q.S. Al-Ankabut,29: 64)
Orang-orang mu’min yang
benar mendalami keimanannya sepenuhnya tahu bahwa kematian merupakan realitas
dan tiada tanpa gentar dan takut. Merekapun tahu bahwa betapa panjang usia
seseorang dalam kehidupan ini, ia pun pasti akan mati juga. Dan kematian akan
mengantarkan mereka kepada kehidupan yang abadi.
Sebagaimana firman
Allah (Q.S. Al-Ahzab,35: 16)
Ø Pengendalian Rasa Takut Jatuh
Miskin
Al-Qur’an juga
berwasiat agar kita tidak takut jatuh miskin. Sebab rizki berada di tangan
Allah, dan Dia adalah pemberi rizki yang mempunyai kekuatan yang sangat kokoh.
(Q.S. Adz-Dzariyat, 52: 53)
Ø Pengendalian Marah
Al-Qur’an juga
berwasiat agar kita bisa mengendalikan emosi marah. Sebab ketika seseorang
sedang marah pemikirannya akan macet dan kehilangan kemampuan untuk memberikan
penialaian yang benar. Peningkatan energi dalam tubu, selama emosi marah berlangsung,
akan membuat seseirang lebih siap untuk melakukan permusuhan fisik
terhadap orang yang
membangkitkan kemarahannya. Oleh karena itu, pengendalian marah mempunyai manfaat ditinjau dari berbagai segi: Pertama,
ia memelihara kemampuan berfikir manusia dan pengambilan keputusan yang benar.Kedua,
ia memelihara keseimbangan fisik manusia, sebab ia melindungi manusia dari
ketegangan fisik yang timbul akibat peningkatan energi yang terjadi akibat
meningkatnya zat gula yang dikelurkan oleh hati. Ketiga, pengendalian
emosi marah dan tindakan tidak memusuhi orang lain dengan baik dan tenang,
dengan sendirinya akan menimbulkan rasa tenang dalam diri si musuh itu dan
mendorongnya mengadakan intropeksi. Keempat, pengendalian atas emosi
marah, dari segi kesehatan juga bermanfaat.
Ø Pengendalian Cinta
Al-Qur’an juga
menyarankan kita untuk bisa mengendalikan cinta kita kepada keluarga k, orang
tua, istri, suami, anak, sahabat, suku, tanah air, bahkan harta ataupun kekayaan.
sehingga semuanya itu membuat kita lalai akan cinta kepada Allah dan
mengabaikan ketaannya kepada-Nya serta perjuangan pada jalan-Nya. sebagaimana
firman AllAH SWT, (Q.S. At-Taubah, 9: 24)
Ø Pengendalian Atas Emosi-emosi Lain
Al-Qur’an juga
memerintahkan kita untuk tidak takabur dan sombong. Selain itu Al-Qur’an juga
mengharapkan kit untuk bisa mengendalikan emosi sedih dan gembira.
Secara umum, Allah
berwasiat kepada kita agar mengendalikan dan menguasai, emosi-emosi kita. Dan
keimanan yang mendalam kepada Allah dan tindakan mengikuti metode yang
diwariskan-Nya bagi kita dalam Al-Qur’an dan diuraikan oleh Rasulullah saw,
akan memberi kita kemauan dan kekuatan kehendak yang memungkinkan kita untuk
bisa mengendalikan dan menguasai emosi-emosi kita. Seorang mukmin yang
benar-benar beriman hanya takut kepada Allah saja. Ia tidak takut mati, miskin,
kepada sesama manusia, atau juga yang lainnya.
BAB KETIGA: TANGGAPAN PANCA INDRA DALAM AL-QUR’AN
Dengan
kehendak-Nya Allah membekali manusia dan hewan dengan segala kemampuan dan
fungsi yang mereka perlukan untuk tetap bisa melestarikan kehidupannya. Disamping
dibekali dengan berbagai dorongan dan emosi, keduanya juga dikarunia dengan
seperangkat instrumen guna memahami alam luar berbagai peristiwa yang terjadi
disekitar keduanya. Allah juga memberi mereka kemampuan untuk memahami alam dan
berbagai perubahan yang terjadi padanya. Dan panca indra mempunyai fungsi yang
sangat penting dalam kehidupan. Dengan panca indra makhluk hidup bisa menyadari
apa yang menyakitinya, sehingga bisa dihindarinya dan apa yang bermanfaat
baginya sehingga ia bsa berusaha meraihnya. Tanggapan kita terhadap alam luar
melalui panca indra lahiriah, yaitu pendengaran, penglihatan, indra pencium,
indra perasa, dan indra kulit.
Dalam
bab ini, akan dibahas tentang masalah tanggapan panca indra dalam Al-Qur’an.
Dengan mengakhirkan uraian tentang berfikir dan pengetahuan yang diterima
manusia dari Allah melalui wahyu dan ilham.
1) Pancaindra Dalam Al-Qur’an
Ketika lahir seorang
anak tidak mengetahui apa-apa, namun tidak lama kemudian panca indranya mulai
melaksanaka fungsinya. Ia pun mulai terpengaruh oleh berbagai pengaruh luar
yang mengenai dirinya, dan menimbulkan berbagai peresaan. Inilah yang kemudian
menjadi landasan kesadaran dan pengetahuannya tentang alam luar. Sebagaimana
firman Allah (Q.S. An-Nahal,16: 78), (Q.S. Al-Mu’Minun,23: 78)
Disini Al-Qur’an cukup
mengemukakan pendengaran dan penglihatan sebagai alat indra saja, karena pertama, signifikansi yang begitu
penting dari kedu indra itu dalam proses tanggapan pancaindra. kedua, penyebutan keduanya cukup menjadi
indikator tentang semua panca indra yang lain dalam proses tanggapan panca
indra.
Dalam kebanyakan
ayat-ayat Al-Qur’an, penglihatan disebutkan setelah pendengaran pertama, pendengaran lebih penting ketimbangan
penglihatan dalam proses pegindaraan, belajar dan memperolh ilmu pengetahuan. Kedua, indra pendengaran langsung berfungsi setelah seorang anak lahir,
dimana anak itu, begitu ia dilahirkan, lagsung bisa mendengar suara. Sementara
untuk melihat sesuatu ia butuh waktu beberapa lama. Ketiga, fungsi indra
pendengaran berlangsung secara terus menerus, tanpa terhenti sementara indra
penglihatan kadang-kadang terhentinya fungsinya apabila seseorang memejamkan
matanya atau bila ia sedang tidur. Keempat, indra pendengaran bisa
mendengar baik dalam keadaan terang maupun gelap.
Pendengaran dalam
Al-Quran, disebutkan dalam bentuk Mufradat
, sedang penglihatan dalam ayat Al-Qur’an disebutkan dalam bentuk jamak.
2)
Indra-Indra
Kulit
Kajian-kajian
fisiologis moderen membuktikan bahwa pada kulit manusia terdapat sel-sel
sensoris yang beraneka ragam jenisnya. Sel-sel ini khusus untuk menerima
berbagai bentuk perasaan. Sebagian sel untuk merasakan panas dan sebagian yang
lain lagi untuk merasakan dingin. Selain itu adapula yang merasakan sentuhan
dan tekanan serta merasakan kesakitan.
3)
Indra
Keenam
Ada jenis lain dari
indra yaitu apa yang disebut oleh para ahli ilmu jiwa di sebut dengan indra
keenam. Sebagian ahli ilmu jiwa di zaman
moderen ini telah mengandakan pengkajian atas gejala-gejala ini. Mereka juga
mengadakan berbagai percobaan Namun hasil-hasil yang mereka capai belum lagi
terinci telit dan mampu meberikn uraian yang gamblang tentang gejala-gejala
tersebut.
4)
Tipuan
Penglihatan
Tipuan penglihatan
adalah penglihatan yang keliru dan tidak sesuai dengan realitas yang dilihat.
Ada berbagai jenis tipuan peglihatan yang umumberla ku pada semua orang dan
mereka semuanya mengalami dengan cara yang serupa. contohnya fatamorgana yang
dari kejauhan disangka air padahal bukan.
5)
Efek
Dorongan Dan Nilai-Nilainya Atas Kesiagaan Dan Kemampuan Indra
Dorongan-dorongan
seseorang dan nilai-nilainya mempunyai efek atas kesiagaan dan kemampuan
indranya. ini dibuktikan oleh berba’rafgai kajian eksperimental modern. Kenyataan
ini telah diisyaratkan oleh Al-Qur’an dalam berbagai ayatnya Sebagaimana firman
Allah, (Q.S. AL-A’raf,7:179)
BAB
KEEMPAT: BERFIKIR DALAM AL-QUR’AN
Manusia dan hewan
sama-sam menikmati fungsi pancaindranya. Namun manusia berbeda dengan hewan
karena akal budi yang dianugrakan Allah dan kemampuan berfikir yang
memungkinkannya untuk mengadakan tinjauan dn pembahasan tentang berbagai hal,
dan peristiwa, menyimpulkan hal-hal yang umum dari bagian-bagian, dan
menyimpulkan berbagai kesimpulan dari premis-premis.
Informasi-informasi yang diperolh
seorang anak melalui panca indra pada periode pertama dari kehidupannya
merupakan materi yang membantunya nanti dalam cara berpikir. Allah sendiri
telah memberi dorongan kepada manusia untuk memikirkan alam semesta,
merenungkan keindahan ciptaan-Nya dan mengungkapkan hukum-hukum-Nya dialam
semesta.
Langkah-langkah Berfikir Dalam
Memecahkan Problem
a)
Kesadaran
Akan Adanya Problem
Pemikiran bermula
ketika seseorang merasakan adanya dorongan yang kuat untuk memecahkannya, agar
ia bisa sampai pada tujuan yang ingin dicapainya. Kesadaran akan adanya problem
ini merupakan langkah awal dari proses pemikiran.,
b)
Penghimpun
Data Mengenai Problem Yang Dihadapi
Ketika seseorang
merasakan adanya suatu problem, biasanya ia berusaha mengkaji problem itu dari
berbagai aspeknya, agar ia bisa memahami dengan baik, dan menghimpun berbagai
data dan informasi itu secara mendalam, guna mengetahui relevansi data dan
informasi tersebut dengan problem yang dihadapinya. Penghimpun data dan
informasi yang relevan dengan problem yang ada membantunya dalam memperjelas,
memahami dan membatasi problem itu dengan teliti, sehingga bisa mengantarkannya
umtuk menyusun hipotesa guna memecahkan problem tersebut.
c)
Penyusunan
Hipotesa
Sealama data dan
informasi sedang dihimpun, pada benak yang bersangjutan terbesit beberapa
kemungkinan jalan keluar hipotesa bagi problem tersebut atau beberapa hipotesa.
d)
Penilaian
Terhadap Hipotesa
Ketika seseorang sedang
memikirkan suatu problem, biasanya ia berusaha menguji dan mendiskusikan
hipotesa tersebut beradasrkan berbagai data dan informasi yang dimilikinya. Ini
untuk mengetahui sejauh mana kecocokan dan kelayakan hipotesa tersebut
berdasrkan berbagai data dan informasi yang dimilikinya . Proses ini terus
berlangsung hingga akhirnya ia sampai pada suatu hipotesa yang bisa diterima
dan cocok dengan berbagai data dan informasinya tentang problem yang
dihadapinyua dan cocok untuk memecahkan problem tersebut.
e)
Pengujian
Kebenaran Hipotesa
Setelah
hipotesa-hipotesa yang tidak layak dijaukan dan hipotesa yang layak didapatkan,
biasanya seorang akan mengumpulkan berbagai data yang lain, mengadakan
pengamatan baru, atau mengadakan berbagai percobaan guna mengetahui sejauh mana
kebenaran hipotesa tersebut.
v Kekeliruan-Kekeliruan Dalam
Berfikir
Berfikir mempunyai kemungkinan
untuk keliru. Sebab kadang-kadang berfikir menghadapi sebagian hambatan yang
membuatnya melenceng dari jalannya yang lurus dan menghalanginya untuk sampai
kepada realitas yang ingin dicapainya. Apabila pemikiran seseorang banyak
mengalami hambatan, ini akan mebuatnya
menadi statis dan tidak mampu menerima pendapat-pendapat dan pemikir baru. Dan apabila pemikiran seseorang menjadi macet
dan statis, maka ia aktor-faktor akan kehilangan karakteristik utama yang
membedakannya dengan hewan. Malah ia menjadi bagaikan hewan atau lebih sesat
lagi.
v Faktor-Faktor Yang Menghambat
Berfikir
Al-Qur’an juga
mengemukakan berbagai faktor penting yang menghambat pemikiran, yang membuatnya
statis dan menghalanginya dari membuat penilaian-penilian yang benar menganai
hal yang dihadpinya. Faktor-faktor
tersebut ialah.
1. berpegang
teguh pada pikiran-pikiran lama
2. Tidak
cukupnya data yang ada
3. Sikap
Memihak yang emosional dan apriori.
BAB
KELIMA: BELAJAR DALAM AL-QUR’AN
karunia
Allah manusia dibekali selain dengan karunia tanggapan pancaindra dan kemampuan
berpikir dengan kesiapan alamiah untuk belajar, memperoleh pngetahuan,
kemahiran dan ketrampilan teknik yang meningkatkan kemampuanya untuk menanggung
tanggunga jawab kehidupan dibumi dan memakmurkannya hingga ia mampu mencapai
kesempurnaan insani yang dikaruniakan Allah padanya.
Ø Berbagai Sumber Ilmu Pengetahuan
Manusia
memperoleh pengetahuan dari dua sumber utama: sumber ilahiah dan sumber
manusiawi. kedua jenis ilmu pengetahuan ini saling melengkapi dan keduanya,
pada dasarnya berasal dari Allah yang menciptakan manusia dan
membekalinyadengan berbagai alat dan sarana untuk bisa memahami dan memperoleh
ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang berasal dari sumber ilahi adalah jenis
ilmu pengetahuan yang datang langsung dari Allah, baik melalui wahyu, ilham,
ataupun mimpi (ru’ya) yang benar. Sedangkan sumber ilmu pengetahuan yang
berasal dari sumber manusiawi adalah jenis ilmu pengetahuan yang dipelajari
manusia dari berbagai pengalaman pribadinya dalam kehidupan, juga dari
upayahnya dalam menelaah, mengamati, dan memecakan berbagai problem yang
dihadapinya melalui cara “tri and error”
Ø Belajar Bahasa
Karunia
Allah yang terbesar pada manusia dan yang membedakannya dari hewan adalah
kemampuannya untuk mempelajari bahasa. Bahasa merupakan sarana utama manusia
dalam berpikir dan memperoleh ilmu pengetahuan. Bahasa, dalam kedudukanya
sebagai simbol konsep-konsep, telah memungkikan manusia untuk membahas semua
konsepsi dalam pemikiranya secara simbolis, dengan demikian membantu
merealisasikan kemajuan lur biasa dalam ilmu pengetahuan dan keahlian-keahlian.
Ø Adab Belajar Bahasa
Karena belajar
merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia yang memungkinkanya
untuk mencapai kemjuan yng terus menerus dalam belajar dan pemikirannya, maka
hal yang pertama-tma diajarkan Allah kepada Adam ialah nama-nama segala sesuatu.
Ø Belajar Berkehendak Memilih Dan
Membuat Keputusan
Dengan kehendaknya
Allah juga mengajari Adam as dan Hawa beberapa kebiasaan tingkah laku yang
berguna dalam kehidupan keduanya, dan sesuai dengan karakter diri mereka berdua
yang terdiri dari materi dan ruh yang selalu terlibat dalam konflik antara
beragai tuntunan tubuh dan ruh mereka.
Ø Metode Belajar Dalam Al-Qur’an
Kadang-kadang manusia
belajar melalui metode pengalaman praktis atau metode trial and error dari
banyak cara pemecahan yang berguna baginya dalam menghadapi masalah-masalah
dalam kehidupannya. selain itu juga ia belajar melalui metode berpikir dan
pembuktian intelektual.
a. Peniruan
b. Pengalaman
Praktis dan Trial and Error
c. Berpikir.
Ø Prinsip-Prinsip
Belajar Dalam Al-Qur’an
1. Dorongan
Dorongan sangat penting dalam
belajar. sebab, apabila dorongan yang gigih untuk memperoleh suatu tujuan
tertentu terpenuhi akan terpenuhi pulah kondisi-kondisi yang tepat dimana
seseorang bisa mengupayakan upaya yang diperlukanya untuk mempelajari
metode-metode yang tepat guna mengantarkannya pada tujuan itu. Berbagai kajian
eksperimental akhir-akhir ini, yang dilakukan pada hewan dan manusia
membuktikan pentingnya dorongan dalam membangkitkan keinginan untuk belajar.
Al-Qur’an dalam pendidikan spritualnya pada kaum muslimin, mempergunakan
berbagai metode guna membangkitkan dorongan untuk belajar. Al-Qur’an
mengggunakan janji dan ancaman dan kisah-kisah sebagaimana ia juga memanfaatkan
peristiwa-peristiwa kontemporer yang penting, yang membekas pada
dorongan-dorongan manusia, emosinya dan membuatnya siap untuk mengambil
pelajaran dari peristiwa-peristiwa itu.
a.
Pembangkitan dorongan dengan janji dan ancaman
Ketika seseorang mempunyai
dorongan yang kuat untuk mencapai tujuan, maka pencapaian tujuan yang memuaskan
dorongannya itu dipandang sebagai imbalan atau ganjaran yang menyebabkan
timbulnya rasa senang, gembira, atau puas. Sebaliknya, kegagalan untuk meraih
tujuan tersebut dipandang sebagai semacam azab yang menimbulkan baginya rasa
penderitaan, ketidak senangan, dan kesengsaraan. Oleh karena itu, secara
naluriah manusia cenderung mempelajari berbagai respon atau tindakan yang bisa
mengantarkannya pada kegagalan atau derita.
Dalam seruannya pada keimanan
terhadap aqidah, tauhid, Al-Qur’an telah menaruh perhatian dalam membangkitkan
berbagai dorongan pada diri manusia untuk memperoleh imbalan yang akan
dikaruniakan kepada orang-orang yang beriman dalam syurga, dan membuat mereka
takut akan siksa dan azab yang akan ditimpakan atas orang –orang kafir dineraka
jahanam. Dengan demikian kaum mukmin terpengaruh dengan dua dorongan yang kuat.
Pertama, dorongan yang membuat mereka
melaksanakan ibadah, kewajiban dan segala yang diperintahkan Allah dan
Rasul-Nya. Kedua, dorongan yang membuat mereka menghindari segala bentuk
dosa, maksiat, dan segala yang membangkitkan amarah Allah dan Rasul-Nya. Perasaan seseorang dengan kedua dorongan kuat
yang saling melengkapi dan sering dalam tujuannya ini akan membuatnya dalam
keadaan siap untuk patuh kepada Allah dan Rasul-Nya, dan segera melaksanakan
kewajiban dan tanggungjawab yang dibebankan kepadanya.
Oleh karena itu Al-Qur’an
tidak hanya mendasarkan diri pada rasa takut atau rasa harap saja. Tapi ia
mendasarkan diri pada paduan keduanya. rasa takut akan azab Allah dan rasa
harap akan rahmat dan Pahala-Nya.
b.
Pembangkitan dorongan dengan cerita
Cerita merupakan salah satu
sarana yang dipergunakan Al-Qur’an untuk membangkitkan dorongan untuk belajar.
Ini dikarenakan cerita membangkitkan rasa ingin tahu dan pemusatan perhatian
para pendengarnya untuk mengikuti berbagai peristiwa yang dituturkan
didalamnya. Melalui cerita-cerita Al-Qur’an berusaha menanamkan tujuan-tujuan
keagamaan yang berkenaan dengan aqidah, suri teladan, dan huku yang hendak
diajrkannya kepada manusia:
(Q.S. Yusuf, 12:111)
Diantara keindahan aristik
yang mewarnai kisah-kisah Al-Qur’an itu begitu mudah menanamkan tujuan-tujuan
keagamaan dalam jiwa dan begitu dalam pengaruhnya atas jiwa manusia.[1]
Perlu dikemukankan bahwa
sebagian kisah Al-Qur’an dimulai dengan menguraikan ikhtishar kisah tersebut.
Kemudian diuraikan dtil-detailnya sejak permulaan hingga akhir. Contohnya
adalah kisah Ashhabul Kahfi. pengemukakan ikhtisar kisah sebelum uraian tentang
detail-detailnya mempunyai fungsi untuk membangkikatkan rasa ingin tahu dan perhatian
pendengarnya untuk mengikuti detail-detailnya lebih lanjut.
Sementara kisah yang
lain dimulai dengan menyebutkan akhir
dan tujuan kisah tersebut dan setelah itu baru diuraikan detail-detainya.
Contohnya adalah kisah Musa as dalam surat al-Qashas. Mengemukakan akhir atau
tujuan kisah, terlebih dahulu, pun dimaksudkan untuk membangkitkan perasaan
ingin tahu dan perhatian pendengar untuk mengikuti kejadian-kejadian kisah,
tersebut, guna mengetahui bagaimana tujuan itu terealisasikan.
c.
Pemanfaatan peristiwa-peristiwa penting
Pada umumnya, manusia
terpengaruh oleh peristiwa-peristiwa penting yang meninpa mereka dan kerena
mereka siap untuk mengambil pelajaran yang terkandung dalam suatu peristiwa.
Al-Qur’an sendiri telah mempergunakan peristiwa-peristiwa penting yang dialami
kaum muslimin, untuk mengajari mereka sebagai suri teladan yang berguna dalam
kehidupan mereka. Jelas pada waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang
membangkitkan perasaan mereka, Kaum muslimin lebih siap dan sedia untuk
mengambil pelajaran dari padanya.
2. Pengulangan
Penyampaian pandangan dan
pikiran secara berulang-ulang kepada seseorang biasanya membuat mapan dan
terpacang kuatnya pendapat dan pikiran itu dalam benaknya. Kajian-kajian yang
dilakukan oleh para ahli ilmu jiwa modern membuktikan pentingya pengulangan
dalam proses belajar. Dalam Al-Qur’an kita dapatkan pengilangan
realitas-realitas yang berkenaan dengan aqidah dan masalah-masalah gaib, yang
oleh Al-Qur’an ingin dipancangkan kuat-kuat daklam benak manusia. Misanya saja
aqidah Tauhid bahwa Allah sajalah sumber semua keagamaan dan keimanan akan hari
kebangkitan, hari kiamat, hari hisab, pahala dan azab dalam kehidupan akhirat.
Banyak Al-Qur’an yang mengulang-ngulang konsepsi ini agar bisa terpancang kuat
dalam benak manusia.
3. Perhatian
Perhatian merupakan salah
satu faltor penting dalam belajar. Apabila seorang mahasiswa tidak menaruh
perhatian dalam suatu mata kuliah misalnya, maka sulit baginya untuk memahami
informasi-informasi yang disampaikan oleh mata kuliah tersebut. Oleh karena itu
para pendidik dan pengajar selalu berusaha untuk membangkitkan perhatian
murid-murid agar mereka bisa menyerap, memahami, dan memahami pelajaran yang
diberikan. Pntingnya perhatian dalam mnyerap informasi ditekankan Al-Qur’an
dalam firman-Nya
(Q.S. Qaf,50: 37)
Ayat diatas datang setelah
Ayat dimana Allah mengemukakan bahwa ia telah menghancurkan, sebelum kaum
quraisy, banyak kaum kafir yang lebih kuat dari kaum mereka. Dalam ayat ini
Allah mengisyaratkan bahwa hal itu merupakan peringatan bagi orang yang
mempunyai akal, atau dengan kata lain yang mendengar, memahami, dan menaruh
perhatian pada firman Allah itu.
4. Partisipasi Aktif
Dalam mempelajari
kalimat-kalimat yang bercorak gerakan, tidak boleh tidak seseorang harus
benar-benar berlatih dan mempraktikan keahlihan itu sehingga ia benar-benar
menguasainya. Praktik tidak hanya penting dalam keahlian yang bercorak gerakan
saja, tapi juga dalam ilmu-ilmu teoritis dan dalam mempelajari perilaku moral,
keutamaan, nilai-nilai, dan tata krama perilaku sosial. Sebab dengan melaksakan
apa yang dipelajari, ini akan mempercepat seseorang dalam mempelajari dan
menguasainya menurut kesimpulan suatu kajian eksperimental, orang-orang yang
membaca sendiri dan kalimat yang ada dihapanya lebih cepat dalam menghafalnya
ketimbang orang-orang lain yang hanya mendengarkan pelatih mendengarkan huruf
kalimat itu dan pada saat yang sama melihat huruf dan kalimat itu dilayar flm
yang ada didepan mereka.[2]Percobaan
ini membuktikan pentingnya partisipasi yang aktif dalam proses belajar.
Penetrapan prinsip
partisipasi aktif ini bisa ditemukan dalam Al-Qur’an. Ini tampak jelas dari
metode yang dipakai Al-Quran dalam
mengajarkan kaum muslimin kualitas-kualitas kejiwaan yang terpuji dan moral
serta kebiasaan tingkah laku yang luhur, lewat latihan dan praktik berbagai
ibadah yang diwajibkan atas mereka. Whudu dan shalat pada sat-saat tertentu
setiap harinya mengajarkan kaum muslimin, kebersihan, ketaatan, kesabaran, dan
ketangguhan
Disamping mendidik kaum
muslimin dengan keimanan dan aqidah agama, Al-Qur’an sangat menaruh perhatian
untuk mengalihkan perhatian mereka mengarahkan mereka pada amalan yang shaleh.
Sebab, kebenaran yang benar tidak boleh tidak harus terungkap dalam tingkah
laku dan tindakan.
5. Distribusi Belajar
Para ahli jiwa modern
membuktikan bahwa istribusi belajar atau latihan, dengan periode yang
bertenggang dan diselingi dengan istirahat, menopang cepatnya belajar dan
mengekuhkan hasil belajar dalam ingatan. Dan belajar yang dilakukan dengan
menggunakan metode distribusi lebih efektif dari pada belajar dengan
menggunakan metode pemusatan, yaitu belajar yang berlangsung pada suatu periode
yang terus-menerus tanpa diselingi istirahat.
Prinsip ini sendiri telah
diterapkan dalam Al-Qur’an, Sebab ia diturunkan dalam periode yang bertenggang
dan dalam masa yang cukup lama, yaitu sekitar dua puluh tiga tahun. Ini
dimangsud agar manusia dapat mempelajarinya dengan tenang agar dan mampu
menyerap pengertian-pengertian yang terkandung dalamnya. Dengan demikian isinya
bisa dikuasai,dipelajari, dipahami, dan
dihafal dengan cara teliti dan mendalam.
(QS.Al-Isra,17: 106)
6. Bertahap Dalam Mengubah Tingkahlaku Buruk
Melepaskan diri dari
kebiasaan-kebiasaan yang sudah mendarah daging merupakan hal yang sulit bagi
kebanyakan orang. Sebab ini membutuhkan kemauan yang kuat usaha yang besar ,
dan latihan yang lama. Padahal ini merupakan hal yang tidak tertangguhkan oleh
kebanyakan orang oleh karena itu cara terbaik untuk melepaskan diri dari
kebiasaan-kebiasaan buruk yang dominan ialah secara bertahap.
Cara kedua yang digunakan
Al-Qur’an dalam dalam menyembuhkan kaum muslimin dari kebiasaan-kebiasaan buruk
yang telah mendarah daging dalam diri mereka ialah dengan menyiapkan jiwa
mereka untuk melepaskan diri dari kebiasaan-kebiasaan itu. Ini Dilakukan dengan
membentuk secara bertahap kebiasaan yang bertentangan dengan kebiasaan yang
diminta untuk melepaskan diri darinya. Cara ini telah dipakai Al-Qur’an dalam
menyembuhkan problem minum qhamar.
Sebagian ahli psiko-terapi, baru-baru ini
berhasil menemukan suatu metode dalam psiko-terapi yang didasarkan pada
kajian-kajian B.F. Skinner. Metode itu sangat micip dengan cara yang
dipergunakan Al-Qur’an dalam menyembuhkan kecanduan minum khamar dan riba.
Dalam psiko-terapi, metode ini dikenal dengan “Pembentukan”.
BAB KEENAM: ILMU LADUNI DALAM
AL-QUR’AN
v Ilham Dan Ru’ya
Kemampuan
akal budi manusia untuk mengetahuirealitas dan memperoleh ilmu pengetahuan
adalah terbatas. Ia tidak mampu menguasai seluruh realitas alam semesta. Pun,
dengan uayanya sendiri, ia tidak mampu mengetahui hal-hal yang gaib
Oleh
karena itu manusia dari waktu-kewaktu membutuhjan petunjuk dan pengarahan dari
Allah tentang apa yang baik dan bermanfaat bagi dirinya, baik melalui para Nabi
dan Rasul ataupun melalui ilham dan mimpi (ru’ya). Fungsi para nabi dan rasul
yang diutus Allah dalam berbagai sejarah adalah untuk memberi petunjuk kepada
manusia dan mengajari mereka ajaran-ajaran agama-agama dan apa yang
mendatangkan kebaikan bagi mereka.
(Q.S.Al-Baqarah,2:213)
Ilmu
Laduni bukan saja ilmu pengetahuan yang hanya diperoleh oleh para Nabi dan
Rasul lewat ilham dan mimpi. Ia pun mungkin diperoleh oleh orang lain yang
bukan nabi dan rasul, apabila ia memenuhi syarat=syarat tertentu, seperti orang
yang shaleh bertakwa, mempunyai Kalbu yang bening, dan mempunyai wawasan
spritual.
Ilham
adalah sejenis ilmu yang dikaruniakan Allah kepada sesorang dan dipaterikan
kepada kalbunya, sehingga tersikap olehnya sebagian rahasia dan tampak jelas
baginya sebagian realitas. Dalam Al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang
mengisyaratkan tentang ilmu laduni yang dikaruniakan Allah kepada para nabi dan
rasul-Nya.
Contoh
jelas dalam Al-qur’an tentang ilmu laduni ialah kisah yang terdapat dalam surat
al-Kahfi, tentang seorang hamba yang shaleh dimana Musa as diminta untuk
menemaninya dan belajar darinya.
(Q.S.
Al-Kahfi,18: 65-66)
Meskipun
Mua adalah seorang nabi dan rasul, namun ia tidak tahu tentang ilmu laduni yang
dikaruniakan Allah pada seorang hamba yang shaleh sehingga ia bisa mengetahui
berbagai rahasia yang tidak diketahui Musa as. Hamba itu tahu dari Allah bahwa
ada seorang raja yang suka memburu dan merampas kapal. Oleh karena itu iapun
menenggelamkan kapal yang dimiliki sebagian orang miskin, agar kapal itu agak
rusak dan tidak dirampas oleh raja yang jalim itu. Ia pun tahu bahwa anak yang
dibunuhnya akan merepotkan kedua orang tuanya yang shaleh. Maka Allah pun
mengganti dengan seorang anak yang lebih baik dari anak yang dibunuh itu. Iapun
tahu bahwa diawah dinding yang hampir roboh tersebut terdapat harta karun bagi
dua orang anak yang kedua orang tuanya adalah hamba-hamba Allah yang shaleh.
Maka dinding itu tegakan kembali agar terjaga, sehingga kedua anak itu menjadi
dewasa dan bisa mengmbil harta karun itu, Kemudian hamba yang shaleh itu
mengatakan kepada Musa bukan karena kehendaknya sendiri, tapi atas perintah
Allah.
Dalam
Al-Qur’an banyak ayat yang mengemukakan bahwa ilham Allah bisa diterima oleh
orang yang bukan Nabi dan rasul, Tapi atas perintah Allah.
(Q.S,
Tha Ha,20: 38-39)
Para
ahli ilmu jiwa modern belum menaruh perhatlham ilahi. in untuk mengadakan
pengkjian terhadap ilham ilahi. Namun dalam kajian mereka tentang pemikiran
kreatif, mereka mempergunakan istilah ilham atau iluminasi guna menguraikan
tentang timbulnya pikiran-pikiran yang kreatif yang tampak seakan ia timbul
tiba-tiba pada sebagian pemikir sewaktu mereka sedang memikirkan sesuatu
problem yang mereka hadapi.
v Mimpi Dan Ru’ya
Mimpi
merupakan fenomena kejiwaan yang biasa terjadi pada diri manusia. Para ilmuan
dan pemikir, dari berbagai kurun sejarah telah berusaha menginterpretasikan dan
mengetahui penyebabnya mereka juga membuat berbagai interprestasi.
Kajian
para ahli ilmu jiwa modern tentang mimpi terbatas pada jenis-jenis mimpi yang
elah dikemukakan di atas. khususnya mimpi yang mengekspresikan
dorongan-dorongan tidak sadar kita, seiring dengan teori Fred tentang mimpi.
sementara para ahli ilmu jiwa modern tidak mengkaji mimpi prediktif atau mimpi yang
benar yang menyingkapkan tentang hal-hal yang akan terjadi pada masa depan,
meski mimpi pada jenis ini kadang terjadi pada sebagian orang .
BAB KETUJUH: INGAT DAN
LUPA DALAM AL-QUR’AN
Ø Ingat
Ingat sangat penting bagi kehidupan manusia,
sebab keingatan kita atas apa yang telah kia pelajari informasi dan pengalama
kita sebelumnya memungkinkan kita untuk memecahkan problem.
Disamping
ingatan mempunyai fungsi yang penting dalam kehidupan ilmiah dan praktis
manusia, ingat juga dianggap penting dalam segi agama, sebab manusia yang
selalu ingat akan Allah, akan karunia dan nikmat-Nya, akan akhirat, hari
perhitungan, imbalan dan azab yang akan menantinya, akan selalu bertakwa beamal
shaleh dan berhias dengan akhlak yang luhur.
Dalam
Al-Qur’an terdapat banyak ayat yang mengemukakan bahwa Allah telah mengutus
Rasulullah saw dan menurunkan Al-Qur’an kepada-Nya untk mengingatkan manusia
akan akidah tauhid, hari kebangkitan,
hari perhitungan di akhirat, dan
ajaran-ajaran para nabi sebelumnya yang telah mereka lupakan.
(Q.S.
Al-Ghasyiyah,88:21)
Ø Lupa
Diantara problem yang
dihadapi manusia adalah seringnya lupa. Hal ini biasanya menimbulkan hal yang
buruk baginya dan seringkali menghalanginya dalam mempersiapkan diri guna
menghadapi problem-problem kehidupan. Lupa banyak dikemukakan oleh ayat-ayat
Al-Qur’an apabila ayat-ayat tersebut ditelaah dan dikaji pengertian yang
terkandung didalamnya, maka akan tampak bagi kita bahwa lupa yang terdapat
dalam ayat-ayat itu mempunyai berbagai pengertian yang bisa diikhtisarkan
sebagai beriut:
a)
Lupa yang terjadi pada benak
mengenai beberapa peristiwa, nama seseorang, dan informasi yang diperoleh
seseorang sebelumnya.ini merupakan lupa normal yang menimpa seseorang akibat
bertimbun dan berjalinya informasi-informasi yang ada. Jenis lupa ini telah
dikaji oleh ahli ilmu jiwa dengan secara mendalam dan menurut mereka lupa ini
terjadi akibat interferensi informasi. Dalam Al-Qur’an lupa ini disyaratkan
dalam firman Allah
(Q.S.
Al-A’la,87:6)
b)
Lupa yang mengandung makna lalai.
Misalnya seseorang meninggalkan sesuatu di suatu tempat. atau ia hendak
berbincang-bincang dengan seseorag tentang berbagai hal, namun ia hanya ingat
sebagianya dan lupa sebagian lainnya, dan baru ingat kemudiannya. Sebagaimana
Allah swt berfirman:
(Q.S.
Al-Kahfi,18:68)
Ø Lupa Dna Syetan
Menurut sebagian Al-Qur’an
syetan melihat bakat manusia untuk lupa sebagai jalan untuk mempengaruhinya.
Bakat inilah yang kadang-kadang membuat manusia lupa akan hal-hal penting yang
bermanfaat bagi dirinya. Ia pun kadang-kadang membuatnya lalai akan allah dan
mengabaikan perintah-perinth-NYA. sebagaimana firman Allah.
(Q.S. Al-An’am,6:68)
Cara syetan menggoda
manusia dan mendorongnya lupa akan, Allah, dan akan kebaikan dan kemanfaatan
bagi dirinyapada umumnya, adalah dengan mempengaruhi dorongan dan hawa nafsu.
ini memang merupakan titik kelemahan manusia.
Ø Terapi Lupa Dalam Al-Qur’an
Terapi lupa yang timbul
akan kelelahan akan Allah adalah dengan ingat terus-menerus akan Dia, nikmat
dan karunia-Nya tand-tanda kekuasaan-Nya pada ciptaan-ciptaan-Nya, akhirat dan
hari perhitungan. Al-Qur’an sendiri telah mengemukakan pentingnya ingat kepada
Allah sebagai terapi bagi jenis lupa ini. ini tampak jelas dari firman-Nya.
(Q.S. Ali
Imran,3:190-191)
Oleh
karena itu ingat Allah merupakan terapi bagi lupa lalainya hati, maka Allah
memerintahkan kepada kita untuk banyak mengingat-Nya, baik siang maupun malam,
pagi maupun sore.Terapi kelupaan manusia akan Allah dan kelliannya akan
akhirat, dengan demikin, adalah dengan cara ingat akan Allah secara
terus-menerus. Sehingga Allah hadir dalam diriny secara terus menerus,
sekejappun tidak pernah hilang.ini mengingatkan kita pada salah satu prinsip
belajar secara terus menerus sekejappun tidak pernah hilang.
Karena
Al-Qur’ana dalah kitab aqidah, dan bukunya adalah buku tentang ilmu pengetahuan,
maka wajarlah bila ia menaruh perhatian terhadap problem kelupaan dan kelalaian
manusia akan Allah dan akhiratnya, dan terapinya.
BAB KEDELAPAN: SISTEM SYARAF DAN
OTAK DALAM AL-QUR’AN
Berbagai
kajian anatomis dan fisiologis moderen telah berhasil menentukan bagian-bagian
tertentu dalam otak yang melakukan fungsi-fungsi psikologis tertentu. diantara
bagianbagian terpentinga dalam otak ialah kawasan motoris yang mengendalikan
gerakan seluruh bagian tubuh, kawasan sensoris yang merupakan pusat berbagai
indra peraba dan perasaan adanya berbagai perubahan dalam peringkat panas tubuh serta rasa setiap
(setiap bagian tubuh terwakili dalam kawasan motoris an kawasan sensoris.
Selain
itu ia juga ikut terlibat dalam kegiatan yang dikendalikan otak dan dipandang
sebagai pusat-pusat pengendalian intelektual tinggi seperti, belajar, berpikir,
berbicara, menulis an membaca. Otak
manusia mengendalikan dan menguasai seluruh kegiatan yang dilakukan manusia.
Lapisan
otak terdiri dari milyaran sel-sel syaraf yang terdapat dalam suatu tempat yang
relatif sempit dalam tengkorak kepala. Oleh karena itu, lapisan otak terdiri
dari banyak lipatan yang naik turun. Sebenarnya permukaan lapisan otak luas
sekali. Sehingga andaikata ia dihamparkan maka luasnya ada sekitar enam belas
kaki persegi. Luas lapisan otak yang besar ini, dan yang terdiri dari milyaran
sel-sel syaraf, memungkinkannya untuk mencatat semua pengalaman dan kegiatan
yang dilakukan manusia. Dalam kenyataannya, lapisan otak manusia merupakan
salah satu sarana pencatatan yang dikehendaki Allah untuk mencatat segala
tindakan manusia, Sehingga ia tidak mempunyai alasan untuk mengingkarinya
nanti.:
(Q.S.
Al-Isra,17: 3-4)
Pencatatan
tindakan-tindakan manusia dalam sel-sel otaknya tidak menghalangi adanya
pencatat lain yang menyeluruh atas tindakan semua manusia, yaitu sebuah buku,
sebagaimana yang telah dikemukakan oleh sebagian ayat Al-Qur’an:
(Q.S,
Az –Zumar, 39: 69)
BAB KESEMBILAN: KEPRIBADIAN DALAM
AL-QUR’AN
Dalam
membicarakan kepribadian, banyak orang yang menganggapnya sebagai pengaruh yang
ditimbulkan seseorang atas diri orang lain, atau sebagian kesan utama yang
ditinggalkan seseorang pada orang lain. Misalnya mereka mengatakan tentang seseorang
sebagai proses-proses kejiwaan tetap yang mengatur pengalaman-pengalaman
seseorang dan membentuk
Penciptaan Manusia
Dalam
AL-qur’an diuraikan bagaimana Allah telah menciptakan manusia dari materi dan
roh. Setelah turab melewati beberapa fase penciptaan: Dari turab menjadi tanah,
kemudian menadi lumpur hitam yang diberi bentuk dan kemudian menjadi tanak
kering seperti tembikar., Allah kemudian menuiupkan roh kepadanya sehingga
terciptanya Adam As.
Q.S.,
Shad, 38: 71-72)
Q.S. Al-Hijr,15: 28-29)
Kata
roh dalam Al-Qur’an mempunyai bergai arti roh yang terdapat dalam ayat-ayat
al-Qur’an yang menguaikan tentang penciptaan Adam As ialah “roh ciptaan Allah,
yang membuat manusia siap untuk mempunyai sifat-sifat yang luhur dan mengikuti
kebenaran.ia adalah unsutinggi yang didalamnya mengandung kesiapan manusia
untuk merealisasikan hal-hal yang paling luhur dan sifat-sifat yang paling
suci.
Dengan
penciptaan seperti ini manusia dibedakan dari seluruh makhluk lainnya.
Konfli Psikis
Dalam
kepribadian manusia terkandung sifat hewani yang tercermin dalam berbagai
kebutuhan fisik yang harus dipenuhinya demi kelangsungan hidup dirinya. Selain
itu, dalam kepribadiannya juga terkandung sifat malaikat, yang tercipta dalam
spritualnya untuk mengenal Allah, beriman kepadanya, meneyembahnya dan memuji
kepadanya.
Keseimbangan Dalam Kepribadian
Dimuka
telah dikemukakan bahwa penyelesaian yang paling ideal dari konflik antara
aspek-aspek fisik dan spritual dalam diri manusia adalah dengan mengkompromikn
antara keduanya. ini dilakukan dengan berbagai kebutuhan fisik dalam
batas-batas yang diperkenankan oleh Allah dan pada saat yang sama dengan
memenuhi berbagai kebutuhan spritualnya. Pengkompromian antara
kebutuhan-kebutuhan tubuh dan kebutuhan jiwa ini merupakan hal yang mungkim
apabila seseorang , dalam kehidupannya konsisten dengan sikap tengah-tengah dan
moderat dan mengindari diri dari berlebih-lebihan dan keterlaluan dalam memenuhi baik dorongan-dorongan
fisiknya maupun dorongan-dorongan spritualnya.
Kepribadian Yang Serasi
Kepribadian
yang serasi dalam islam ialah
kepribadian dimana terdapat keseimbangan
antara tubuh dan jiwa dan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan keduanya. Dengan
demiian kepribadian yang sserasi ialah kepribadian yang memperhitungkan tubuh,
kesehatannya kekuatannya, dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dalam batas-batas
yang dipekenankan agama, dan pada saat yang sama berpegang teguh pada keimanan
kepada Allah, melaksanakan berbagai ibadah, melakukan segala hal yang diridhai
Allah dan menghindari segala hal yang membangkitkan amarah-Nya. Jadi, seseorang
yang selalu mengikuti hawa nafsunya bukanlah pribadi yang serasi.
Pola-pola Kepribadian Dalam
Al-Qur’an
Dalam
berbgai kurun sejarah para pemikr, seperti halnya para ahli ilmu jiwa modern,
telah berusaha mengkaji berbagai segi keserupaan dan perbedaan antara berbagai
kepribadian manusia.
Klasifikasi
manusia dalam berbagai pola kepribadian dimana pada masing-masing pola dimsukan
kedalamnya dimana pribadi-pribadi yang serupa dalam sifat-sfat mereka, dalam membantu menjelaskan tentang manusia
dan menginterprestasikan tingkahlaku mereka.
Dalam
Al-Qur’an kita temukan klasifikasi manusia, berdasarkan aqidahnya, dalam tiga
pla, yaitu: orang-orang yang beriman, orang-orang kafir dan orang-orang
munafik.
Masing-masing
dari ketiga pola ikepribadian ni diuraikan Al-Qur’an dengan sifat-sifat terpenting
yang menjadi ciri masing-masing dan yang membedakan antara satu dengan yang
lain.
Orang-orang Beriman
Sifat-sifat
orang-orang beriman dapat diklasifikasikan dalam sembilan bidang perilaku yang
pokok yaitu:
1.
Sifat-sifat yang berkenaan dengan aqidah.
2.
Sifat-sifat yang berkenaan dengan
ibadah.
3.
Sifat-sifat yang berkenaan dengan
hubungan sosial.
4.
Sifat-sifat yang berkenaan
denganhubungan kekeluargaan.
5.
Sifat-sifat moral.
6.
Sifat-sifat emosional dan sensual.
7.
Sifat-sifat intelektual dan kognitif.
8.
Sifat-sifat yang berkenaan dengan
kehidupan praktis dan profesional.
9.
Sifat-sifat fisik.
Orang-orag
Kafir
Sifat-sifat orang kafir dapat
diklasifikasikan menjadi berikut:
1.
Tidak beriman kepada tauhid, para Rasul,
hari kemudian dan hari kebangkitan dan perhitungan
2.
Menyembah selain Allah yang tidak
mendatangkan manfaat, dan mudharat bagi mereka.
3.
Zhalim, suka memusuhi orang-orang
beriman dalam tindakan-tindakan mereka, suka menghina orang-orang yang beriman,
senang mengajak pada kemungkaran, dan melarang orang berbuat kebajikan.
4.
Senang memutus silahturahim.
5.
Mengingkari janji, berlaku serong, suka
menuruti hawa nafsu, sombong dan takabur.
6.
Benci dan dengki tehadap orang-orang
yang beriman dan de gki terhadap karunia Allah yang diberikan Allah kepada
orang-orang yang beriman.
7.
Pikiran yang statis, tidak mampu
memahami dan berfikir, kalbu tertutup, pengekorang buta terhadap kepercayaan
dan tradisi nenek moyang, suka memperdayakan.
Orang-orang
Munafik
Sifat-sifat mereka yang terdapat dalam
Al-Qur’an dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
1.
Mereka tidak mempunyai sikap yang tegas
terhadap aqidah tauhid.
2.
Mereka melaksanaka ibadah hanya karena
riya saja, bukan karena penerimaan penuh akan kewajiban tersebut.
3.
Mereka menyuruh pada kemungkaran dan
mencegah kebajikan.
4.
Kurang percaya pada diri sendiri, suka
mengingkari janji, tindakannya didasarkan pada pamrih, penakut, pembohong,
kikir, dan suka menurti hawa nafsu.
5.
Takut, baik terhadap orang-orang yang
beriman maupun orang-orang musryik.
BAB
KESEPULUH: PSIKO - TERAPI
DALAM AL-QUR’AN
Pada
dasrnya Al-Qur’an diturunkan untuk menjadi petunjuk bagi umat manusia menyeru
mereka kepada aqidah tauhid, dan mengajari mereka berbagai nilai dan metode
pemikiran dan kehidupan yang baru. Iapun memberi petunjuk kepada mereka akan
tingkah laku yang lurus dan benar, demi kepentingan dan kebaikan mereka pada
jalan yang benar dalam mendidik dan membina diri secara benar, sehingga bisa
mencapai kesempurnaan manusiawi yang merealisasikan kebahagiaan hidup didunia
dan diakhirat.
(Q.S.,
Al-Isra,17:9)
Al-Qur’an
sendiri pada awal perkembangan Islam, demikia besar pengaruhnya atas jiwa
bangsa Arab. Ia berhasil sepenuhnya dalam mengubah kepribadian mereka. ia juga
berhasil mengubah moral, tingkahlaku dan sistem kehidupan mereka.
Tidak
ragu lagi bahwa dalam l-Qur’an terdapat kekuatan spritual yang luar biasa dan
mempunyai pengaruh mendalam atas diri manusia. Ia membangkitkan pikiran,
menggelorakan perasaan, menggugah kesadaran dan menajamkan, wawasan. Dan
manusia yang berada dibawah pengaruh Al-Qur’an ini seakan menjadi manusia baru
yang diciptakan kembali.
Meskipun
masyarakat-masyarakat modern telah melakukan berbagai upaya dalam bidang
pendidikan dan pengajaran , untuk mengarahkan dan mendidik generasi muda agar
menjadi warga negara yang baik, namun upaya tersebut tidak membuahkan hasil
yang diharapkan. Berbagai kriminalitas dan penyelewengan yang terseber luas
disemua masyarakat merupakan bukti yang jelas tentang kegagalan sistem-sistem
pendidikan modern dan ketidakmampuanya untuk membentuk para warga negara yang
baik. Akhir-akhir ini banyak upaya dicurahkan dilapangan psiko-terapi atas
individu-individu yang menderia berbagai goncangan kepribadian dan penyakit
jiwa. Di lapangan ini sendiri muncul berbagai metode Psiko-terapi. Namun
semuanya tidak mencapai keberhasilan
yang diharapkan dalam menyembuhkan atau menjaga diri dari berbagai penyakit
jiwa.
Demikianlah,
baru-baru ini, timbul berbagai aliran dikalangan para ahli ilmu jiwa yang
menyatakan tentang pentingya agama dalam terapi penyakit jiwa.yang menyatakan
bahwa pentingnya agama dalam kesehatan jiwa.
Keimanan dan Perasaan Aman
Semua
aliran dalam psikoterapi sependapat bahwa keresahan merupakan penyebab utama
timbulnya berbagai penyakit jiwa.
Metode Al-Qur’an Dalam Psiko-Terapi
Untuk
bisa merubah dan merombak kepribadian dan tngkah laku seseorang, tidak boleh tidak harus diadakan perubahan
atau perombakan dalam pikiran atau kecenderunganya. Sebab tingkah laku manusia
sangat berpengaruh terhadap tingkah laku dan kecenderunganya.
Keimanan Kepada Aqidah Tauhid
Hal
pertama-tama yang dibuat Al-Qur’an dalam jiwa bangsa arab ialah aqidah. Oleh
karena itu ayat-ayat Al-Qur’an diturunkan di Makkah pada fase pertama seruan
islam pada dasarnya bertujuan untuk mengukuhkan aqidah tauhid.
Ketakwaan
Keimanan
kepada Allah diberangi dan diikuti oleh ketakwaan kepada-Nya. Takwa berarti
menjaga diri dari amarah dan azab Allah, dengan menjauhi tindakan maksiat
dengan melaksakan tata atran yang telah digariskan, Al-Qur’an dan dijelaskan
oleh Rasulullah Saw.
Berbagai Ibadah
Perubahan
pikiran langkah utama guna mengubah kepribadian dan tingkah laku manusia. Namun
untuk mempelajari tingkah laku barupun diperlukan praktek dalam waktu yang
lama. Atau dengan kata lain perlu latihan, sehingga tingkah laku itu menjadi
mapan.
Dalam
mendidik kepribadian manusia dan mengubah tingkah laku mereka Al-Qur’an memakai
metode penetrapan dan pempraktekan pikiran, kebiasaan, dan tingkah laku bau
yang hendak ditanaman dalam diri mereka. Oleh karena itu Allah mewajibkan
berbagai ibadah: shalat, puasa, zakat dan haji.
Shalat
Terminologi
shalat mengisyaratkan bahwa didalamnya terkandung adanya hubungan mausia dengan
Tuhannya. Dalam shaat manusia manusia berdiri dengan khusu dan tunduk kepada
Allah, pencipta-Nya dan pencipta seluruh alam semesta.
Keadaan
yang tentram dan jiwa yang dihasilkan oleh shalat mempunyai dampak teraupetik
yang penting dalam meredakan ketegangan syaraf yang timbul akibat berbagai
tekanan kehidupan sehari-hari dan menerunkan kegelisahan yang diderita oleh sebagian orang.
Kedaan
tenang atau santai, merupakan sarana yang diperguakan olehsebagian ahli
psiko-terapi modern dalam menyembuhkan berbagai penyekit jiwa. Keadaan tenang
bisanya bisa dipelajari dengan latihan. Keadaan tenang dan jiwa damai yang
ditimbulkan shalat juga membantu melepaskan diri dari kegelisahan yang
dikeluhkan oleh para pasien jiwa.
Puasa
Puasa
mempunyai banyak manfaat kejiwaan. Sebab puasa merupakan pendidikan dan
pelurusan jiwa dan penyembahan bagi penyakit jiwa dan tubuh. Ini karena pencegahan
dari makanan dan minum , sejak dari sebelum fajar hingga terbenamnya matahari
pada semua hari bulan Rhamadan, merupakan latihan bagi manusia dalam melawan
dan menunduk hawa nafsunya. Dengan ini akan tertanam semangat ketakwaan pada
dirinya.
(Q.S.
Al-Baqarah,2:183)
Dengan
kata lain agar manusia terhindar dari maksiat sebab, puasa bisa menundukan hawa
nafsu yang mendorong indakan maksiat.
Puasa
juga merupakn latihan bagi manusia untuk bersabar dalam menahan lapar, haus,
dan mencegah hawa nafsu. Selanjutnya kesabaran yang dipelajari dari puasa akan
diterapkannya dalam seluruh aspek kehidupannya. Maka iapun belajar bersabar
dalam menanggung upaya untuk mendapatkan rezki, tidak enakya jatuh sakit, dan
berbagai kelezatan dan kenikmatan kehidupan.
Diantara
manfaat psikis lain dari puasa ialah ia membuat manusia merasa kecukupan
meskipun ia sedang kelaparan. Dalam dirinya iapun memiliki perasaan belas kasihan
terhadap orang-orang miskin, sehingga ini akan mendorongnya untuk berbuat baik
kepada mereka. Disamping manfaat-manfaat psikis di atas, puasa juga mempunyai
manfaat-manfaat medis dan terapeutik dari berbagai penyakit fisik. Sebagaimana
diketahui, kesehatan fisik manusia besar pengaruhya terhadap kesehatan jiwanya.
Zakat
Kewajiban
zakat, yang diwajibkan atas kaum muslimin dengan mengeluarkan sejumlah tertentu
dari hartanya setiap taunnya untuk dinafkakan bagi kaum miskin, tidak lain
merupakan latihan bagi seorang muslim untuk membalas kasih bagi orang-orang dan
mengulurkan tangan dan bantuan kepada mereka guna memenuhi kebutuhan mereka.
Al-Qur’an
sendiri telah menyatakan bahwa shadaqah, baik berupa zakat yang wajib atau yang
sunnahkan, membersihkan dan menyucikan diri manusia. (Q.S. At-Taubah,9: 103)
Haji
Haji
juga mempunyai berbagai manfaat psikis yang besar artinya. Sebab kunjungan
seorang muslim ke Masjidilharam di Makkah al Mukharamah, Masjid Rasulullah Saw
di madinah al Munawarah tempat-tempat turunya wahyu, dan berbagai empat
pertempuran islam, akan membekalinya dengan suatu tenaga Rohaniah besar yang
menyinarkan dari dirinya segala keruwetan dan problem kehidupan dan memberinya
perasaan damai, tentram dan bahagia.
Disamping
itu haji juga merupakan latihan bagi manusia untuk mampu menahan derita dan
kesulitan dan meredah diri.
Lebih
jauh lagi haji juga merupakan latihan bagi manusia untuk bisa mengendalikan dan
menguasai nafsu dan dorongannya sebagaimana yang terkandung dalam Qur’an surat
al-baqarah ayat 197.
Atas
dasar ini, haji merupakan pendidikan diri, dimana manusia meluruskan dirinya,
melawan berbagai nafsu dan dorongannya melatih dirinya dalam melawan kesulitan,
dan berbuat kebajikan kepada orang lain dan mencitai mereka.
Kesabaran
Al-Qur’an
juga menyuruh orang-orang yang beriman untuk berhiasan dengan kesabaran. Ini
karena ia mempunyai berbagai manfaat yang besar dan mendidik diri, memperkuat
kepribadian meningkatkan kemampuan mansuia dalam menanggung kesulitan,
memperbaharui tenaganya dalam menghadapi berbagai problem dan beban kehidupan
serta bencana dan cobaan masa, dan membangkitkan kemampuannya dalam melanjutkan
perjuangan demi menegakan kalimah Allah. (Q.S. AL-Baqarah: 153), (Q.S Al-Imran:
200)
Seorang
mukmin yang sabar tidaklah menjadi terlalu sedih sewaktu ia tertimpa cobaan.
Iapun tidak menjadi lemah atau ambruk ketika tertimpa bencana atau malapetaka
masa. Allah telah menganjurkannya untuk bersabar dan memberitahu kepadanya
bahwa apa yang menimpanya dalam kehidupan dunia ini tidak lain adalah cobaan
dari Allah, agar ia tahu siapakah diantara manusia yang termasuk orang-orang
yang sabar.
Kesabaran
mengajari manusia ketangguhan dalam bekerja dan berupaya untuk merealisasikan
tujuan-tujuan praktis dan ilmiahnya. Sebab sebagian besar tujuan manusia dalam
kehidupan, baik dilapangan kehidupan praktis-terapan sosial, ekonomis maupun
politis, ataupun dalam lapangan penelitian ilmiah, membutuhkan banyak waktu dan
upaya
[1] Sayyid
Quthb, Al-Tashwir Al-Fanni Fi Al-Qur’an,
Cet Ketiga, (Kairo: Dar al-Ma’arif, 1975),hlm148.
[2] Ustman
Najati, Al-Qur’an Dan Ilmu Jiwa,
(Bandung: Pustaka, 2004),hlm.203.rtimpa bencana atau malapetaka
masa. Allah telah menganjurkannya untuk bersabar dan memberitahu kepadanya
bahwa apa yang menimpanya dalam kehidupan dunia ini tidak lain adalah cobaan
dari Allah, agar ia tahu siapakah diantara manusia yang termasuk orang-orang
yang sabar.
Kesabaran
mengajari manusia ketangguhan dalam bekerja dan berupaya untuk merealisasikan
tujuan-tujuan praktis dan ilmiahnya. Sebab sebagian besar tujuan manusia dalam
kehidupan, baik dilapangan kehidupan praktis-terapan sosial, ekonomis maupun
politis, ataupun dalam lapangan penelitian ilmiah, membutuhkan banyak waktu dan
upaya
The Casino Debuts With a New Casino - Dr.MCD
BalasHapusCasino de Monte Carlo is a 부천 출장안마 brand 안동 출장안마 new casino in Italy. 천안 출장안마 The casino 과천 출장안마 is located in the Casino of Monte Carlo on the 광양 출장샵 banks of the